Sequel lanjutan dari novel My Teacher My Secret Husband
Merlinda , gadis cantik bermata bulat , berambut ikal tebal , dengan warna kulit kuning langsat .
Elin , seperti itu biasa orang memanggilnya , gadis periang , humoris , yang akan selalu membuat orang lain tertawa berada di dekatnya.
Setelah kepergian Gery , laki laki yang pertama kali membuatnya jatuh cinta namun kemudian pergi meninggalkan dirinya untuk selama lamanya.
Meninggalkan ia tanpa pesan , namun sejuta kenangan indah yang tidak mungkin di lupakan ,
sejauh apapun dirinya pergi kenangan indah , namun menyakitkan itu akan selalu mengiringinya.
Sekarang ia telah tumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik dengan tutur kata yang lembut , ia benar-benar tidak menyangka jika kedatangannya ke New York akan merubah cerita kehidupannya yang kelam.
Kisah cintanya kembali terjadi di kota itu , dan hal yang paling gila adalah kalau ternyata ia sedang berkencan dengan pemilik perusahan di tempat ia magang saat ini.
" Ini benar-benar gila " umpatnya tidak percaya.
~~~
" Dia kekasihku " ucap CEO tampan itu , bibirnya terus melengkung dan merasa begitu bahagia karena akhirnya ia mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan wanita yang memiliki seutuh hatinya pada semua orang , " bahkan saat ini kami sedang merencanakan pernikahan , bukankah begitu nona Merlinda ? " tambahnya , membuat mata coklat milik Elin membulat dengan sempurna , bersama suasana yang tiba-tiba hening oleh rasa tidak percaya semua orang , bagaimana mungkin karyawan magang itu adalah calon istri CEO tampan yang di gilai hampir semua kaum perempuan muda di kota New York.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sary Bhieltha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandwich Special
" Hay Meili " sapa Mike , sebelum ia berjalan dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
" Hay Mike " balas Meili , kemudian segera menghampiri Elin yang masih terpenung menatap ujung jalan.
" Apa yang sedang kau lihat Elin " tanya Meili sambil ikut melihat ke arah pandangan mata Elin.
" Kau mengejutkan aku Meili " ujar Elin sambil mengelus dadanya.
" Sorry " kata Meili tertawa.
" Apa kau masih ingin tetap disini ? " tanya Meili , dan Elin tertawa sambil menggelengkan kepalanya "Apa kau pergi bersama Mike " tanyanya lagi sambil berjalan beriringan menuju gedung Parsons School.
" Elin " teriak Meili , karena perempuan itu tidak menjawab pertanyaannya " astaga , kenapa kau berteriak Meili ? " ucap Elin terkejut diikuti semua orang yang juga menatap kearah mereka.
" Kau tidak menjawab pertanyaanku "
" Memang apa yang kau tanyakan ? " ujar Elin yang memang tidak mendengar.
" Apa yang sedang kau pikirkan Elin ? " tanya balik Meili , Elin terdiam sesaat kemudian menggelengkan kepalanya " kau jangan membohongiku , kalau pikiranmu sedang berada di sini , tidak mungkin kau tidak mendengarku " jelas Meili.
" Sungguh tidak ada apa apa Meili " kata Elin berkilah , karena memang tidak mungkin mengatakan kalau ia memang sedang memikirkan Daniel yang tidak lain adalah kakaknya Meili.
" Baiklah kalau kau tidak ingin menceritakannya padaku , tapi katakan kenapa kau bisa datang bersama Mike ? "
" Astaga aku hampir lupa kalau kalian tinggal di apartemen yang sama " lanjut Meili.
" Kami bertemu di lobby apartemen , dan dia menawarkan ntuk pergi bersama , aku menerima ajakkannya karena waktuku yang sudah hampir terlambat , dan itu sungguh tidak sengaja " jelas Elin , dan Meili menyimak sambil menahan bibirnya untuk tertawa , " kenapa kau begitu takut Elin , aku hanya bertanya " ujar Meili yang akhirnya tidak mampu menahan mulutnya untuk tertawa.
" Apa yang lucu Meili ? " tanya Elin heran.
" Apa kau tidak sadar , kau berbicara seperti sedang menjelaskan pada pacarmu " jelas Meili.
" Sungguh " tanya Elin yang bingung pada dirinya sendiri.
" Sudahlah , sepertinya kau masih lelah karena perjalananmu " ujar Meili dengan merangkul pundak Elin , lalu melanjutkan langkah mereka.
