"Maafkan aku, tak bisa menepati janjiku untuk tetap setia padamu, sayang. Pada akhirnya aku kalah dengan nafssu." Jeff bersimpuh di depan istrinya, Queen Ariana. Pria itu menyesal karena tak bisa menepati janji nya pada sang istri, untuk tetap setia dengan nya.
"Aku sudah menyiapkan hatiku saat hal ini terjadi, aku cukup tau diri, Mas." Queen tersenyum manis, nyatanya sudah dari lama dia mengantisipasi hal ini.
"Aku hanya wanita pelampiasan hasrat, sadarlah Kirana. Kau tak berarti apapun bagi tuan Jeff, karena dia mencintai istrinya." Kirana Andriana, perempuan yang mengorbankan masa depan nya sendiri, demi melunasi hutang-hutang yang di tinggalkan sang ayah.
Akankah Jeff membuka hatinya untuk Kirana? Setelah banyak malam yang mereka lewati bersama, akankah perasaan nya berubah pada Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Pesona Sang Sekretaris
Malam harinya, Queen dan Jeff makan malam bersama. Seperti tak terjadi apa-apa, keduanya terlihat seperti pasangan suami istri pada umum nya. Bahkan keromantisan masih mereka tunjukkan jika ada kesempatan, membuat semua orang yakin kalau hubungan rumah tangga mereka baik-baik saja.
"Wahh, semua makanan kesukaan mu, sayang. Kamu harus makan banyak, biar cepet sembuh ya." Ucap Jeff sambil mengisi piring sang istri dengan lauk pauk yang sudah tersedia.
"Cukup Mas, ini terlalu banyak. Nanti gak habis lho, sayang banget."
"Gapapa, kalo gak habis nanti mas yang habisin ya." Jawab Jeff, membuat Queen tersenyum kecil. Masih seperti dulu, saat semuanya baik-baik saja.
"Ayo di makan, sayang."
"Eehh iya, Mas." Queen memulai makan malam nya, dengan suapan pelan karena selera makan nya hilang setelah kenyataan pahit itu dia terima.
Sudah seringkali dia mencoba untuk berdamai dengan keadaan, tapi rasanya terlalu berat untuk menerima semuanya. Terlalu sakit, apalagi saat melihat kesabaran suaminya.
"Kamu makan nya lama sekali, sini biar Mas suapi ya." Jeff menggeser piring milik nya yang sudah habis, dengan telaten dia menyuapi istrinya. Meski beberapa kali, Queen menolak dengan alasan sudah kenyang, tapi Jeff tetap memberikan nya makan, sudah sangat lama dia tak melihat Queen makan dengan lahap, itu karena penyakit sialan yang telah merenggut kebahagiaan istrinya.
"Mas, kalau semisal nanti aku kalah dengan penyakit ini, lalu aku pergi. Kiranya, apa yang akan kamu lakukan?"
Mendengar pertanyaan istrinya, rahang Jeff mengetat, pertanda dia tak suka dengan pertanyaan sang istri.
"Jangan mendahului takdir, kita tak tau apa yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana kalau kau sembuh hmm? Jangan bahas ini di meja makan, sayang."
"Hmmm baiklah, Mas. Aku hanya sekedar bertanya."
"Jangan bertanya apapun yang memancing emosi ku, sayang." Ucap Jeff pelan.
"Baiklah, aku minta maaf Mas."
"Ya, tak masalah. Ayo makan lagi," Jeff mendekatkan sendok berisi makanan ke mulut sang istri, namun lagi-lagi Queen menolak nya.
"Sudah, Mas. Aku sudah kenyang, aku bisa muntah kalau terus makan."
"Heemm, baiklah. Biar aku yang memakan nya," Jeff memakan makanan yang berada di piring bekas sang istri, tanpa rasa jijik sedikitpun.
Setelah selesai dengan makan malam, kedua nya kembali ke kamar untuk beristirahat, tentunya setelah jeda selama dua jam lebih.
"Mas.."
"Iya, kenapa sayang?"
"Tidak, aku hanya ingin tidur di pelukan mu."
"Tentu, tentu saja." Jeff memeluk sang istri dengan erat, menyandarkan kepala Queen di dada bidang nya. Tangan kekar pria itu terus mengusap lembut kepala sang istri, membuat nya nyaman hingga dalam hitungan menit saja dia sudah tertidur nyenyak di pelukan suaminya.
"Nyatanya, memeluk mu rasanya masih sama seperti dulu, sayang. Tak ada yang berubah, bahkan aroma mu masih sama." Gumam Jeff sambil menghirup aroma vanilla yang menguar dari tubuh sang istri, belum lagi aroma mawar di rambut yang berasal dari shampoo yang wanita itu gunakan, membuat hidung Jeff menghirup aroma itu sebanyak-banyaknya.
