Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 - Takdir
Mikhayla berharap ini hanya bercanda, akan tetapi telinganya nyata mendengar sang papa menyerahkan dirinya secara agama kepada pria lain. Ya, pria dewasa yang memaksa masuk dalam hidupnya beberapa hari pasca kehilangan istrinya.
Dimana letak nurani Keyvan? Kuburan istrinya bahkan masih basah dan dia menjabat tangan wali lain dengan mantapnya. Bagaimana respon keluarga Liora nantinya? Akan seburuk apa pria itu terlihat di mata mereka.
Akan tetapi, tujuan dia menikahi Mikhayla di sini bukan serta merta untuk melupakan mendiang istrinya. Keyvan sangat-sangat mencintai Liora, wanita cantik yang begitu sabar menunggunya siap untuk menikah.
"Saya terima nikah dan kawinnya Mikhayla Qianzy dengan mas kawin yang tersebut tunai."
Mas kawin apanya? Kapan juga Mikhayla meminta mahar sebanyak itu. 2 Milyar, dan dia baru mengatakan hal itu ketika sudah berhadapan dengan Mikhail.
Pernikahan yang dia impikan akan berjalan seperti pesta putri kerajaan, dengan proses panjang dan juga pendekatan nyatanya hanya mimpi belaka. Jangankan proses panjang mulai lari lamaran ataupun bertunangan, cara pendekatan Keyvan juga sangat tidak biasa.
Meski pernikahan itu tampak buru-buru, Zia tetap berharap pria yang menjadi suami putrinya masih memiliki kadar waras walau seujung jari. Dia berusaha menahan tangis di belakang Mikhayla, tidak dia duga putri sulungnya menerima nasib yang tidak jauh berbeda seperti dia di masa muda.
"Bagaimana saksi?"
"Sah."
Mengucapkan sah sedikit bergetar, keputusan Keyvan yang tiba-tiba menikahi wanita ini jelas saja mengejutkan. Seperti yang mereka ketahui, Keyvan baru saja kehilangan dan hal ini benar-benar tidak bisa mereka mengerti.
Tanpa kecupan, tanpa peluk hangat atau sebagainya karena pria yang ada di hadapannya saja takut dengan sorot tajam pria itu. Mikhayla menggigit bibir bawahnya, mata indahnya terasa panas dan dia luar biasa marah pada sang papa yang tampak khusyuk mengaminkan doa penghulu itu.
Usai prosesi penyatuan tali pernikahan itu, Mikhayla menghambur ke pelukan Zia. Dia menangis tersedu bahkan napasnya terasa sesak, Keyvan tak mengganggu dan dia biarkan kedua insan itu tenggelam dalam kesedihannya.
"Mama ... kenapa kemari? Harusnya nggak perlu," ucapnya bahkan terdengar tidak jelas, kalah lantaran air mata dan isak tangisnya.
"Maaf, Sayang ... Mama hanya bisa melakukan ini, keputusan ini adalah yang paling baik."
Paling baik dari mananya? Yang ada dia semakin tidak punya kuasa pergi dari pria itu. Andai saja orang tuanya menolak datang, mungkin pernikahan semacam ini tidak akan terjadi.
"Sudah, Mama percaya kamu akan mendapatkan yang paling tepat, Sayang." Hati Zia berbohong, dia sendiri khawatir dengan kepribadian menantunya itu. Terlihat diam dan tidak banyak bicara, tapi entah kenapa sorot matanya bahkan memperlihatkan dendam tiada habisnya.
Tidak jauh berbeda dari Zia, Mikhail yang berdiri di dekat mereka sontak merasa gagal sebagai sosok papa. 18 tahun berlalu sejak tangis sang putri terdengar pertama kali di dunia, kali ini dia menyerahkan putrinya kepada pria asing dengan cara yang tidak terduga.
Sejak dahulu dia takut sekali perihal pasangan untuk putrinya di masa depan. Dia bahkan memilih siapa saja yang boleh ditemani oleh Mikhayla karena khawatir putrinya terjun ke langkah yang salah. Akan tetapi, saat ini dia justru mendapatkan seorang menantu yang sebadjingan itu di matanya.
"Maafkan Papa, Khayla ... semua terjadi karena Papa. Maaf, kamu harus papa korbankan demi kebaikanmu sendiri," tutur Mikhail menyerah, mungkin dulu Zia pernah merasakan di posisi Mikhayla dengan kasus yang berbeda, ya dia sangat sadar bahwa ini merupakan karma perbuatannya.
Untuk terakhir kalinya, sebelum kembali Mikhail memeluk erat putrinya. Mengusap kepala dan pundaknya berkali-kali, sungguh rasanya tidak rela putri kesayangannya ini jatuh di tangan pria seperti Keyvan.
"Jaga diri baik-baik, jangan membantah seperti kamu bantah Papa ... jangan terlalu manja karena yang bersamamu bukan Papa lagi. Katakan jika dia meyakitimu, kamu dengar Papa, Sayang?"
Tangis Mikhayla pecah dalam pelukan sang papa, dadanya seakan panas dan pikiran untuk mati saja itu kembali muncul di benaknya. Akan tetapi, dia paham dan sangat-sangat mengerti ancaman Keyvan sebelum menjadi suaminya.
"Iya, Papa ... Khayla dengar."
Memilih mengalah demi kedua orang tuanya tidak celaka malam ini, mau tidak mau Khayla harus terima. Ini adalah garis kehidupan yang patut dia jalani setelah lepas dari tanggung jawab Mikhail.
.
.
.
"Aku menyerahkannya bukan berarti melepasnya, lindungi dia sebagaimana aku menjaganya ... jangan hanya karena kau menjadi suaminya bisa semena-mena," tekan Mikhail sebelum berlalu, Keyvan hanya menarik sudut bibir dan menggerakan alisnya sebelum menjawab.
"Hm, tergantung bagaimana patuhnya dia sebagai istri."
Menyebalkan sekali, sama sekali dia tidak takut menatap mata Mikhail yang begitu tajamnya. Sakit sekali sebenarnya batin Mikhail, akan tetapi jika dia ingat saat hendak mendapatkan sang istri, dia juga tidak memiliki ketakutan sama sekali kepada orangtua Zia. Bahkan memikirkan perasaannya saja tidak.
"Jangan pernah menyakiti dia, aku merelakan putriku menjadi istrimu demi agar kau tidak menyakitinya ... jangan membuatku menyesal seumur hidup setelah ini," tegas Mikhail sebagai orangtua, senyum Keyvan yang kerap dia perlihatkan kini membuat Mikhail semakin gundah.
"Baik ... Pa-pa."
Seperti bercanda, Mikhail merasa diejek kala Keyvan memanggilnya dengan sebutan Papa. Entah hanya perasaan Mikhail atau memang Keyvan yang memanggilnya sebagai bahan candaan.
- To Be Continue -
Gimana-gimana? Coba keluarin unek-uneknya, pen lihat komen tembus 50 gitu.
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