Gagal menikah yang kedua kalinya membuat Raisa Marwa memberanikan diri melamar Satria Langit Bos dikantornya yang terkenal playboy.
Bagaimana perasaan Satria?
Bagaimana juga dengan kekasihnya Satria yang bernama Rega?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Rega meninggalkan halaman kantor milik Satria,dia melajukan mobilnya dengan pelan,otaknya berfikir bagaimana cara mendekati Satria kembali.
Selama ini dia selalu menjadi ladang uang,apa sekarang Satria masih bisa dibodohi seperti sebelumnya.
"Aaaahhhhhrrrggg."Rega memukul stir mobilnya
****
Raisa langsung masuk kedalam ruangan Presdir,Satria,Sean dan dua pengacara sedang sibuk mengurus beberapa berkas yang akan membantunya saat Rega mulai kembali beraksi.
Raisa mengetuk pintu meski pintu ruangan terbuka,Satria menyambutnya dan meminta membantunya,ada sisa kerjaan yang bisa Raisa lakukan dimeja kerja suaminya.
"Jadi,apa yang bisa dibantu?"tanya Raisa
"Kamu kerjakan ini sampai selesai,terus...just it."kata Satria menunjukkan cara kerjanya.
"Ok,baiklah."kata Raisa penuh semangat
Satria kembali duduk bersama rekannya disofa,setelah selesai dua pengacara pamit karena masih ada pekerjaan ditempat lain.
Sean juga kembali kemejanya,melanjutkan kerjaan yang sudah sangat menumpuk.Karena sedikit lelah Sean membuat secangkir kopi untuk kembali membuat mata dan otaknya bisa bekerja.
"Pak Sean ini sudah selesai tinggal ditanda Bapak tanda tangan."kata Gadis sekertarisnya
"Iya makasih ya Dis,kamu sangat membantu."kata Sean
"Iya Sama-sama Pak."kata Gadis
Raisa berhasil menyelesaikan kerjaan milik Satria,saat suaminya sedang memeriksa kembali tagihan credit cardnya.
Dia hanya geleng-geleng kepala melihatnya,saat menatap Raisa dia sangat bersyukur bisa lepas dari jerat nafsu sesaat.
"Bos,ini sudah selesai."kata Raisa
"Benarkah?"tanya Satria
Satria berjalan kearah meja kerjanya,kembali memeriksa hasil kerja istrinya dan memang Raisa sangat bisa di banggakan.Hanya saja sebelumnya dia lebih seperti berlian didalam lumpur,tak terlihat padahal memiliki potensi besar.
"Makasih sayang."kata Satria dengan memeluk
"Iya,sama-sama.Boleh aku kembali kemejaku?sepertinya kerjaanku juga menumpuk."kata Raisa
"Enggak,kamu tetap disini biar aku yang ambilkan untukmu."kata Satria
Raisa mengikuti kemauan suaminya,Satria keluar ruangan menuju meja Raisa,banyak file menumpuk disana,dia membawa keruangannya dan memberikan kepada Raisa.
Banyak pasang mata yang tidak percaya jika Presdir saat ini bisa benar-benar bertekuk lutut dan berubah 180° dari sebelumnya.
Setiap jam makan siang selalu saja ada gadis yang dibawanya,saat keluar gadis yang dibawanya selalu berantakan bahkan pernah ada yang menangis.
"Aku senang lihat Presdir sekarang,setidaknya dia jadi lebih kalem."kata salah satu pegawai admin
"Iya,Raisa sangat beruntung bisa menikah dengannya."sahut yang lain
"Eh hem,sudah cukup.Ayo lanjut kerja mana tahu bonusnya gede kali ini."kata Sean
"Siap Pak."jawab para pegawai kompak
Sean membawa berkas yang sudah ditanda tanganinya,diberikan kepada Satria.Karena pintu masih terbuka Sean asal nyelonong aja masuk keruangan,ternyata mereka berdua tidak ada dalam ruangan.
Sean meninggalkan ruangan Presdir setelah meletakkan berkas dimeja dan menutup pintu.
"Ceroboh sekali."kata Sean
Raisa terus memandangi area kamar milik Satria,sepengetahuan dia sudah banyak gadis atau mungkin wanita yang diajaknya kemari.
Satria menatap wajah istrinya yang dari tadi hanya diam mematung.
"Kamu kenapa?"tanya Satria
"Apa sprei dan selimutnya sudah diganti?"tanya Raisa
Satria tersenyum mendengar istrinya bicara,nadanya sangat menyindir dan itu cukup tajam.
Satria sadar menghadapi siapa saat ini,Raisa putri dari seorang ustad yang paham dan berilmu,dia juga harus lebih menata perasaannya.
