SELOW UPDATE!!!
Suka Alhamdulillah tak suka tinggalkan saja tanpa meninggalkan jejak, harap mengerti !! jangan karna komentar jahat kalian membuat Nae sebagai penulis Down....Cuzz cerita karangan semata jangan terlalu disamakan dengan dunia nyata....!!!
SINOPSIS
pernah di khianati membuatnya enggan memiliki pasangan hidup yang hanya menginginkan apa yang ia miliki..
seorang gadis gendut yang sebenarnya multitalenta memiliki segalanya tapi dirinya tak pernah bahagia karna semua orang hanya menginginkan sesuatu dari apa yang dimilikinya..
sejak di khianati oleh sahabat dan kekasihnya, gadis ini meninggalkan semua kebanggaannya keluar Negri dan menurunkan berat badannya setelah berhasil ia malah hidup menjadi gadis culun yang sederhana...
akankah gadis culun ini mendapatkan cinta sejati nya? ikuti kisahnya...
Novel ini hanya karangan semata, apabila ada kesamaan tempat dan nama itu semua murni kesalahan penulis..
harap bijak dalam berkomentar...
selow Update...!!
Happy Reading..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kecelakaan
.
.
Kevin melajukan kendaraannya di tengah hujan lebat, entah kenapa tiba-tiba hujan mengguyur kota Jakarta,,
Kevin menginjak gas nya supaya cepat sampai ke rumahnya, merasa tidak terlihat jalan Kevin menginjak rem mobilnya.
Kevin tersentak seketika saat rem mobilnya tidak bisa,
"kenapa ini? " gumam Kevin mulai sedikit panik.
Kevin menginjak rem nya terus-terusan hingga mobil Kevin sempoyongan kekiri dan ke kanan.
"tidak bisa? " Kevin berdecak
Kevin terkejut saat ada mobil di depannya, ia langsung menginjak remnya lebih dalam tapi tetap tidak bisa hingga Kevin membanting setir dan menabrak pembatas jalan, tidak sampai disitu mobil Kevin terus melaju ke jalur lawan..
suara decitan rem di tengah hujan lebat itu membuat rem seakan tidak terkendali hingga mobil lain juga membanting setir mengenai mobil lainnya supaya tidak menabrak mobil Kevin yang lepas kendali.
mobil Kevin terus melaju ke luar jalur hingga terhenti saat menabrak beton jalan.
suara teriakan menggema dimana-mana
Sya yang sedang di jalur berbeda dengan Kevin tadi sibuk melihat ponselnya bersama wiwin.
"ada kecelakaan.. aaahh.. ya Tuhan...Sya.. "pekik Wiwin.
Sya menoleh ke Wiwin dan wiwin menunjuk ke arah mobil yang menabrak beton jalan.
Sya tersentak seketika melihat plat mobil itu.
"Tuan Kevin? " pekik Sya langsung melepas seatbeltnya.
"Sya..? Sya.. hujan Sya..! " pekik wiwin.
wiwin tidak mungkin bisa turun, bisa-bisa mobil dibelakangnya membunuhnya karna menghalangi jalan.
Sya berlari ke arah mobil Kevin di tengah lebatnya hujan
banyak orang-orang yang malah hanya melihat Kevin di dalamnya, walau harus mandi hujan,
tidak ada yang mau menolong kalau tidak ada polisi, begitulah sistem mereka.
"minggir...! " teriak Sya mendorong orang-orang yang mengkerumuni Kevin
Sya menggedor-gedor pintu mobil Kevin
"tuan.. tuan...?? tuan..? " teriak Sya dengan panik
Sya berusaha membuka pintu mobilnya Kevin tapi tidak bisa.
"tolong.. tolong pukul kacanya.. tolong. !!" teriak Sya dengan frustasi di tengah derasnya hujan.
"apa anda mengenalnya nona? " tanya bapak-bapak pengemudi yang hampir menanbrak mobil Kevin tapi ia malah menabrak yang lain hingga keningnya berdarah
"iya pak.. dia bos saya.. saya mohon.. cepat bantu saya.. tolong bantu dia pak.. saya mohon" teriak Sya dengan jeritan tangisnya.
"disamping kacanya pecah nona" teriak pria dibalik mobil Kevin
"tolong buka yang disini pak..! " teriak Sya merasa dapat secercah pertolongan.
Pintu terbuka
Sya langsung menangkup pipi Kevin yang berlumur darah.
"Tuan.. tuan...! " pekik Sya
Sya melepaskan seatbelt Kevin dan berteriak meminta tolong pada siapapun
"Sya... cepat bawa kesini" teriak wiwin keluar dari mobilnya.
"tolong.. pak.. tolong angkat tubuh atasan saya.. "
gotong royong pun dilakukan, ditengah lebatnya hujan semua pengemudi pria mengangkat tubuh Kevin dan membawanya masuk ke mobil Wiwin.
walaupun wiwin model papan atas yang terkenal, situasi menegangkan di lalu lintas tidak ada yang teringat apapun.
Sya menangis memangku Kevin.
"tuan.. bangun tuan... tuan...! sadarlah tuan..! " Sya sesegukan memanggil Kevin yang belum juga tersadar.
