NovelToon NovelToon
Pria Pilihan Sang Perawat

Pria Pilihan Sang Perawat

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikahkontrak / Cintamanis
Popularitas:477.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: SHIRLI

Cantik, cerdas dan mandiri. Itulah gambaran seorang Amara, gadis yang telah menjadi yatim piatu sejak kecil. Amara yang seorang perawat harus dihadapkan pada seorang pria tempramental dan gangguan kejiwaan akibat kecelakaan yang menimpanya.

Sanggupkah Amara menghadapi pria itu? Bagaimanakah cara Amara merawatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHIRLI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melukis pulau di atas bantal

Dengan santai, Dimas menyandarkan tubuhnya pada susunan bantal yang ditumpuk. Ekspresi wajahnya terlihat datar. Ia menautkan jemari dan menjadikannya bantal untuk menyangga kepala.

Untuk beberapa saat keheningan pun membentang di dalam kamar berukuran luas dengan interior bangunan yang mewah itu. Keduanya larut dakam pikiran masing-masing.

Menatap langit-langit kamar, Dimas tampak merenung. Lelaki itu akhirnya menyadari ternyata ia begitu bergantung pada Amara. Mengakui atau tidak, nyatanya Dimas tak dapat menyangkal keberadaan Amara memiliki peran penting untuk kehidupannya. Perawat ini telah berbuat banyak untuk upaya kesembuhannya.

Selama ini, memang belum pernah ia temui perawat yang memiliki hati ekstra sabar seperti Amara menghadapi kegilaannya. Dia begitu tangguh sebagai wanita. Bahkan meski telah menghabiskan begitu banyak air mata, penolakan bertubi-tubi serta siksaan secara beruntun.

Mengingat hal ini membuat Dimas merasa dirinya sangat jahat. Tak semestinya ia melampiaskan segala bentuk kekecewaan dan kemarahannya pada Amara. Tak selayaknya gadis itu selalu ia perlakukan buruk. Namun ia juga tak dapat mengendalikan dirinya sendiri manakala sisi gilanya bangkit dan tanpa sadar memperlakukan Amara secara tak manusiawi.

Menghela napas dalam, pria yang mengenakan piyama warna putih itu menatap si perawat yang tengah fokus memijatnya. "Amara," panggilannya memecah keheningan.

Amara menghentikan kegiatannya lantas menoleh pada Dimas. "Ya, Mas Dimas."

"Sampai kapan gue akan seperti ini?"

"Hah?" Amara terbengong menatap Dimas seolah tak mengerti maksud pertanyaan lelaki itu.

Dimas mendesah pelan lalu kembali menatap langit-langit kamar seperti sedang menerawang. "Sampai kapan gue harus menahan sakit ini? Sampai kapan gue akan terkurung di kamar ini?"

"Sampai Mas Dimas sembuh. Sampai Mas Dimas tidak membutuhkan obat dan aku lagi." Amara menjawab tegas dan penuh keyakinan. Lantas kembali melanjutkan pijatannya.

Dimas terdiam sejenak, lalu menatap Amara. "Apa lo udah lelah?"

"Hah?"

Kok dia tau kalau tanganku sudah pegal memijatnya? batin Amara sambil nyengir menatap Dimas.

"Apa lo lelah ngerawat, gue?"

Lagi-lagi Amara terbengong. "Oh itu?" Gadis itu tersenyum kecut sebab sudah salah kira. Ia kemudian melanjutkan memijatnya sambil berkata, "Tidak, Mas. Saya melakukan pekerjaan ini dengan senang hati, kok."

Dimas berdecih. "Senang hati dari mana? Terpaksa iya, kali." Dimas kemudian bangkit dari baring dan duduk menatap Amara. "Gue yakin, lo bakalan nyerah sebelum gue sembuh."

"Terserah Mas Dimas mau bilang apa. Yang pasti saya akan tetap berusaha."

"Lakukan saja. Berusahalah sekeras yang elo bisa." Dimas kembali berbaring dan menatap Amara dengan seringai jahatnya meski yang ditatap tengah menunduk.

Sambil memijat, Amara tampak berpikir. Sesaat kemudian ia menatap Dimas dengan wajah antusias. "Apa Mas Dimas memiliki hobi?" Tak ingin berdebat, Amara memilih mengalihkan pembicaraan pada topik lain.

Dimas menipiskan bibir setelah mendengar pertanyaan dari Amara. Matanya berbinar senang saat mengingat hal yang disukainya.

"Apa lo percaya kalau gue mahir dalam hal menembak dan memanah?" tanya Dimas begitu bersemangat. Bahkan tubuhnya sampai melenting bangun saking semangatnya.

Namun sedetik kemudian senyum cerianya itu memudar dan berganti dengan wajah putus asa. Otot tangan yang tidak berfungsi dengan benar membuatnya kehilangan semangat yang menggelora hingga hanya menyisakan sejejak kesedihan yang terpampang di sana.

Ekspresi Dimas itu tak luput dari pengamatan Amara. Gadis itu melihat tangan Dimas yang mendadak terkepal, lantas bergetar dengan sendirinya.

Amara bisa memastikan pria itu tengah dilanda putus asa hingga memudarkan seri di wajahnya. Hal ini sungguh bisa berakibat fatal terhadap proses penyembuhan Dimas yang akhir-akhir ini telah menunjukkan perkembangan.

