Aluna terpaksa harus menikahi seorang Pria dengan orientasi seksual menyimpang untuk menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Dia di tuntut harus segera memiliki keturunan agar perjanjian itu segera selesai.
Namun berhubungan dengan orang seperti itu bukanlah hal yang mudah. Apa lagi dia harus tinggal dengan kekasih suaminya dan menjadi plakor yang sah di mata hukum dan Agama.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Baca terus ya, semoga suka! Dan maaf jika cerita ini agak kurang mengenakkan bagi sebagian orang🙏
Warning!
"Ini hanya cerita karangan semata. Tidak ada niat menyinggung pihak atau komunitas mana pun"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Ayo lakukan!
Luna berdiri menatap pantulan gambarnya di cermin, “apa ini sudah cukup pendek?” gumamnya pelan. Sembari menilik dress mini di atas lutut yang ia kenakan.
Ya, saat ini dia akan memulai misinya merayu Dean. Huh, dia menghembuskan napas kasar, tegang, gugup sekaligus takut berbaur menjadi satu dalam diri Luna, namun dia harus memanfaatkan kesempatan ini agar dia segera hamil.
Luna memoles wajahnya dengan riasan tipis terlebih dahulu sebelum akhirnya dia turun ke bawah. Tampak Dean tengah membuat kopi di dapur, tentu saja Luna tak menyia-nyiakannya dan langsung menghampiri Dean.
“Ekhem, kau sedang apa Dean?” tanya Luna sambil berdiri di ambang pintu memasang pose menggoda.
“Matamu masih sehat kan, apa perlu aku menjawabnya saat kau melihat dengan jelas apa yang tengah aku lakukan.” jawaban yang menyebalkan namun dengan nada santai.
“Ahaha, tentu saja aku melihatnya. Aku hanya basa-basi tidakkah kau mengerti,” Luna tersenyum canggung.
‘Tahan sedikit Luna, semua ini demi misimu.’ batinnya menguatkan.
“Minggir,” ucapnya seraya membawa secangkir kopi yang dia buat melewati Luna bahkan setengah menabraknya, dia bahkan tak melirik Luna sedikit pun.
‘Sial, dia bahkan tak melirikku sama sekali.’ kesal Luna, dia mengangkat tinjunya ke udara ingin sekali dia memukul kepala belakang Dean dan menghajarnya hingga pingsan, setelah itu dia akan menidurinya dengan tenang, namun tentu saja itu hanya ada dalam hayalannya semata.
Dean duduk di sopa sambil menghadap laptopnya, sepertinya dia sedang bekerja. Luna berjalan mengendap-endap ke belakangnya, kemudian telapak tangan Luna dengan sigap menutup mata Dean.
“Tebak siapa aku,” bisiknya lembut di telinga Dean.
“Apa kau sudah gila? Lepaskan tanganmu dari wajahku!” geramnya dengan nada kesal.
“Tebak dulu siapa aku?” ucap Luna ngeyel, tangannya masih tetap di posisi yang sama, yang sebelah kiri memeluk Dean yang sebelah kanan dia gunakan untuk menutupi mata Dean.
“Jadi kau ingin memainkan permainan denganku?” Dean menyeringai sembari melipat tangan di dada.
“Tentu saja, jadi ayo kita bermain,” jawab Luna di daun telinga Dean dengan nada sensual.
“Kau lihat dulu ke laptop aku sedang apa.” bisiknya.
Luna menggulir matanya ke arah laptop, pandangan matanya melebar sempurna saat dia melihat gambar dua pria berjas hitam disana. Mereka tengah memalingkan wajah sambil senyam-senyum sendiri.
“Ouch, sial kenapa kau tidak bilang dari tadi,” kesalnya sembari melepaskan tangannya dari Dean dan langsung menyembunyikan diri di balik sopa tempat Dean duduk.
“Hehe, itu salahmu sendiri tidak lihat-lihat dulu sebelum bertindak, jadi rasakanlah.” Dean tersenyum puas.
“Ekehm, hubungan Tuan dan Nyonya begitu harmonis ya, saya senang melihatnya,” ujar salah satu orang tadi.
“Iya Tuan itu sangat bagus, itu menandakan bahwa yang muncul di berita waktu itu hanya rumor belaka. Ehem jika Tuan punya pekerjaan lain lebih dulu, kami persilahkan, kami akan sabar menunggu anda sampai selesai.” ucap yang satunya disertai senyum penuh arti.
“Haha, apa yang kalian katakan. Pekerjaan lebih penting tentunya, jangan pedulikan dia istriku kadang-kadang memang sedikit nakal,” kekeh Dean.
“Sial, apa yang dia katakan. Ini benar-benar memalukan.” Luna pergi dari sana dan kembali ke kamarnya.