" Sampai bertemu Elin , setelah jam pelajaran pertama selesai aku akan langsung menghampirimu " ucap Meili saat mereka berada di lantai gedung Seni Kreatif dan Desain tempat Elin belajar.
Sedangkan Meili , ia harus menaiki dua kali lagi tangga eskalator atau lift untuk mencapai kelasnya , dan akhirnya setelah berpikir panjang Meili memutuskan untuk mengambil Study Bisnis dan Management di Parsons School , walau ia sendiri belum yakin , yang penting ilmunya akan berguna jika nanti Daniel meminta untuk ikut andil dalam mengurus perusahaan keluarga mereka .
" Bye Meili " balas Elin , yang kemudian segera masuk kedalam kelas , karena sebentar lagi dosen mata pelajaran pertama akan segera datang.
****
Wajah Daniel begitu tidak bersahabat pagi ini , bahkan saat memasuki lobby kantor , ia mengabaikan semua sapaan para karyawan.
dan hanya Reza yang memberanikan diri untuk berbicara pada Daniel dan itu untuk hal yang di anggap paling penting untuk di bicarakan , sebenarnya laki laki muda itu sudah terbiasa menghadapi mood tidak baik dari Tuannya.
Namun yang membuat Reza bingung , kenapa Daniel tiba tiba kembali dingin seperti ini , setelah beberapa hari yang lalu , laki laki itu terlihat begitu bahagia dengan senyum yang tidak pudar dari bibirnya , bahkan untuk pertama kalinya Reza melihat wajah Daniel seperti itu , tapi hari ini wajah itu berubah menjadi 180° , tanpa garis senyum , yang terlihat hanya tatapan tajam dan wajahnya yang dingin.
" Kau bisa pergi Reza , dan beri tahu aku jika meeting akan segera di mulai " ucap Daniel yang sedang berhenti di depan pintu ruang kerjanya.
" Baik tuan , hubungi saya jika ada sesuatu yang anda butuhkan " kata Reza yang masih tetap berdiri di belakang Daniel.
tanpa menjawab ucapan Reza , Daniel segera masuk ke dalam ruangannya , meninggalkan Reza yang langsung menarik nafas legah karena bisa terlepas dari Daniel , walau hanya sebentar tapi waktu itu cukup untuk mengatur detak jantungnya yang sedari tadi terus berdetak cepat karena menahan cemas menghadapi Daniel .
" Kau harus bertahan jantung " gumam Reza seraya pergi meninggalkan ruangan Daniel.
~
Daniel terdiam dengan mata yang menatap ke luar gedung , dinding yang hanya di lapisi kaca , tentu membuat kota New York terlihat begitu jelas dari sudut ruang kerjanyal , namun bukan itu yang menjadi fokus utamanya saat ini , matanya menatap kota New York namun pikirannya masih tertinggal di Parsons School.
" Kenapa dia harus bersama Mike ?, dan kenapa aku harus kembali berurusan dengan laki laki sialan itu " gumam Daniel , rasa emosi yang sudah meredah selama tiga bulan ini kembali muncul , ia masih tidak bisa menyangka sampai hari ini , laki laki yang sudah ia anggap seperti adiknya , malah berselingkuh dengan kekasihnya sendiri.
Tidak ada penjelasan tentang bagaimana awal perselingkuhan itu bisa terjadi , walau setengah tak percaya tapi Daniel sudah memastikan dengan mata dan kepalanya sendiri , dua manusia terdekatnya itu sedang berciuman di dalam sebuah club malam.
Walau ia begitu penasaran bagaimana bisa Hannah berselingkuh dengan Mike , namun rasa penasaran itu terus ia buang dari pikirannya , tidak ada alasanmya untuk tahu , semua sudah jelas , perselingkuhan itu terjadi dengan kesadaran mereka , dan Daniel tidak ingin kembali membuka lukanya hanya untuk mengetahui alasan hubungan sialan itu terjadi .
" Apa aku berlebihan karena tidak menyapanya , tapi aku tidak bisa menyembunyikan rasa cemburuku " kata Daniel yang kembali merasa cukup geram mengingat keadaan tadi pagi " tapi dia tidak salah Daniel , dia tidak tahu tentang perasaanmu dan tidak tahu kalau kau membenci dia bersama laki laki lain , terlebih itu Mike " lanjutnya lagi yang berbicara pada dirinya sendiri.
