NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat / Bercocok tanam
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meruncing

Malam begitu dingin, perlahan hujan mengguyur istana dan ibukota dengan lebatnya.

Ratu Hwa duduk di atas singgasananya dengan senyum penuh arti. Di dalam istananya, kabar tentang krisis bahan pangan yang melanda Kerajaan Hyugi telah sampai kepadanya. Mata tajamnya menatap peta besar yang terbentang di atas meja, menunjukkan wilayah-wilayah Hyugi yang mulai terpengaruh oleh pemutusan pasokan bahan baku dari kerajaan tetangga.

Seorang pelayan setia datang mendekat dan berlutut di hadapannya. "Yang Mulia, laporan terbaru menyebutkan bahwa pasar-pasar di kota utama Hyugi mulai kosong. Harga bahan pangan melambung tinggi, dan kerusuhan kecil mulai terjadi di beberapa tempat."

Ratu Hwa menyilangkan tangan di dadanya, masih dengan senyum dingin. "Seperti yang sudah kuduga. Zharagi memang keras kepala, tetapi keputusannya akan menjadi kelemahan terbesarnya. Rakyat yang lapar tidak akan mendukung seorang pemimpin yang gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka."

Salah satu penasihatnya, maju ke depan. "Yang Mulia, ini adalah kesempatan emas bagi kita. Jika krisis ini terus berlanjut, Hyugi akan runtuh dari dalam. Rakyatnya akan kehilangan kepercayaan pada Zharagi. Apakah kita perlu mengambil tindakan lebih jauh untuk memperburuk situasi?"

Ratu Hwa menggeleng pelan. "Tidak perlu terburu-buru. Biarkan waktu bekerja. Namun, pastikan mata-mata kita tetap aktif di istana Zharagi. Aku ingin tahu setiap langkah yang dia ambil. Jika dia mencoba menenangkan rakyatnya, kita harus tahu lebih dulu."

"Apakah Yang Mulia berencana untuk membuka perundingan dengan kerajaan tetangga?" tanya pria yang tak lain adalah Pamannya itu. "Mungkin mereka bersedia membantu kita melemahkan Hyugi lebih lanjut."

Ratu Hwa tersenyum lebar. "Oh, aku yakin mereka sudah bergerak tanpa kita perlu meminta. Keputusan Zharagi membatalkan eksekusi Lady Ira telah menunjukkan kelemahannya. Kerajaan-kerajaan lain tidak membutuhkan alasan tambahan untuk menekan Hyugi. Namun, kau benar. Kirim utusan ke Saqiri dan Valir. Katakan pada mereka bahwa aku bersedia memberikan dukungan penuh untuk memastikan Zharagi jatuh."

Lord Ravel membungkuk hormat. "Akan segera dilakukan, Yang Mulia."

Setelah penasihatnya pergi, Ratu Hwa berdiri dari dan berjalan menuju balkon istana Ratu. Ia memandang luas ke arah cakrawala, tempat dimana Ruangan Tahta Hyugi berada di kejauhan.

"Zharagi," gumamnya pelan, "kau mengira aku telah kalah hanya karena aku tak memberimu putera mahkota? Namun, kau lupa satu hal. Aku tidak pernah berhenti bermain. Selama aku masih di sini, kerajaanku tetap ada. Dan aku akan memastikan bahwa kau akan tetap bertahan," gumamnya.

Di saat yang sama, di istana Hyugi, Zharagi mendengar laporan dari Tarei tentang kerusuhan yang mulai terjadi di pasar-pasar kecil. Ia mengepalkan tangan, sadar bahwa waktu tidak lagi berpihak padanya.

"Kita harus bergerak lebih cepat," ujarnya tegas. "Penyelidikan terhadap pejabat pengkhianat harus segera diselesaikan. Temukan siapa yang menjadi dalang di balik kekacauan ini."

"Yang Mulia," jawab Tarei, "kami menemukan indikasi bahwa salah satu pejabat yang selama ini mengatur hubungan dagang dengan Saqiri telah menerima suap untuk memastikan pasokan dihentikan."

Mata Zharagi menyala dengan kemarahan. "Tangkap dia segera. Dan pastikan pengadilan ini menjadi contoh bagi siapa pun yang mencoba mengkhianati Hyugi."

Di tengah kekacauan itu, Tarei membawa kabar lain. "Yang Mulia, kami juga menerima informasi bahwa Ratu Hwa mungkin terlibat dalam mengatur langkah-langkah ini dari istananya. Namun, belum ada bukti kuat."

Zharagi terdiam sejenak, tatapannya penuh pertimbangan. "Ratu Hwa," gumamnya. "Aku seharusnya tahu dia tidak akan tinggal diam. Kirim pesan kepada pengawal di istananya. Tingkatkan pengawasan. Jika dia benar-benar terlibat, kita akan memastikan dia tidak lagi memiliki kesempatan untuk menyerang."

Namun, jauh di dalam hati, Zharagi tahu bahwa pertarungan melawan klan Ratu Hwa tidak akan mudah. Krisis ini adalah ujian terberat bagi kepemimpinannya. Dan ia sadar, jika gagal mengatasinya, Kerajaan Hyugi mungkin akan kehilangan segalanya.