"cepat win.. cepat...! " teriak Sya dengan histeris.
"iya.. iya.. ini macetnya udah lewat.. " wiwin menancap gas mobilnya lebih dalam serta mendahului mobil manapun yang menghalanginya.
.
.
brankar tiba di pintu mobil Wiwin dan beberapa perawat pria yang di perintahkan Sya untuk menyentuh Kevin.
"jangan sentuh tuanku... dia tidak bisa kalian sentuh! " teriak Sya sejak tadi saat ada perawat perempuan manapun yang hendak menolong.
"bantu dorong saja" teriaknya lagi.
Kevin didorong ke ruang operasi,
"dokter..! dia punya Fobia kulit perempuan.. saya mohon jangan biarkan suster perempuan menyentuh kulitnya... " pinta Sya dengan memohon
"baik nona..! " jawab dokter pria mengerti langsung berlari masuk menyusul Kevin dan suster menutup pintu ruang operasi.
wiwin kembali setelah menghubungi Bayu yang diperintahkan oleh Sya tadi
"Sya..? " Wiwin memeluk Sya.
Sya langsung membalas pelukan wiwin dan menangis kencang disana.
"tubuhmu basah sekali Sya..! nanti kamu masuk angin gimana? " Wiwin mengusap-ngusap punggung Sya yang benar-benar basah.
beruntung Sya memakai baju hitam dan celana hitam hingga tubuhnya tidak terlihat jelas.
"kenapa dia bisa seperti itu win? tadi pagi aku masih melihat dia baik-baik saja" isak tangis Sya dengan sesegukan.
"iya Sya.. tenang ya! semua akan baik-baik aja" wiwin menenangkan.
Sya tidak bisa menghentikan tangisnya, hatinya seakan ikut sakit melihat Kevin tergeletak tak berdaya tadinya.
Bayu datang dalam keadaan basah juga.
"Sya? "
"tuan? tuan kevin.. dia... hiks.. hiks" Sya melepaskan pelukannya dari wiwin menghadap Bayu yang juga mendekat padanya memegang kedua bahu Sya.
"basah.. bajumu basah sekali Sya..!"
"pergilah ganti baju dulu..! "
"tapi tuan...? " bantah Sya
"bawa temanmu... saya mohon! kalau dia sampai sakit kami bisa dalam masalah besar". pinta Bayu ke Wiwin
Wiwin mengangguk merangkul bahu Sya.
"Wiwin.. aku. tidak bisa pergi" tolak Sya berusaha mengelak.
"ganti bajumu Sya.. nanti mami dan papimu bisa marah besar!" bentak wiwin.
Bayu mondar-mandir di depan ruang operasi, ia menghubungi bawahannya untuk mencari tau penyebab kecelakaan Kevin.
Bayu melihat lampu ruang operasi yang sedang berlangsung.
"tuan.. apa yang sebenarnya terjadi? " gumam Bayu dengan khawatir.
.
.
"dokter..! " Bayu berlari ke arah dokter pria yang baru saja keluar dari ruang operasi.
"dimana nona tadi? " Dokter pria itu mencari Sya
"saya perwakilan tuan Kevin dokter..! perempuan tadi sedang ganti baju " jawab Bayu, dokter pria itu mengangguk mengerti jadinya.
" operasinya berjalan lancar..! , beruntung nona tadi mengatakan pasien Fobia sesuatu hingga kami tau pasien ketergantungan obat apa? kalau tidak !! kami mungkin tidak akan bisa menyelamatkannya"
Bayu lega mendengarnya, "apa yang dikatakan perempuan tadi dok? "
"nona tadi mengatakannya sambil menangis, sepertinya perempuan tadi kekasih pasien ya tuan? "
"iya dok..! " jawab Bayu tanpa mengelak.
"lalu bagaimana keadaan tuan saya dok? " tanya Bayu.
"tuan Kevin sudah melewati masa kritisnya, kita hanya tinggal menunggu biusnya habis" jawab dokter.
Bayu mengangguk-ngangguk
"kami akan memindahkan pasien ke ruangan nya"
"terimakasih dokter" ucap Bayu dengan hormatnya.
.
.
Bayu membantu mendorong brankar Kevin yang mana masih ada selang infus, dan alat bantu pernafasan di wajah Kevin serta kepala nya yang diperban.
"tuan? " Bayu memegang tangan Kevin.
Kevin diantar ke ruangan VVIPnya,
.
.
"tuan? " Sya kembali dengan penampilan yang sudah berbeda.
"kenapa cepat sekali? " tanya Bayu
"disamping ada butik tuan" jawab Sya
Bayu mengangguk mengerti jadinya.
"temanmu mana? " tanya Bayu.
"dia ada janji tiba-tiba dan tidak bisa pamit pada anda.." jawab Sya
Bayu mengangguk, "temanmu model? "
"iya" jawab Sya berjalan ke arah Kevin dan duduk di kursi yang tersedia.
"apa kau sudah makan? " tanya Bayu
"belum tuan.. tadi mau makan malam sama teman saya tapi malah melihat tuan Kevin dalam keadaan seperti itu"
Bayu bisa melihat Sya yang sedang menghapus air matanya.
.
.
.