Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.
Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Anila yang sudah turun dari taksi berjalan masuk ke dalam rumah. Saat itu Hanan masih ada di dalam melihat Anila. Wajah keduanya tampak binggung karena baru pertama kali melihat sama lain. Tapi Anila menebak kalau dia adalah kawan dari Baki tidak terlalu bertanya kepadanya.
“Aku membawa makanan untuk kalian. Aku masuk ke kamar dulu ya,”kata Anila segera berjalan masuk ke dalam kamar yang ada di lantai dua. Hanan melihat Anila yang berjalan santai tanpa ada yang salah merasa ada yang ganjil. Setelah Anila tidak terlihat dari pandangan Hanan dia menunjuk ke arah atas.
“Siapa dia Baki?,”tanya Hanan dengan lebut.
“Dia Anila,”jawab Baki dengan singkat.
“Anila kenapa dia ada disini?,”tanya Hanan tampak curiga dengan hubungan keduanya.
“Anila tinggal di rumahku sudah ada beberapa bulan dia ada sini. Kenapa Hanan.Apa ada masalah dengan itu?,"jawab Baki dengan wajah biasanya.
“Sudah sebulan dia tinggal disini. Kenapa dia tinggal disini. Apa dia tidak memiliki rumah. Usir dia Baki aku tidak suka dia ada disini?,”ucap Hanan dengan wajah tegas dan tidak senang.
“Itu tidak bisa Hanan. Aku memiliki utang budi dengan Anila karena dia aku bisa selamat. Dia juga tidak memiliki siapa-siapa di sini. Jadi aku mengusulkan untuk dia tinggal disini. Kenapa kamu ini tidak suka dengan Anila. Apa lagi kamu baru pertemu dengan dia barusan bukan,”kata Baki.
“Aku tidak perduli. Usir dia dari sini pokoknya,”ucap Hanan dengan wajah keras kepalanya. Tapi dalam hati Hanan dia merasa kalau Anila adalah ancaman untuk dia bisa dekat dengan Baki.
“Aku tidak bisa,”jawab Baki yang menola tawaran dari Hanan.
“Kenapa. Kalau begitu aku akan juga tinggal disini mulai sekarang. Kalau kamu masih saja mengizinkan dia tinggal,”ucap Hanan dengan wajah cemberut. Bani dan Harits mendengar keluahan dari Hanan hanya bisa diam saja.
Sementara di tempat lain Anila yang baru saja selesai mandi keluar dari kamarnya.”Kalian tidak makan,”ucap Anila dengan wajah santai.
“Kenapa kamu tinggal disini. Apa kamu tidak memiliki rumah harus tinggal disini,”ucap Hanan dengan wajah tajam dan kesal. Anila melihat wajah dari Hanan hanya bisa terdiam.
“Kak Baki dia teman kamu. Siapa dia?,”tanya Anila yang sama sekali tidak perduli dengan kata Hanan.
“Hai kamu dengar tidak aku berkata dengan kamu,”tanya Hanan yang marah.
“Aku dengar kok. Tapi urusan kita apa sampai kamu melarang aku tinggal disini.Apa lagi kak Baki saja mengizinkan aku tinggal disini. Memangnya kamu siapa melarangku,”ucap Anila yang dengan wajah dingin.
“Begini kalau ada wanita yang cemberu. Ini membuat aku tidak nyaman disini saja,”batin Anila.
“Kamu tidak usah ambil pusing dengan Hanan,”ucap Harits.
“Hanan jadi itu nama kamu,”ucap Anila yang mengangguk paham.
“Ada apa ada masalah. Sebaiknya kamu pergi dari sini dari pada kamu di usir oleh paman Aliy,”ucap Hanan yang bangga.
“Paman Aliy sudah mengizinkan aku tinggal disini,”ucap Anila dengan santai duduk didekat Harits. Sambil makan bersama dengan Baki, Harits dan Bani mereka mendengarkan suara dari Hanan.
Hanan mendengar kata dari Anila melihat ke arah Bak yang ada disampingnya. Baki mengangguk kepada Hanan yang melihatnya.”Itu tidak mungkin. Kalau begini akan menjadi masalah. Aku harus membuat Anila ini pergi dari sini,”hati kecil Hanan yang sedang memikirkan rencana. Tapi saat dia sedang fokus dengan dirinya semua makanan di depan meja sudah habis.
“Kamu beli dimana Anila,”tanya Bani yang merasa puas dan kenyang.
“Aku beli dipasar jajan saat pulang dari membuat senjata,”kata Anila dengan santai.
