Cerita ini hanya fiktif belaka, namun cerita ini di rangkum dari pengalaman seseorang dan di sangkut pautkan dengan kejadian-kejadian Aneh yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan.
Zivanya yang biasa di panggil Ziva menganggap kelebihannya itu sebagai Kutukan namun perlahan dia pun berdamai dengan keadaan dan akhirnya menganggap kelebihannya itu sebagai Anugerah.
Karena Ziva lebih asyik berteman dengan sosok yang berwujud makhluk halus namun mempunyai hati di banding dengan sosok yang berwujud manusia namun tak punya hati.
Sebuah percintaan pun terjalin di cerita ini, berawal saat Ziva duduk di bangku SMK sampai pada Ziva lulus dan melanjutkan kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33.
Bareskrim polri hari itu sudah memecahkan kasus pembunuhan seorang gadis anak dari salah satu penjabat, itu semua tak luput dari bantuan Ziva. Hadi selaku Kepala Bareskrim yang saat itu ikut penyelidikan melakukan konferensi pers namun Ziva tidak ikut di sebut di sana.
Ziva tidak mau ikut serta dalam konferensi pers itu, Ziva memilih fokus pada pekerjaannya.
"Assalamualaikum Zi, apa kabar ? " Pesan singkat itu masuk melalui aplikasi hijau.
"Waalaikumsalam, Mba Jihan. Alhamdulillah baik mba, mba maaf ya aku baru ingat kalau aku mau bantu mba Jihan. kemarin aku sibuk mbak. " Ziva mengirim pesan balasan di aplikasi yang sama.
"Iya Zi, tidak apa-apa. Mba sangat berharap kamu bisa membantu Mba Jihan sebelum semuanya terlambat. "
"Baik Mba, akan saya coba. "
Ziva menyenderkan tubuhnya, ia bingung harus dari mana memulainya di satu lain Selvi adalah atasannya, dan sisi lain juga Jihan adalah korban yang harus di tolong. Ziva memijat keningnya yang sedikit berat karna hal itu.
"Mia, aku ijin ke mushola dulu ya ? " Ujar Ziva lebih memilih untuk sholat Dzuhur dulu sebelum jam istirahat tiba. Ziva memang selalu mendapatkan jam istirahat di akhir saja setelah teman-temannya selesai.
Saat melakukan sholat, Ziva di ganggu oleh salah satu Jin penunggu tempat itu. Jin ya lumayan usil.
Setelah sujud terakhir Jin itu malah menyeringai di hadapan Ziva, Ziva yang tak mau menodai niat sholatnya meneruskan hal itu sampai akhir. Setelah itu Ziva akan menendang keras Jin itu.
"Hey Jin tidak tahu malu, kita itu sama-sama makhluk Alloh. Jangan usil ya sama orang yang sedang melakukan sholat, kalau tidak akan aku kurung kau di dalam botol. " Jin itu keluar dari persembunyiannya.
"Aku tidak takut dengan ancaman mu anak manusia, " jawab Jin itu.
"Ehhh Jin kampret, " Ziva meraih salah satu Tumbler yang kebetulan ada di sudut mushola mungkin bekas staf yang lupa untuk membawanya.
Ziva membaca ayat surat Al-Qur'an yang ada di dalam surah Al-Baqarah, dimana semua Jin takut ketika di bacakan surah itu. " Aaaa ... Hentikan anak manusia. " jin itu perlahan menjadi asap hitam dan masuk ke dalam botol itu.
"Tau rasa kamu Jin Kampret. " dengus Ziva saat melihat isi Tumbler itu, terlihat asap hitam ke abuan mengepul kesana kemari mengitari isi Tumbler itu.
Sedangkan Puri dan Candy entah dimana mereka berada. Saat Ziva hendak keluar kaki Ziva di halangi oleh sesuatu. Jin yang serupa kini sedang memeluk kaki Ziva.
"Apa mau mu ? " Tanya Ziva pada Jin yang umurnya mungkin lebih lama dari Jin yang Ziva kurung di dalam botol.
"Lepaskan anak saya. " Rintih Jin itu.
Ziva melirik sebuah Tumbler yang masih ia pegang, "Ini ? "
Jin itu menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana kalau saya tidak mau, kamu tahu sendiri dia jin usil. " Hardik Ziva.
"Saya akan melakukan hal apapun, asal kamu mau melepaskannya. "
"Baiklah, ada satu tugas buat kamu. Jika kamu bisa menyelesaikan tugas kamu, maka anak kamu ini akan saya lepaskan. " Tiba-tiba Ziva ingat akan keinginannya untuk membantu Mba Jihan.