"Apa perlu aku singkirkan dan menggantinya dengan yang baru jika kamu merasa jijik?"tanya Satria
"Tidak,aku cuma bertanya sudah diganti apa belum."jawab Raisa
"Tentu saja aku menggantinya."kata Satria
"Ah,benarkah?"tanya Raisa merebahkan diri diatas kasur
Tercium aroma wangi parfum dari celah-celah kecil kain sprei dan sarung bantal.
Satria merasa lega mendengarnya,dia juga ikut berbaring disamping istrinya.
Raisa menyentuh wajah suaminya dengan lembut.
"Jangan mancing-mancing."kata Satria
"Bos."kata Raisa
"Apa."jawab
"Nanti saja dirumah."kata Raisa sambil bangkit dari tidurnya.
Satria ingin menahannya dan mengerjainya sekali saja tapi takut dia kembali kesakitan,selama ini permainannya selalu liar dan ganas.Siapa yang bisa menolong Raisa bila kembali kesakitan,bisa-bisa jadi bahan tertawaan seluruh karyawan.
Satria membuka situs dengan kunci menyenangkan pasangan dengan lembut,saat membacanya dia malah stress karena bukan tipenya melakukan hal seperti itu.
Saat melihat Raisa dia merasa harus mencobanya malam ini.
Jam kantor hampir berakhir,Raisa sudah lebih dulu menyelesaikan tugasnya dan memberikan kepada Gadis,namun Satria menahannya dan langsung memeriksa dan memberikan tanda tangannya.Memasukkan kedalam amplop besar dan menguncinya serta memberi stempel perusahaan.
"Berikan pada Gadis biar dikirim via kurir."kata Satria
"Siap Bos."kata Raisa
Satria kembali kemeja kerjanya memeriksa beberapa laporan yang Sean bawa dan menanda tangani.
"Sean,sudah beres silahkan ambil dan kirim kembali."kata Satria via telfon
Raisa kembali masuk dan membereskan meja kerja suaminya,Satria sudah selesai dan masih menunggu Sean.
Sean masuk keruangan mengambil berkas dan menyerahkan kepada kurir.
****
Isna ikut tinggal bersama Ramadhan setelah perdebatan panjang siang tadi,akhirnya Abah turun tangan dan meminta Ramadhan untuk membawa Isna karena status Isna.
"Kamu sudah punya suami dan itu pilihanmu,kamu harus ikut kemana dia pergi."kata Abah
Isna tidak menjawab hanya mendengarkan kata dari Abah,Ramadhan memang pilihannya namun ketika Isna melihat Satria rasa ingin memiliki juga sangat besar.
Bagaimana cara mendekatinya?apa Isna bisa dengan mudah masuk kedalam kehidupan Satria?Hanya pertanyaan itu yang selalu muncul dihati kecil Isna.
"Ayo cepat masuk."kata Ramadhan
"Iya,tunggu!"kata Raisa
Ramadhan melajukan mobil dengan kecepatan sedang karena masih berada dijalanan kampung yang masih ramai lalu-lalang anak-anak.
Ramadhan hanya fokus kedepan tanpa memperdulikan Isna lagi.
Bagi Ramadhan janji menikahi Isna sudah tertunai dan terserah untuk selanjutnya.
****
Satria kembali membuka situs yang sama yang dibukanya tadi siang,dibacanya berulang-ulang rasanya memang tidak cocok dengan gayanya.
Raisa keluar dari kamar mandi dengan memakai lingerie warna hitam,rambutnya kembali digerai begitu saja,wajah polosnya bersih tanpa ada flek hitam.
"Sayang,kamu sudah baikan?beneran?"tanya Satria
"Iya,kenapa?kamu sudah gak tahan karena puasa seminggu?"tanya Raisa
"Iya."kata Satria membisikkan ditelinga.
Raisa memandang wajah Satria dan menyentuhnya,dia berusaha mengendalikan detak jantungnya dengan memejamkan mata sebentar serta mengatur nafas.
Dia berusaha memberanikan diri mencium bibir Satria dengan lembut Satria hanya mengikuti alur dan membalasnya dengan lembut.
Permainan seperti ini bukanlah gayanya,namun Satria mengalah mengingat istrinya bukan wanita yang berpengalaman terhadap laki-laki.
"Bos,mengapa kamu hanya diam?"tanya Raisa
"Aku hanya mengikuti alur."jawab Satria
"Tapi aku tidak tahu harus memulai darimana?"Tanya Raisa
"Tadi kamu sudah mulai lalu mengapa berhenti?"tanya Satria