" Astaga kau memang berlebihan Daniel , bagaimana setelah kejadian ini malah membuat hubungan kalian semakin buruk "
" Tidak mungkin seorang Daniel kalah sebelum berperang , kau harus melakukan sesuatu , " lanjutnya ,
tidak salah jika orang yang melihatnya akan berpikir bahwa laki laki tampan itu sudah gila , karena ia terus berbicara sendiri tanpa ada lawan bicaranya .
~
" Ini untukmu " ucap Meili sambil memberikan kotak makan pada Elin , " apa ini meil ? " tanya Elin bingung.
" Roti Coklat panggang dan Sandwich " jelas Meili " makanlah , walau sudah dingin tapi itu sangat special " lanjutnya dan Elin tersenyum saat melihat isi dalam kotak makanan itu.
" Tentu special karena ini hasil buatanmu sendiri " kata Elin tertawa dan ia memilih Sandwich untuk menu pertama yang masuk ke dalam mulutnya " sangat enak Meili " ucapEelin dengan mata berbinar " sungguh ? " tanya Meili tersenyum.
" Ya ini sangat enak , rasanya begitu pas dengan roti yang begitu lembut " jelas Elin yang begitu bersemangat mengunyah makanannya.
" Kau hebat Meili , dan aku rasa kau harus membuka restoran Sandwich suatu hari nanti " lanjutnya.
" Akan aku pikirkan jika ilmu yang aku dapatkan di sini tidak berguna " sahut Meili tertawa , " tapi ini bukan buatanku lin , ini buatan ibuku " jelasnya , " benarkah ? , aku sungguh beruntung hari ini , katakan pada ibumu aku sangat menyukainya , ini Sandwich terenak yang pernah aku coba " ucap Elin dengan wajah yang begitu terharu.
" Kau harus mencoba roti coklatnya juga "
" Tentu meili , bahkan aku takkan membiarkan ini tersisa sedikit pun " ucap Elin , setelah menghabiskan dua potong Sandwich , ia mengambil roti coklat dan segera menggigitnya " apa keluarga kalian pembuat roti Meili " tanyanya , yang membuat Meili sedikit tersedak dengan pertanyaan polos sahabatnya itu , " tidak Elin , keluargaku hanya penikmat roti bukan pembuat roti " jelas Meili sambil menahan bibirnya untuk tertawa , " emm.. aku pikir keluargamu pembuat roti enak ini " katanya lagi.
" Apa kau sungguh tidak mau Meili ? " tanya Elin memastikan dan Meili menggelengkan kepala " habiskan jika kau memang begitu menyukainya "
" Kau tahu kenapa roti itu begitu special ? "
" Karena ini buatan ibumu " jawab Elin tertawa.
" iya, itu juga salah satu alasannya , tapi yang lebih special karena Sandwich itu di berikan oleh Daniel untukmu " jelas Meili , membuat Elin tiba tiba terdiam dengan mulut yang masih di penuhi makanan.
" Aku pikir , kau menjadi orang special untuknya " lanjut Meili tertawa.
" Itu tidak mungkin Meili , kami tidak memiliki hubungan apapun " bantah Elin.
" Ceh, aku sangat mengenal kakakku Elin , kau tahu selama ini dia tidak pernah membagi Sandwich itu padaku , walau aku juga tidak pernah membiarkannya menyentuh roti coklatku , makanan ini sangat berharga untuk kami , karena di buat langsung oleh tangan ibuku " jelas Meili dengan tersenyum.
" Mungkin kami akan membiarkan roti ini membusuk dari pada harus membaginya pada orang lain , tapi sekarang untukku itu tidak lagi , karena aku sudah memiliki kamu , sahabat yang tidak kalah berharga dari roti coklat buatan ibuku ,
dan aku bisa pastikan begitu juga Daniel , dia tidak akan memberikan Sandwich itu padamu , kalau saja kau tidak sama berharga untuknya "
Elin terdiam , rasanya roti yang ia makan tiba tiba menjadi susah untuk di cernah " mungkin dia memberikannya karena merasa sudah kenyang Meili , kau terlalu berlebihan , kakakmu tidak mungkin menganggapku seistimewah itu " ucap Elin berusaha untuk menyangkal , karena itu sangat tidak mungkin baginya , tidak ada yang special selama pertemuan singkat antara ia dan Daniel , walau sebenarnya , hatinya sedikit menghangat saat Meili mengatakan hal mustahil itu .
