Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Arsen memasuki halaman rumah Stella, untuk menjemput sahabat bar-barnya itu.
"Assalamualaikum." ucap Arsen.
"Waalaikumsalam." ucap pasangan paruh baya yang saat ini sedang duduk di ruang tamu,
"Arsen, masuk dulu Stella sedang bersiap, sudah sarapan?" tanya Mama Stella.
Arsen pun mengangguk dan menyalami kedua paruh baya tersebut.
"Kebetulan Arsen sudah sarapan tan." Arsen pun ikut duduk di sofa ruang tamu tersebut.
Sebenarnya papa Stella juga menyukai Arsen, dia pria yang sopan, baik, dan sudah mapan pastinya.
Stella menuruni tangga, penampilannya sudah rapih.
"Ayo Sen, kita berangkat."
"Tunggu Stel, papa mau bicara hanya sebentar 10 menit saja."
Perasaan Stella mulai tak enak, sungguh dia tahu jika Papanya ingin bicara pasti membahas tentang pernikahan lagi dan lagi.
Arsen dan Stella, duduk bersebelahan di hadapan kedua orang tua Stella serasa di sidang.
"Bagaimana tentang ucapan papa kemarin."
Arsen dan Stella saling memandang, kemudian menoleh kembali kearah papa dan mama Stella.
Arsen menarik nafas dalan dan menghembuskannya.
"Om tante Arsen siap menikahi Stella, ketika Stella pun siap untuk Arsen nikahi."
Papa Stella pun mengangguk, arah pandangnya menuju ke putrinya menunggu jawaban sang putri.
Stella menautkan kedua tangannya, saling meremas.
"Stella juga siap pa."
Ada hembusan nafas lega dari kedua orang tua Stella.
Kedua paruh baya itu pun saling menatap dan melempar senyum.
"Papa mama senang mendengarnya, sebaiknya kalian berdua segera bicarakan kapan waktunya, papa sih inginnya tidak sampai 1 bulan lagi."
"Baik Om tante, nanti Arsen akan bicarakan dengan Stella dan orang tua Arsen."
"Baik Arsen, tante dan om tunggu kedatangan orang tua nak Arsen." ucap mama Stella.
"Yaudah pa ma Stella sama Arsen berangkat dulu ya."
Stella dan Arsen pun menyalami kedua tangan orang tua Stella.
"Hati-hati Sen bawa mobilnya, apalagi kalian kan calon pengantin."
Arsen hanya mengangguk.
Di dalam mobil yang mengantar mereka ke Rumah Sakit, tidak ada obrolan sama sekali, Arsen fokus menyetir sedangkan Stella melihat kearah jendela.
Ehem...
Arsen berdehem...
"Stel sabtu ini, gue sama orang tua gue ke Rumah elo ya, walaupun entah pernikahan seperti apa yang akan kita jalani, tapi segala sesuatunya harus berjalan sesuai."
Stella pun mengangguk, menatap Arsen sekilas, kemudian menatap jalanan kembali.
Tidak terbayang kalau benar dia akan menjadi istri seorang Arsenio, lelaki yang sudah membersamainya sejak masa putih biru.
Tanpa terasa mobil sudah memasuki parkiran Rumah Sakit.
"Terimakasih ya Sen, hari ini gue pengen pempek asli palembang ya Sen, kapal selam aja 3 potong." Stella mengingatkan Arsen karena Arsen masih memiliki janji memberi Stella makan siang selama mereka menjadi kekasih bohongan.
Arsen menggelengkan kepalanya, sungguh tak habis pikir dengan tingkah sahabatnya yang satu ini.
"Gak salah loe 3 potong kapal selam, kan gede banget satu potong juga, apa loe mau ngasih ke teman loe juga, kalau iya gue pesenin lebih." ucap Arsen.
"Nggaklah gue makan sendiri, gue suka laper kalau habis mikir." ucap Stella santai.
"Elo makan banyak, badan gak gede-gede, larinya kemana itu gizi makanan."
"Lari ke otak gue lah, elo emang gak sadar punya sahabat pinter kayak gue, bersyukur loe nanti anak loe lahir dari ibu yang pintar." ups Stella langsung mengatupkan bibirnya, merasa ada yang salah dengan ucapannya.
Arsen menaikan kedua alisnya, sambil tersenyum smirk.
"Udah ah gue masuk dulu, thanks udah nganter dan jangan lupa makan siangny."
"Baik ibu." Arsen mencubit pipi Stella gemas.
"Iisshh geli gue." Stella pun menutup pintu mobil Arsen dengan keras, lalu masuk menuju unit Bedah.
Arsen menatap punggung kecil Stella sambil menggelengkan kepala, kemudia memutar balik mobilnya, meninggalkan pelataran Rumah Sakit.