kanaya seorang gadis yang baru saja akan merasakan bangku kuliah tiba tiba harus menikah dengan Bumi Mahesa Erlangga teman masa kecilnya yang sudah di anggap seperti kaka sendiri , hari dimana Bumi akan melakukan akad , tiba tiba Nesa menghilang . Pak Arif ayah kandung Bumi meminta Naya untuk menggantikan posisi mempelai perempuan. disinilah cobaan untuk Kanaya di mulai orang yang selama ini ia kagumi , dan selalu melindunginya tiba tiba menjadi orang yang dingin dan tidak berperasaan . luka hati akibat penghiantan Nesa membuat Bumi berubah menjadi orang yang sangat kejam bahkan kepada wanita lembut yang selalu berada di sampingnya. WARNINGGGG!!!!! siapkan tisu dan kanebo setiap membaca karena akan banyak mengandung bawang merah , bawang putih, dan bawang bombay... canda bawang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 MASUK RUMAH SAKIT
" Saya terima nikah dan kawinya Kanaya Fitriani binti Suwardi Almarhum dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan emas senilai 100 gram di bayar tunai."
kalimat sakral berkumandang indah di telinga orang-orang yang menyaksikan pernikahan itu .Kini Kanaya telah resmi menjadi nyonya Bumi Mahesa Erlangga seseorang yang ia anggap bagai kakak untuknya.
Tak ada senyum bahagia antara keduanya , ini adalah pernikahan yang tak ada dalam pikiran Kanaya sedikitpun , menggantikan posisi Nesa yang tiba - tiba menghilang di hari besarnya .
Kanaya meraih tangan Bumi dan menciumnya. ini adalah tugas pertamanya sebagai seorang istri , meski sedikit canggung Bumi kemudian mencium kening Kanaya di hadapan semua tamu yang hadir. Proses ijab qobul telah selesai, pesta pernikahan akan di gelar malam nanti , namun saat ini kondisi Bu Ningsih sedikit menghawatirkan, tak ingin terjadi sesuatu dengan ibunya Bumi langsung melarikan Bu Ningsih ke rumah sakit terdekat.
" Nay ,kamu bisa pangku Mama kan, Mas akan nyetir sekarang.' ucap Bumi begitu mereka masuk ke dalam mobil ,
" Bisa Mas." Ucap Naya yang kini telah duduk di belakang sambil memangku kepala Bu Ningsih. sedang Bumi duduk di depan sambil melajukan kendaraanya dengan sangat sepat , tak ingin terlambat menolong sang Ibu.
" Nay...terimakasih sudah mau menikahi Bumi, jaga suamimu dengan baik ya." ucap Bu Ningsih lemah.
" Tante jangan banyak bicara ya, istirahat dulu , Tante harus sembuh ."
Bu Ningsih menggeleng ." Mama sudah tenang sekarang , anak Mama berada di tangan wanita yang tepat. Mama bisa pergi dengan tenang."
" gak Tan... gak boleh ngomong kaya gitu , Naya jadi sedih... pokoknya Tante harus sembuh ,harus bisa dampingi Naya pake toga lagi seperti sebelumnya." Kanaya terus terisak isak, wanita yang terbaring di pangkuannya adalah wanita yang selalu mendampingi dirinya setelah kematian Ayah dan Ibunya dulu.
Bu Ningsih adalah orang yang merawat Kanaya setelah orang tuanya meninggal 1 tahun lalu. Bagi Kanaya Bu Ningsih adalah ibu pengganti untuknya .karena wanita itu sangat memperhatikan dirinya.
Mobil berhenti di lobi Rumah Sakit.
Bumi berteriak memanggil team medis untuk membantunya membawa Bu Ningsih.Petugas berlarian membawa berangkar dan segera menangani ibu dari Bumi itu.Pintu ruang pemeriksaan tertutup.Bumi , pak Arief maupun Kanaya tidak di izinkan untuk ikut ke dalam. mereka hanya bisa menunggu di depan ruangan itu. Bumi mondar mandir di depan pintu, menanti dengan cemas Dokter yang tengah berusaha menangani ibunya, Ia ******* ***** ujung jarinya. Pak Arief yang melihat tingkah sang putra segera menegurnya.
" Duduklah Bum, jangan terus mondar mandir ,Papa pusing lihatnya." ujar Pak Arief.
" Aku gak bisa duduk dengan tenang Pah, jika Mama masih di dalam gak tau keadaannya bagaimana sekarang. Diliriknya kanaya yang kini telah resmi menjadi istrinya sedang duduk di ujung kursi dengan raut muka yang sama seperti dirinya , namun Kanaya sedikit lebih tenang di banding dirinya.
Setengah jam kemudian seorang dokter keluar ruangan, semua orang yang tengah menunggu langsung berdiri dan menghampiri sang dokter.
