Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jendela Kolaboratif
Setelah peluncuran jendela kolaboratif dan ulang tahun Mimpi yang meriah, waktu terasa berlalu cepat. Cinta memasuki ujian akhir semester, dan Kelompok Jendela pun sedikit menurunkan kecepatan kerja untuk fokus belajar. Tapi itu tidak berarti mereka berhenti—mereka masih sering berkumpul di galeri setiap hari Minggu, membaca surat dari penggemar, dan merencanakan proyek selanjutnya.
Pada bulan Mei, ada kabar yang membuat semua orang terkejut. Lembaga budaya internasional yang mengundang mereka ke Singapura mengirim pesan: mereka ingin mengadakan pameran "Jendela Kita" di 5 negara lain—Malaysia, Thailand, Filipina, Jepang, dan Australia—selama 3 bulan ke depan. Dan mereka menginginkan keluarga dan Kelompok Jendela untuk menjadi pembicara dan instruktur lokakarya di setiap negara!
"Benarkah? Kita akan keliling Asia dan Australia?" tanya Cinta dengan mata yang memanjang. Semua orang terkagum-kagum—mereka tidak pernah menyangka cerita jendela asli akan sampai sejauh itu. Mimpi mendengar kata "Australia" dan berkata: "Australia! Bintang besar! Rumah juga!" Semua orang tertawa dan mengangguk.
Persiapan perjalanan keliling negara berlangsung selama sebulan. Mereka mempersiapkan karya seni yang akan dipamerkan—jendela kolaboratif mini, patung "Rumah Kita" dari Cinta dan teman-temannya, lukisan Lila, puisi Rina, dan video tentang galeri dan jendela asli. Arif memperbarui aplikasi "Jendela Kita" agar bisa digunakan dalam 4 bahasa lain: Inggris, Melayu, Thailand, dan Jepang.
Mimpi sekarang sudah berusia 2 tahun 2 bulan dan semakin cerdas. Dia suka belajar kata-kata bahasa asing—Arif mengajarkannya berkata "hello" (inggris), "sawasdee" (thailand), dan "konnichiwa" (jepang). Setiap kali dia menyebut kata itu, semua orang bersorak dan memuji dia. Dia juga suka membawa boneka kucing yang diberikannya di Singapura, dan selalu menaruhnya di depan jendela asli sebelum tidur.
Hari perjalanan tiba. Mereka naik pesawat ke Kuala Lumpur, Malaysia—tempat pameran pertama. Di sana, pameran diadakan di gedung seni yang besar, dan banyak orang datang untuk melihat karya mereka. Kelompok Jendela mengadakan lokakarya membuat "jendela impian" dari kertas dan kain, dan anak-anak Malaysia sangat senang. Mimpi jalan-jalan di antara mereka, berkata "sawasdee" dan membawa bunga melati yang mereka bawa dari Indonesia. Seorang anak kecil Malaysia menangis senang dan berkata: "Aku mau punya jendela seperti itu di rumahku!"
Setelah seminggu di Malaysia, mereka melanjutkan ke Bangkok, Thailand. Di sana, mereka bertemu dengan seniman lokal yang juga membuat karya tentang "rumah" dan "hubungan antar manusia". Mereka bekerja sama membuat karya kolaboratif: sebuah jendela yang menggabungkan batik Indonesia dengan anyaman Thailand. Mimpi membantu menaruh bunga melati di atas karya itu, dan seniman lokal berkata: "Anak kecil ini adalah jembatan antara kita semua."
Berikutnya adalah Manila, Filipina. Di sana, pameran diadakan di sebuah galeri yang dulu adalah rumah tua—sama seperti galeri mereka di Indonesia. Masyarakat Filipina sangat merespons cerita jendela asli, karena banyak dari mereka juga memiliki cerita tentang rumah tua yang penuh makna. Kelompok Jendela mengadakan lokakarya menulis puisi tentang rumah, dan Rina membaca puisi Mimpi yang dibuat sendiri. Semua orang menangis senang dan bersorak.
Kemudian mereka pergi ke Tokyo, Jepang. Di sana, karya mereka sangat disukai karena tema "hubungan antar manusia" yang erat dengan nilai-nilai Jepang. Arif mengadakan lokakarya tentang aplikasi "Jendela Kita", dan banyak orang Jepang mengunduhnya untuk berbagi cerita rumah mereka. Mimpi suka melihat taman bunga di Tokyo, dan selalu berkata "kirei" (cantik) setiap kali melihat bunga. Dia juga bertemu dengan anak kecil Jepang yang sama umurnya, dan mereka bermain bersama di depan jendela kolaboratif mini.