"Baiklah, ayo ikut saya. Kamu jangan khawatir Tumbler ini akan aman dengan saya. " Ujar Ziva.
Mahluk itu pun mengikuti langkah Ziva dengan cara melayang, bentuknya seperti Casper yang ada di serial kartun, mempunyai tanggan tapi tidak mempunyai kaki.
"Kamu lihat orang itu ? "
"Ingon nya Mbah buyut. " Jawab Jin itu.
"Kok kamu tahu. "
"Ya, aku sebelummya sama seperti dia di tugaskan untuk memikat seseorang yang di inginkan oleh tuannya. Tapi setelah aku tua aku di buang tidak di pakai lagi. " jelas jin itu.
Ziva paham, " Ya sudah bentengi tubuh laki-laki itu sebisa mu jangan sampai jampi-jampi yang di keluarkan oleh wanita itu mempengaruhi jiwanya. "
Utus angkat gampang bagi Jin itu, namun Jin itu tidak yakin bahwa Ziva mau melepaskan anaknya. Ziva menangkap ke khawatiran pada mata jin itu. " Sudah ayo cepat, dia aman. "
Jin itu pun terbang kesana dan kemari. Sampai tiba pada tubuh Wira yang saat itu sedang beristirahat di ruangannya. Jin itu membuka mata batin Wira walaupun hanya sementara mungkin lebih tepatnya Jin itu menggunakan raga Wira untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Ziva pun kembali ke ruangannya, sebuah Tumbler pun di amankan oleh Ziva.
Wira yang saat itu baru saja membuka mata kaget akan sosok yang ada di hadapannya, Wira hampir saya terjungkal dari kursi kebesarannya. Wira berangsut mundur sambil menyentuh dadanya.
"Mas ... Mas kamu kenapa ? Aku Selvi Mas, aku kekasih mu. " Selvi mendekati Wira yang terus saja memandangnya dengan ketakutan.
"Pergi kamu pergi, Selvi muka mu sangat mengerikan. Pergi kamu pergi. " Teriak histeris Wira membuat Selvi memundurkan langkahnya, dengan langkah gontai Selvi melihat diri dari kaca yang ada di ruangan Wira.
"Tidak ada yang salah dengan muka ku, kenapa Mas Wira ini. " Gumam Selvi.
"Mas apa-apaan sih kamu ini, ini aku Selvi kekasih mu. Jangan seperti ini Mas aku takut. "
"TAKUT ... Justru aku yang takut ! Pergi ... " Teriak Wira, yang terus mengucek matanya saat ia pikir ia salah lihat. namun penglihatannya tetap sama wajah Selvi begitu menyeramkan.
"Aku harus segera menemui Mbah buyut. " Ujar Selvi pergi meninggalkan Wira.
Wira merasa tenang, kala melihat Selvi dan makhluk itu sudah hilang. Saat Ziva melihat Selvi keluar dari ruangan Wira dengan terburu-buru. Ziva pun menggunakan kesempatan itu untuk berbicara pada atasannya itu.
"Berkasnya sudah semua kan ? Biar aku yang minta Bos untuk menandatanganinya. " ujar Ziva agar teman-temannya tidak curiga.
"Sudah, itu memang tugas mu Ziva. Dan tidak ada yang mau selain kamu. " Hardik Nia.
Semua pun tertawa.
Saat Ziva masuk ke dalam ruangan Wira, ia melihat Wira sedang meneguk air putih yang ada di mejanya, nafas nya tersengal-sengal seperti baru lari maraton berapa kilo.
"Kamu ? " Ucap Wira.
"Ma-maaf pak, tadi sudah saya coba mengetuk pintu. Namun tidak ada jawaban. " jelas Ziva yang sedikit berbohong.
"Oh ya Maaf, saya sedang tidak fokus. Silahkan duduk. " Perintah Wira berusaha setenang mungkin.
Saat Wira mengamati semua berkas, Ziva tahu Wira sedang tidak fokus. Wira melirik ke arah Ziva, dan Wira pun hampir saja terjungkal kedua kalinya kala melihat sosok harimau putih yang mendampingi Ziva.
Dengan cepat Ziva memberikan kode pada Jin yang masih ada di tubuh Wira, jin itu pun pergi dan beralih diam di kaki Ziva.
"Ada apa Pak ? " Tanya Ziva.
Kali itu Wira beranggapan bahwa ia salah lihat.