“Senjata apa yang kamu buat,”tanya Harits dengan mata ingin tahu.
“Rahasia. Baru juga dibuat. Untuk persiapan nanti berangkat ke pegunugan Tratam,”kata Anila.
Hanan yang mendengar kata pegunugan Tratam membuat ide.”Kamu ingin pergi ke pegununga Tratam. Kalau begitu aku ikut dengan kamu bagaimana. Baki kamu juga ikut bukan,”ucap Hanan yang tersenyum licik.
“Apa kamu yakin Hanan mau ikut?,”tanya Bani.
“Tentu saja. Dia saja ikut kenapa aku tidak boleh,”jawab Hanan sambil menunjuk ke arah Anil.
“Kak Hanan aku tidak tahu kenapa kamu tidak suka denganku.Apa lagi kita baru pertama bertemu,”ucap Anila dengan helaan nafas karena merasa sakit kepalanya melihat sikap Hanan.
“Tanyakan saja kepada wajah kamu itu,”ucap Hanan.
“Wajahku kenapa. Apa ada yang salah,”ucap Anila melihat ke arah Harits. Harits melihat wajah dari Anila membuat dia teringat kejadian tadi malam yang dia mencium bibirnya. Tapi karena banyak orang Harits mencoba tenang dan berkata,”Tidak ada.”
Sementara itu Bani dan Baki yang mengamati Harits merasa curiga dengan mata mereka menyipit manatap ke arah Harits. Hanan yang melihat wajah keduanya melambaikan tangannya untuk mengubah ekspersi wajah mereka sambil berkata,”Kalian berdua ini kenapa sih.”
“Tidak ada,”ucap keduanya yang serempak. Membuat Hanan sedikit curiga.
“Apa mereka berdua suka dengan Anila. Ini tidak boleh,”ucap Hanan dengan wajah pucatnya. Anila melihat sikap ketiganya yang aneh di tambah lagi Harits pergi dari sampingnya.
“Aku akan ke atas dulu,”ucap Harits sebelum pergi. Anila hanya melihat punggung Harits yang sudah menaiki anak tangga.
“Ada apa dengan Harits,”kata Anila yang tidak paham,
“Mungkin dia ingin mandi. Jadi kamu tidak usah perdulikan dia Anila,”ucap Bani.
“Itu benar,”kata Baki. Hanan semakin tidak senang dengan Anila yang ada didepannya. Anila merasakan tatapa itu berkata,”Apa ada hal yang ingin kamu katakan kak Hanan?.”
Hanan berdiri dan berjalan mendekat dan berbisik ke arah Anila,”Kamu awas saja kalau tetap tinggal disini. Kamu akan mati.”
“Kakak kamu cemburu dengan aku tinggal disini. Tapi kakak harus tahu. Aku tidak ada hubungan dengan ketiganya aku hanya tinggal disini saja,”bisik Anila dengan santai.
“Kamu kira aku bisa di bodohi oleh kamu,”ucap Hanan.
“Hanan jangan membuat masalah. Kalau kamu terus seperti ini aku tidak akan izinkan kamu ikut dengan kami nanti,”ucap Baki dengan tagas setelah keduanya berbisik.
“Baiklah aku tidak akan membuat masalah. Jadi biarkan aku ikut dengan kamu ya,”ucap Hanan dengan wajah manja merangkul Baki.
Bani melihat sikap Hanan hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Setelah itu Hanan pergi dari rumah Baki. Anila yang melihat wajah dingin tertuju ke arahnya hanya bisa diam saja.”Kak Baki apa dia pacar kamu?,”tanya Anila.
“Bukan dia hanya teman wanitaku saja. Ada apa. Apa dia mengancam kamu. Maafkan aku ya Anila membuat kamu sulit,”jawab Baki merasa bersalah.
“Tidak apa-apa aku tahu kalau wanita yang sudah mengincar sesuatu dia akan melakukan apapun. Tapi soal dia ikut dengan kita apa kamu yakin tidak masalah,”ucap Anila.
“Dia itu seorang ahli dalam binatang. Jadi kamu tenang saja Anila,”kata Bani.
“Ahli dalam binatang maksud kamu apa?,”kata Anila yang tidak mengerti.
“Dia itu dokter hewan. Dia juga memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis hewan langkah maupun kuno seperti yang ada digambar ini dia tahu tentang hewan ini,”ucap Baki memberitahukan dengan santai. Anila yang paham hanya bisa mengangguk saja. Tapi akan hari damai Anila bisa kembali damai. Lalu akan senjata itu bisa jadi tepat waktu?.