Argghh... Luna menjerit frustasi.
“Reputasiku yang berharga sudah tercoreng, haish.”
Luna menghempaskan tubuhnya ke ranjang, pikirannya berputar mencari ide untuk keberhasilan misinya. Baju seksi sama sekali tidak berpengaruh pada Dean, mungkin karena dia itu gay.
“Ck, aku lupa kalau si brengsek itu seorang gay. Tubuh seksi wanita pasti tidak akan membuatnya tergoda, benda yang menonjol di dadaku ini benar-benar tidak berguna baginya, heh dasar pecinta triplek. Argghh... Sungguh menyebalkan!”
“Bagaimana caranya agar aku bisa menidurinya? Haruskah aku memberinya obat perangsang? Tapi dimana aku bisa mendapatkan obat semacam itu? Apa di toko online ada yah? Tapi pasti itu membutuhkan waktu yang lama, ahh... Kepalaku hampir pecah rasanya.” Luna meracau sendiri seperti orang gila, ternyata menaklukkan Pria gay itu tidaklah mudah.
Setelah sekian lama berkutat dengan pikirannya sendiri, Luna mengendap-endap kembali ke bawah, ternyata Dean sudah mengakhiri rapat onlinenya dan sudah berpindah tempat entah kemana.
“Huph. Syukurlah ternyata dia sudah tidak ada,” Luna menghela nafas lega.
“Siapa yang tidak ada?” tiba-tiba Luna dikejutkan oleh suara Dean yang entah datang dari mana.
“Ahaha, aku kira kamu sudah pergi bekerja haha,” Luna tertawa canggung.
Dean menyipitkan matanya dengan tangan terlipat di dada, dia memperhatikan Luna dari ujung kepala hingga ujung kaki, dia baru menyadari jika pakaian Luna berbeda dari biasanya.
“Kau sengaja berpakaian begini untuk menggodaku?” sinisnya.
“Hah, apa? Te-tentu saja tidak, kau sudah salah sangka padaku, hari ini cuaca begitu panas aku memakai pakaian pendek agar lebih sejuk,” dustanya.
‘Haish, ayolah Luna. Bukannya kau sudah memutuskan untuk menyerangnya secara langsung, keluarkan keberanianmu!’ otaknya menyemangati namun tubuhnya menolak.
“Oh benarkah. Tapi kenapa kau tiba-tiba memelukku tadi, hubungan kita tidak sedekat itu hingga kau bisa memelukku sembarangan.” Ujarnya penuh selidik.
Luna terdiam dia bingung harus memberi alasan apa lagi pada Dean, karena pada kenyataannya dia memang sengaja ingin menggodanya.
“Ayahku tiba-tiba memberiku cuti selama seminggu, dia bilang aku tidak perlu datang ke kantor, ini terlalu kebetulan kan? Jeff pergi untuk urusan pekerjaan di luar kota, dan kau terus berputar-putar di sekelilingku dengan pakaian seksi, kau pikir aku bodoh?!” ujarnya diiringi tatapan menusuk.
Glek ... Luna menelan salivanya, rencananya sudah ketahuan sebelum berhasil dia jalankan.
“Ya, kau benar. Aku akui aku memang sengaja menggodamu, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan seperti ini karena di rumah ini hanya ada kita berdua, lalu mengapa aku tidak memanfaatkannya.” Luna bergeming di tempat, dia bahkan membalas tatapan tajam Dean tanpa rasa takut.
“Kau, kau sadar apa yang kau katakan?” Dean menatap tak percaya.
“Tentu saja, bahkan aku sangat sadar sepenuhnya. Jadi ayo kita lakukan sekarang!” Luna merapatkan diri ke tubuh Dean.
“Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Aku tidak akan mengkhianati Jeff,” Dean sontak mundur.
“Kalau kau terus begini kapan kita akan punya bayi?” kesalnya, “lagi pula Jeff sendiri yang menginginkan ini semua.”
“Apa kau bilang?”
“Ya, dia sendiri yang menyuruhku menggodamu, jika kau tidak percaya bacalah pesan yang dia kirim padaku.” Luna menyerahkan ponselnya pada Dean.
Dean menggertakkan giginya saat dia membaca pesan yang di kirim Jeff pada Luna, “bagus Jeff, karena kau yang menginginkan ini semua. Maka jangan salahkan aku,” kesalnya dengan tangan mengepal kuat.
“Baiklah kalau begitu, kau bersiaplah dan sampaikan padanya kalau kita sudah melakukannya.” Ucap Dean, dia melemparkan ponsel Luna yang dia tangkap dengan gelagapan.
wkwkwkwkwk
jadi ingat dulu pernah baca hubungan poliandri tahun 2019