Terakhir, mereka sampai di Sydney, Australia. Pameran diadakan di tepi pantai, dan pemandangan matahari terbenam sangat indah. Banyak orang Australia yang terpesona dengan keberagaman Indonesia yang tergambar dalam karya mereka. Kelompok Jendela mengadakan lokakarya membuat "peta rumah dunia" dari batu pantai, dan semua peserta menggambar rumah mereka di negara masing-masing. Mimpi membantu menaruh bunga melati di tengah peta, dan berkata: "Seluruh dunia! Rumah semua orang!" Semua orang menggenggam tangannya dan menyanyi lagu bersama.
Setelah 3 bulan keliling negara, mereka pulang ke Indonesia. Mereka merasa lelah tapi senang banget—mereka telah bertemu dengan ribuan orang, berbagi cerita, dan membuat teman baru dari seluruh dunia. Paket dari negara-negara itu juga mulai tiba di galeri: karya seni dari peserta lokakarya, surat terima kasih, dan bahan seni khas dari setiap negara.
Pada bulan Agustus—saat Cinta menyelesaikan kelas 1 SMA dan memasuki kelas 2—mereka memutuskan untuk membuat "dinding jendela dunia" di galeri. Dinding itu dipasang di samping jendela asli dan jendela kolaboratif, dan diisi dengan karya seni yang dikirimkan dari luar negeri serta cerita tentang teman-teman baru yang mereka temui. Mimpi membantu menempelkan foto mereka dengan anak-anak di negara lain, dan selalu berkata: "Teman! Teman!" setiap kali melihat foto itu.
Pada bulan Oktober—musim hujan mulai tiba—ada kejutan lain. Pemerintah daerah mengumumkan bahwa galeri dan jendela asli akan dijadikan "Tempat Sejarah Budaya Daerah". Ini berarti galeri akan mendapatkan bantuan dana untuk diperluas lagi, dan cerita jendela asli akan diajarkan di sekolah-sekolah di daerah itu.
"Alhamdulillah! Ini bukti bahwa kerja kita semua dihargai," kata Adi dengan mata berkaca-kaca. Semua orang berpelukan dan bersorak. Mimpi mendengar kata "sekolah" dan berkata: "Sekolah! Guru! Jendela!" Semua orang tertawa—mereka tahu bahwa Mimpi akan menjadi murid yang cerdas nanti.
Hari peresmian "Tempat Sejarah Budaya Daerah" dijadwalkan pada akhir bulan November. Semua orang yang pernah terlibat dalam cerita jendela asli diundang—teman-teman, tetangga, peserta lokakarya, bahkan orang yang mengirimkan bahan dari jauh. Galeri dipenuhi orang, dan suasana sangat meriah.
Acara dimulai dengan pidato dari gubernur daerah: "Jendela asli ini pernah hanya jendela di rumah kecil. Tapi sekarang, dia menjadi jendela yang menghubungkan Indonesia dengan dunia. Ini adalah contoh bagaimana cinta, kerja sama, dan harapan bisa mengubah sesuatu yang kecil menjadi sesuatu yang luar biasa."
Kemudian, Cinta dan Kelompok Jendela membawakan karya baru mereka: sebuah patung yang menggambarkan "jendela masa depan"—di mana semua orang, tanpa memandang latar belakang atau negara, bisa saling bertemu dan berbagi. Mimpi membantu menaruh bunga melati di atas patung itu, dan berkata: "Masa depan! Jendela! Semua orang!" Semua orang menangis senang dan bertepuk tangan.
Pada malam hari itu, semua orang berkumpul di galeri, di depan ketiga jendela yang berdampingan: jendela asli, jendela kolaboratif, dan dinding jendela dunia. Hujan turun lembut, tapi tidak menyemarakkan suasana—malah membuat bau bunga melati semakin kental.
Rina berdiri dan berkata: "Tahun ini telah penuh kejutan dan kebahagiaan. Kita telah berkeliling dunia, membuat teman baru, dan melihat bahwa jendela kita bisa menyentuh hati orang-orang di mana saja. Ini bukan akhir—ini awal dari masa depan yang lebih cerah, di mana lebih banyak jendela akan terbuka."
Adi memegang tangan Rina dan melihat ke arah ketiga jendela: "Kita bersyukur atas semua yang telah diberikan. Semua ini dimulai dari lupa menutup jendela—dan sekarang, kita tidak akan pernah menutup jendela lagi, baik di rumah kita maupun di hati kita."
Mimpi jalan-jalan di antara orang-orang, membawa bunga melati dan menyapa setiap orang. Dia berhenti di depan jendela asli, menunjuk ke luar ke hujan yang turun, dan berkata: "Hujan! Matahari nanti! Rumah semua orang!" Semua orang tertawa dan menggenggam tangannya.
Angin segar bertiup melalui ketiga jendela, menyebarkan kebahagiaan dan harapan yang tak terukur. Semua orang menyanyi lagu bersama sampai larut malam, menyaksikan bulan yang terang memecah kegelapan hujan. Ketiga jendela tetap terbuka—seperti janji yang abadi, menyala terang, dan membuktikan bahwa cinta dan kerja sama bisa mengubah dunia menjadi rumah yang lebih baik bagi semua orang.