Zharagi berdiri di balkon kamarnya, memandang jauh ke cakrawala yang mulai memerah oleh senja. Angin membawa aroma bunga-bunga taman istana, mengingatkannya pada masa-masa awal pernikahannya dengan Ratu Hwa. Saat itu, meskipun pernikahan mereka diatur oleh takhta, keduanya menemukan kenyamanan dan cinta yang tulus dalam kebersamaan.

Dia ingat hari pertama mereka di taman istana, saat Hwa—dengan senyum lembutnya—mengulurkan tangan, mengajak Zharagi melupakan sejenak beban sebagai seorang raja.

“Kau tahu, Zharagi,” suara Hwa terngiang di benaknya, penuh kehangatan, “dunia ini bisa sangat keras, tetapi kita bisa menciptakan ruang kecil yang damai di antara semua kekacauan. Selama kita bersama, apa pun tampak mungkin.”

Saat itu, Zharagi benar-benar mempercayainya. Mereka adalah pasangan yang sempurna—raja dan ratu yang tampaknya tak tergoyahkan. Tapi waktu dan ambisi perlahan menggerogoti fondasi hubungan mereka.

Ingatan Zharagi melompat ke malam yang mengubah segalanya. Malam di mana ia menemukan bahwa Hwa, wanita yang dulu ia percayai sepenuh hati, terlibat dalam konspirasi istana. Ia tidak bisa melupakan pandangan dingin di mata Hwa ketika kebenaran terungkap.

"Ini bukan tentang kita, Zharagi," Hwa berkata dengan tegas, suaranya tajam seperti pedang. "Ini tentang kerajaan. Tentang kekuasaan. Kau terlalu terfokus pada rakyat, tetapi melupakan bahwa tanpa kekuatan, kerajaan ini akan runtuh!"

Namun, bahkan dalam kemarahannya, Zharagi tahu ada kebenaran dalam kata-kata Hwa. Dia terlalu percaya pada sistem dan orang-orang di sekitarnya. Dia telah mengabaikan bahwa ancaman terbesar mungkin datang dari lingkaran terdekatnya.

Di ruang sidang utama, Zharagi menatap para penasihatnya. Ia telah memutuskan untuk mengambil langkah tegas. Tetapi, saat itu, sebuah pikiran muncul. Apakah ia telah salah memahami Hwa? Apakah ambisi wanita itu benar-benar hanya untuk dirinya sendiri, ataukah itu cara Hwa melindungi kerajaan dengan caranya sendiri?

“Tarei,” panggil Zharagi tiba-tiba.

Tarei, yang berdiri di sudut ruangan, segera maju. “Ya, Yang Mulia?”

“Bagaimana kabar Ratu Hwa di tempat pengasingannya?” tanya Zharagi, suaranya tenang, tetapi ada rasa rindu yang samar.

Tarei terdiam sejenak, lalu menjawab, “Dia baik-baik saja, Yang Mulia. Namun, ia tampak kesepian. Para pelayan mengatakan bahwa ia sering melamun di malam hari, memandangi langit.”

Zharagi terdiam. Ada sesuatu dalam kata-kata Tarei yang menusuk hatinya. Dalam bayangan Zharagi, ia bisa melihat Hwa duduk sendirian, menatap bulan, mungkin merenungi masa-masa indah mereka bersama.

Di istananya yang jauh dari pusat kerajaan, Hwa duduk di balkon pribadinya, tangannya memegang secarik kertas. Itu adalah surat yang belum pernah ia kirimkan—surat yang ia tulis untuk Zharagi setelah malam terakhir mereka bertemu.

“Zharagi,

Aku tahu aku telah mengecewakanmu, tetapi percayalah, setiap langkah yang kuambil, setiap keputusan yang kuputuskan, hanya untuk memastikan kau tidak kehilangan kerajaan ini. Aku tidak pernah berhenti mencintaimu, meskipun kau mungkin tidak akan pernah mempercayaiku lagi.

Jika aku bisa mengulang semuanya, aku hanya ingin kembali menjadi Hwa yang berjalan di taman bersamamu. Aku merindukan kita yang dulu, tetapi mungkin, itu hanya mimpi.

Hwa.”

Hwa menggenggam surat itu erat-erat, air mata mengalir di pipinya. Ia tahu, meskipun ia ingin kembali, dunia yang mereka tinggali telah terlalu berubah. Ambisi, pengkhianatan, dan rasa saling curiga telah menghapus semua kenangan indah mereka.

Malam itu, Zharagi kembali ke kamarnya, membawa keputusan yang berat. Ia tahu, hatinya masih memiliki tempat untuk Hwa, tetapi kepercayaan itu telah terkikis. Apakah mungkin untuk mengembalikan apa yang telah hancur?

Saat ia menatap bulan yang menggantung di langit malam, ia berbisik pada dirinya sendiri, “Hwa... apakah aku yang salah? Atau apakah dunia ini terlalu keras untuk cinta seperti milik kita?”

Namun, sebelum ia bisa menemukan jawabannya, seorang pengawal mengetuk pintu. "Yang Mulia, ada pesan mendesak dari biara Shiyen. Lady Ira meminta pertemuan segera."

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!