" Itu pasti tidak mungkin , kalau yang di katakan Meili itu benar , kenapa dia tidak menyapaku tadi pagi , bahkan terlihat seperti sengaja mengabaikan " batin Elin yang tanpa ia sadari raut wajahnya berubah menjadi sedih .
" Aku tidak memaksa kau untuk percaya Elin , tapi yang perlu kau tahu , aku tidak pernah bercanda saat mengatakan tentang keluargaku " ujar Meili tersenyum namun dengan tatapan yang begitu serius .
" Aku pergi dulu " pamit Meili yang beranjak dari duduknya.
" Mau kemana ? "
" Aku harus mengurus mobilku " jelas Meili.
" kotak makanan mu "
" Bawalah pulang , itu masih menyisakan satu Sandwich dan kau harus menghabiskannya Elin, karena aku sudah mengatakan kalau Sandwich itu sangat special untukmu " ucap Meili yang kemudian pergi lebih dulu meninggalkan Elin yang menatap kosong pada kotak makanan miliknya.
" Bercandamu kali ini tidak lucu Meili " gumam Elin yang tanpa sadar menghela nafasnya.
****
" Apa aku juga harus menyimpan sisa Sandwich ini " ujar Elin yang tiba tiba menyayangkan sepotong Sandwich itu untuk di makan , " astaga ,aku akan benar benar menjadi gila " lanjut Elin merutuki ke bodohannya .
" Itu sangat tidak mungkin , Meili pasti bercanda dengan ucapannya , tidak mungkin Daniel menganggapku seperti itu ,
iya , itu tidak sangat mungkin , sangat tidak mungkin " gumam Elin sepanjang menaiki lift menuju lantai apartemennya .
ting " pintu lift terbuka.
" Aku harus tidur , agar pikiran gila ini pergi bersama mimpi " ucapnya sambil berjalan keluar dari dalam lift menuju pintu apartemen " oh my god , otakku benar benar sudah gila " ucap Elin terkejut karena melihat bayangan Daniel sedang bediri di sisi pintu apartemennya .
Elin terus melanjutkan langkahnya dengan pikiran bahwa laki laki yang ia lihat adalah halusinasi dari otaknya.
" Kenapa kau tidak mau hilang , astaga kenapa bayangannya malah semakin nyata " lanjutnya yang berada semakin dekat pada bayangan Daniel.
" Mungkin sekarang aku sedang berada di alam mimpi , ini pasti hanya mimpi " ujar Elin yang meyakinkan dirinya sendiri , karena tidak mungkin tiba tiba Daniel berada di depan pintu apartemennya , dan sekarang sedang menatapnya dengan tersenyum , senyum manis yang slalu berhasil membuat jantung Elin berpacu lebih cepat.
" Apa kau mengabaikanku ? " tanya Daniel , Elin yang baru saja ingin membuka pintu , kembali memutar wajahnya menatap tidak percaya pada bayangan yang sedang mengajaknya berbicara .
" Kau terlihat sungguhan " ujar Elin , dengan mata yang menatap tidak berkedip pada Daniel.
" Apa yang terjadi padamu ? " tanya Daniel panik dengan kedua tangan yang menangkup pada pipi Elin .
" Apa aku masih berhalusinasi , tapi sentuhan tangannya seperti nyata " ucapnya lagi yang masih menatap tidak percaya pada tubuh Daniel di hadapannya.
" Hey , aku memang nyata " kata Daniel yang mendekatkan wajahnya , bahkan sangat dekat pada wajah Elin.
Bola mata Elin membulat sempurna , saat menyadari kalau wajah yang berada tepat di hadapannya ini , bukan lagi bayangan halusinasi seperti yang ia pikirkan.
" Apa sekarang aku masih terlihat seperti halusinasi ? " tanya Daniel dengan bibir yang ia tahan untuk tertawa .
" Ini sangat memalukan " gumam Elin dengan wajah yang sudah memerah seperti tomat , segera ia membuka pintu dan masuk ke dalam apartemen , tidak peduli dengan Daniel yang masih berdiri di depan pintu.
" Kau slalu saja membuatku gemas " gumam Daniel dengan bibir yang terus tersenyum karena tingkah konyol Elin.
jangan lupa vote , like dan coment🤗
dan sekali lagi terimakasih atas segala dukungannya🙏😇💚
si elin aj gk ketauan ending nya
aku membacanya lagi dan lagi.
eline suka cerita elin😁