" bagaimana keadaan Mama saya dok?" tanya Bumi langsung.
" Beruntung kalian cepat membawanya kesini , jika tidak maka kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada beliau, namun yang harus saya katakan sekarang adalah jantung Bu Ningsih sedang tidak baik baik saja saat ini, Jika sampai besok keadaanya tidak juga membaik maka kemungkinan kita harus melakukan operasi. Saat ini Bu Ningsih dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh obat , dan akan kami pindahkan ke ruang perawatan. Hanya itu yang bisa saya sampaikan, saya permisi." Ucap Dokter.
" Baik dok, terimakasih." sahut Bumi dan juga Pak Arief.
dua orang perawat mendorong berankar Bu Ningsih menuju ruangan VIP, sengaja Pak Arief memesan ruangan itu agar istrinya bisa istirahat dengan tenang tanpa gangguan dari pasien lain.Kanaya dengan duduk di samping ranjang sambil memegangi tangan sang Ibu mertua.
" Tante cepat bangun, jangan sakit ya, Naya sedih lihatnya." ucap Kanaya lirih.
Bumi hanya berdiri mematung melihat wanita belahan jiwanya tengah terbaring tak berdaya, semua karena Nesa yang membatalkan pernikahan mereka begitu saja , hingga membuat Ibunya jatuh sakit.
Ia mengepalkan tangannya kuat - kuat, jika sampai Ibunya meninggal maka ia tidak akan bisa memaafkan wanita itu.Persetan dengan cita - cita Nesa , ini sudah sangat keterlaluan. Wanita itu bukan hanya mempermainkan dirinya namun juga mempermainkan keluarga besarnya.
Pesta pernikahan megah yang jadi impian Nesa , telah Bumi wujudkan namun Perempuan itu malah pergi di mana hari itu mereka seharusnya berada di pelaminan.
Bumi tidak akan memaafkan wanita itu sekarang yang telah memporak- porandakan seluruh hatinya saat ini.
***
Keesokan harinya,
Kanaya tertidur disisi ranjang Bu Ningsih sambil terus memegangi tangannya yang tak terpasang selang infus, sedang Bumi berbaring di sofa panjang. Pak Arif semalam pulang ke rumah membereskan kekacauan akibat ulah Nesa. Resepsi yang telah siap dengan segala dekor dan catering. harus ia batalkan ,dan memerintahkan Wo jika ada tamu undangan yang terlanjur hadir untuk memberitahu mereka jika pengantin tidak bisa duduk di pelaminan karena mendadak mendapat musibah.
Bu Ningsih membuka matanya, ia tersenyum melihat Kanaya yang terus menemani dirinya sepanjang hari itu .
" Nay... bangun nak?" Bu Ningsih menggoyang - goyang tubuh itu dengan pelan.
Naya terbangun saat merasa tubuhnya seperti adan yang menyentuh. Ia langsung terkejut ternyata Bu Ningsih telah sadar.
' Tan... Tante udah sadar? mana yang sakit Tan... aku panggilkan dokter ya." Naya langsung berdiri ia menoleh ke belakang dan melihat Bumi masih tertidur, Naya segera membangunkannya.
" Mas... bangun, Tante udah sadar."
Bumi langsung terlonjak karena kaget dan berdiri.
" Ada apa Nay?"
" Tante udah bangun Mas.."
"Benarkah?"
"Ia "
Bumi langsung menghampiri sang Ibu yang kini tengah menatapnya.
" Ma... Mama udah bangun? mana yang sakit ma , Bumi panggil dokter ya..." Bu Ningsih menggenggam erat tangan Bumi mencegahnya untuk pergi .
"Gak perlu Bu, Istrimu sudah melakukannya." ucapnya lirih.
menyebut kata istri seketika Bumi tersadar dan melirik ke arah wanita yang tadi membangunkannya , namun tidak ada di ruangan itu. Kanaya benar benar sigap, begitu Ibunya sadar ia langsung membangunkan Bumi dan setelahnya langsung lari mencari Dokter.
Tak butuh waktu yang lama, gadis itu telah kembali dengan Dokter dan seorang perawat .
" Kami akan periksa dulu kondisi Ibu , mohon tunggu di luar sebentar ya." ucap sang perawat mengusir secara halu penghuni ruangan itu.
Bumi dan Kanaya hanya bisa melihat aktifitas Dokter yang tengah memeriksa ibunya lewat kaca kecil , itupun tidak bisa terlihat sepenuhnya karena tertutup tirai.
" Mas , Tante akan baik baik saja kan? Naya sangat cemas."
" Mas pun berharap demikian Nay , semoga Mama cepat sembuh aku harus segera menyusul Nesa ..
"Deghhhh!"