"Wah, ekstrim juga hobi Mas Dimas, ya," celetuk Amara dengan nada riang untuk menghibur hati Dimas. Ia kemudian mengacungkan dua jempol sebagai bentuk apresiasi. "Keren, loh."

"Keren apaan!" sentak Dimas sambil mengedikkan dagunya. "Lo tau kan, kondisi gue sekarang? Syaraf otak gue belum berfungsi dengan benar untuk memprogram otot-otot! Bahkan emosi gue belum terkendali. Tangan gue--" Dimas menunjukkan tangannya yang bergetar dengan wajah frustasi. "Lo liat tangan gue!"

Amara mengangguk faham selagi menatap tangan itu.

"Gue nggak bisa melakukan apapun dengan tangan busuk kayak gini. Dan kalau gue tetep maksa buat nembak, udah pasti peluru bakal melenceng dari bidikan. Gue benci diri gue yang nggak berguna ini, Amara. Gue benci!"

Amara langsung bangkit dan meraih tangan Dimas yang hendak meremas kepalanya. lagi-lagi Dimas kehilangan kendali dan berniat menyakiti dirinya sendiri. Wajah lelaki itu memerah padam di kuasai oleh amarah. Matanya berkaca-kaca menahan batin yang tersiksa.

"Mas! Berhenti meratapi diri seperti itu!" Amara berteriak dengan mata yang menyorot tajam, bahkan mengguncang bahu Dimas seolah ingin menyadarkan.

"Mas Dimas sedang dalam proses penyembuhan, sekarang! Sabar dan tawakal! Semua pasti ada jalan agar kita mau berusaha."

"Tapi tangan gue, Amara ...!" keluh Dimas penuh kesedihan. Bahkan kedua matanya mulai basah.

"Jangan langsung menggunakan tangan Mas untuk latihan menembak atau memanah! Tubuh Mas Dimas belum mampu untuk itu. Kita bisa mulai dengan hal yang ringan saja sebagai permulaan," bujuk Amara sungguh-sungguh.

"Yang ringan apa? Lo nggak minta gue buat nonjok orang, kan?"

"Astaghfirullah, Mas!" geram Amara kesal sambil menjauhkan dirinya. "Sadar!"

"Lo nggak liat gue ini sadar! Lo pikir gue pingsan!"

"Bukan gitu maksud saya, Mas."

"Lalu?"

"Sudahlah! Nggak perlu dibahas lagi!" pungkas Amara sebal sambil kembali duduk di tepi ranjang.

Untuk sejenak mereka saling memandang sebelum kemudian sama-sama buang muka. Sesaat kemudian Amara kembali menatap Dimas dengan mata yang berbinar senang.

"Bagaimana kalau kita awali dengan melukis saja?" usulnya kemudian.

Mengernyitkan kening, Dimas terkekeh mendengar usul Amara. "Lo ngaco, ya! Gue nggak bisa melukis Amara, tangan gue nggak pernah pegang kanvas."

"Di coba dulu Mas, melukis itu nggak buruk-buruk amat kok. Melukis bagus untuk melatih otak kanan Mas agar bisa mengendalikan emosi. Sekalian untuk melemaskan otot tangan juga. Gimana?" tanyanya sambil mengerlingkan mata. Gadis itu terlihat antusias menunggu jawaban Dimas.

Berpikir sejenak, Dimas kemudian mengangguk mantap. "Oke deh, boleh dicoba. Kanvas juga nggak berat-berat amat."

"Bagus." Amara terseyum lalu mengacungkan jempolnya. "Gitu dong, yang semangat."

"Tapi gue nggak mau melukis di kamar."

"Lah. Terus maunya di mana?"

"Di mana aja, kek. Asal jangan di kamar. Iya kali, gue disuruh melukis pulau di atas bantal," ucap Dimas kesal sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Bersambung

1
Sumarni Tina
akhirnya Dimas ketahuan
Sumarni Tina
Luar biasa
Enjelika h
Lumayan
Sulistiawati Kimnyo
semangat lg kakak....
Via
kebanyakan dram jd bosen bacanya
Via
huhhh TOLOL si Amara goblok anjing gitu aj mau ngalah setan😤😤😤😏😏😏
Firda Fami
dah tinggalin aja tuh si Dimas biar mati sekalian 👿
beybi T.Halim
gak asek .., karakter wanitanya seharusnya keren.,barbar dan gak gampang ditindas.,biasanya anak yatim-piatu itu punya sifat yg keren😊
Fa Rel
amara bodoh mending minta cerai biarin dimas nyesel seumur idup
Fa Rel
rasain lu dimas emang enak di.bhongin biar amara ma juan aja lah dripada.ma.dimas g tau trima kasih
Zahra Cantik
masa udah tamat thor 😔😔
kasih bonus dong 😘😘😘
Nina Latief
Lanjut thooorrr...nanggung nih
Bagus X
tamat ?
😨😨
Bagus X
wah wah wah,,tanda tanda wereng coklat ini😌
Bagus X
💖💞👄
Bagus X
eeelahdalah,,,
Bagus X
wadaw,,dalem bngeeeet
Bagus X
😁😁😁😁😁😁😁😁 sa ae mu Thor idenyaaa
Bagus X
ooohhhh,,,so swiiiitttt 😜
Bagus X
ya'ampun othooor,,,benar benar tega dehhh🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!