Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Domaine de la Romanee Conti 1990.
Salah satu jenis anggur bernama Pinot Noir, berhasil ditransformasikan menjadi sebuah minuman wine dengan harga yang sangat tinggi.
Konon katanya, wine ini memiliki cita rasa yang unik, seperti aroma yang lebih pekat, tidak terlalu manis, namun cukup kuat. Selain rasa yang unik, adalah tempat asal wine ini diambil, yaitu Perancis. Dua hal itu mampu membuat Conti masuk ke dalam daftar 10 wine termahal menurut kabar.
Meski dilansir mahal, peminat wine ini termasuk cukup banyak, salah satunya adalah Diego, yang pada saat ini sedang menikmatinya.
Dia sedang duduk di kursi rodanya, sambil memegang gelas anggur dan menikmati alunan musik. Seakan tidak ada beban yang mengganggu hidupnya. Begitu relax dan santai.
Suara ketukan pintu sama-sama terselenting di telinganya, dia pun langsung menekan remot untuk mengecilkan suara musik.
"Eemm masuk."
Perintah yang diturunkan Diego, seketika membuat dua daun pintu dari kayu itu terbuka di tengahnya, yang kemudian disusul langkah kaki seorang wanita.
Diego berbalik dari posisi sebelumnya, melihat seorang wanita dengan gaun merah menjuntai panjang memperlihatkan kaki jenjang putih mulus. Ya, di posisinya yang sedang duduk di kursi roda, dia hanya bisa melihat kaki Aishe untuk pertama kali.
Dia butuh mengangkat sedikit kepalanya, agar bisa memandang wajah cantik dengan polesan deep matte. Satu sudut bibirnya meninggi, puas melihat penampilan baru gadis yang sudah ditolongnya.
"Selamat malam, Tuan," sapa Aishe berjalan mendekati Diego.
Diego tersenyum licik, memandangi Aishe yang berjalan mendekat. Namun, pandangan itu berpindah, saat melihat Aishe berjalan tidak seimbang. Mungkin itu semua karena dia belum terbiasa memakai high heels.
Sampai akhirnya, keseimbangan Aishe goyah pada titik terakhir dan membuatnya jatuh tepat di bawah kaki Diego.
"Ma-aaf, saya belum terbiasa." Aishe berusaha membetulkan posisinya dan berlutut.
"Gak masalah. Kita masih punya banyak waktu."
"Iya. Apakah saya cukup memuaskan, Tuan?"
Diego memegang dagu Aishe, mendekatkan tubuhnya dan berbisik. "Tergantung penampilanmu malam ini, Sayang!"
Degup jantung Aishe meningkat pesat, kala hembusan napas pria itu melipir di telinganya. Seakan membawa suasana aneh yang tiba-tiba menyapanya.
Diego menarik tangan Aishe, menyuruhnya untuk berdiri. "Menarilah," ucap Diego membuat Aishe bingung.
"Menari? Ta-tapi Tuan?" Aishe mengangkat gaunnya sedikit, memperlihatkan kakinya yang memakai high heels. Seolah memberi tahu Diego bahwa dia belum terbiasa dengan alas kakinya.
"Lepaskan saja jika itu mengganggumu!"
Mendengar perkataan Diego, Aishe menjadi senang. Dia pun segera melepaskan high heels yang dia pakai. Tepat pada saat Aishe melepas alas kakinya, Diego menekan remot musik.
Seketika, ruang kamar nan luas dipenuhi suara musik yang menggema. Aishe menghela napas terlebih dahulu, sebelum akhirnya bangkit berdiri dari duduknya usai melepas sepatu.
Aishe menari sebuah kursi, duduk di sana dengan kedua kaki yang terbuka lebar dan tangan yang dinaikkan ke atas. Dia mulai bergerak, sesuai dengan alunan musik yang terputar. Melangkah kesana, melangkah ke sini. Gerakannya terlihat cukup lincah, padahal dulunya dia tidak bisa menari sama sekali.
Usut diusut, selama satu bulan ini, Aishe berusaha dengan keras mencari di artikel tentang cara menggoda pria. Termasuk dengan tariannya.
Diego pun terlihat cukup menikmati gerakan demi gerakan Aishe. Hingga, gadis itu mulai melancarkan aksinya.
Aishe berjalan dengan napas yang tersengal-sengal mendekati Diego. Dia membungkuk sedikit, kemudian mengalungkan tangannya dengan mesra.
"Anda puas, Tuan?"
Diego menarik punggung Aishe hingga membuat wanita itu jatuh dan duduk dipangkuannya. "Pakai ini!" Diego mengeluarkan sehelai kain hitam yang diambilnya dari atas meja tadi.
"A-apa ini, Tuan?"
"Penutup mata."
"Saya tau, tapi ini digunakan untuk apa?" Aishe masih tidak memahami maksud Diego. "Jika saya memakai ini, bagaimana saya melayani Anda?"
"Pakai saja!"
Aishe menatap mata Diego untuk beberapa saat sambil meyakinkan dirinya akan keputusan yang dia buat sendiri satu bulan yang lalu. Semuanya hanya demi membalas dendam, demi bisa membawa pria bajingan itu merasakan neraka.
Tanpa banyak bertanya lagi, Aishe mengambil penutup mata dan memakainya.
...||...
...☆TBC☆...