Keesokan harinya, Jeff bangun lebih dulu. Dia bersiap-siap sendiri, seperti yang dia lakukan setiap hari. Ya, Jeff tak menuntut sang istri untuk membantu nya bersiap, karena keadaan istrinya, meskipun dia sangat merindukan hal itu.
Dia ingat saat Queen selalu membantu nya mengikat dasi, memilihkan setelan pakaian kerja untuknya, lalu mengantar nya hingga ke pintu utama sambil membawakan tas kerja nya. Dia merindukan moment-moment itu, andai saja waktu bisa di ulangi.
"Mas.." panggil Queen lirih, membuat Jeff menoleh.
"Sudah bangun? Ingin sesuatu?" Tanya Jeff, lalu berjalan mendekat sambil mengancingkan kancing di pergelangan tangan nya.
"Tidak Mas, maaf aku tak bisa membantumu bersiap seperti dulu."
"Tak apa, sayang. Nanti dokter pribadi kita akan kemari untuk memeriksakan keadaan mu, tapi maaf Mas tak bisa pulang. Karena ada meeting penting nanti siang."
"Iya Mas, tak apa-apa. Hati-hati ya,"
"Tentu saja, kalau begitu Mas pergi dulu ya?" Jeff mengusap kepala sang istri lalu mengecup kening nya singkat.
Queen menatap kepergian Jeff dengan nanar, lalu menghembuskan nafas nya dengan kasar. Harusnya dia mengantarkan pria itu keluar dan menyaksikan nya pergi, tapi dia tak bisa melakukan itu, dia tak bisa berjalan jauh karena akan membuat nya sangat lelah.
Pernah, Queen ngotot ingin berjalan-jalan sendirian di kebun belakang, maid pun akhirnya hanya membiarkan dan akhirnya Queen tak sadarkan diri karena terlalu kelelahan. Hal itu membuat Jeff sangat murka, dia mengamuk hingga banyak barang-barang tak bersalah yang menjadi korban nya.
Di kantor, Kirana baru saja datang. Dengan kemeja putih dan rok span selutut, sepatu pentopel dengan sedikit hak di bawah nya, rambutnya dia biarkan tergerai.
"Selamat pagi, tuan.." sapa Kirana saat melihat Jeff masuk dengan wajah datar nya, seperti biasa. Hampir satu tahun bekerja di perusahaan ini, membuat Kirana terbiasa dengan wajah super duper datar sang atasan nya. Namun, dia juga tak menampik bahwa wajah datar seorang Jeff memang punya daya tarik tersendiri baginya.
Tapi saat mengingat status nya, membuat Kirana langsung memukul kepala nya sendiri, hayalan nya terlalu tinggi. Kasta mereka jauh berbeda, ibaratnya Jeff itu seorang langit yang tinggi, sedangkan dia hanya tanah yang biasa terpijak-pijak.
"Apa saja agenda ku hari ini, selain meeting saat makan siang nanti?"
"Hanya meninjau laporan-laporan dari beberapa divisi saja, tuan." Jawab Kirana sambil membuka beberapa berkas di tangan nya, berisi agenda untuk Jeff hari ini.
Jeff menatap Kirana dari atas sampai ke bawah nya, kenapa Kirana terlihat berbeda hari ini?
'Kenapa Kirana terlihat cantik? Aahhh sial, ingat Jeff, kau pria beristri.' Batin Jeff bergejolak. Dia mengagumi kecantikan sekretaris nya, Kirana. Tapi di satu sisi, dia juga menyadarkan dirinya sendiri kalau dia sudah berkeluarga.
"Tuan, anda kenapa?" Kirana melambaikan tangan nya di depan wajah Jeff, membuat pria itu langsung tersadar seketika.
"A-ahh ya, kau bisa pergi."
"Baik tuan, selamat pagi." Kirana membungkuk hormat, lalu keluar dari ruangan sang CEO.
Jeff menatap punggung Kirana yang mulai menjauh, kaki jenjang nya melangkah anggun. Tubuhnya bisa di bilang kecil, namun berisi. Dada nya menonjol, juga bokoong nya yang menyembul, menambah keindahan tubuh perempuan cantik itu.
Kirana Andriana, perempuan yang terbilang menarik. Wajah nya mungil, dengan sepasang mata bulat, bulu mata lentik, alis yang tebal, hidung mancung dan bibir yang tipis kemerahan, membuat kaum Adam betah berlama-lama menatap wajah Kirana.
"Aihhh, kenapa dengan otak ku. Lama gak keluar jadinya ngelantur gini, astaga." Dengan cepat, Jeff mengenyahkan bayangan-bayangan kotor di dalam benak nya.
.......
🌻🌻🌻🌻