Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Menemui Graysen
Graysen, Judy dan Jusy. Menghadapi Lima iblis bertanduk pendek yang menyerang,bukan mereka targetnya, tetapi para penduduk. Untunglah Jusy dan Judy sudah membentengi kediaman mereka, sehingga tidak ada iblis yang berhasil masuk dan merusaknya.
Hari ini Judy dan Jusy jauh lebih kuat dan tidak butuh tenaga ekstra seperti kemarin itu. Apalagi Graysen, pemuda balok kering itu bahkan hanya ikut berputar-putar saja di udara.
Pemandangan itu di saksikan oleh Algeria dari kediamannya. Ia, merutuk tidak jelas sambil menatap geram ke arah Gerbang utama. "Anak itu kenapa semakin kuat saja? Apa aku turun tangan saja untuk melenyapkan mereka?" Rutuknya yang tidak ada habis-habisnya.
"Jangan yang mulia. Belum saatnya untuk Anda memperlihatkan diri, bagaimana kalau yang mulia Raja melihatnya,Anda akan semakin sulit untuk mendekatinya." Levi, berseru dari belakang Algeria, penyihir kecil itu juga tidak mendapatkan informasi apa-apa pagi ini, bahkan untuk menerobos masuk ke kediaman Graysen saja tidak mampu.
"Lalu bagaimana? Kau saja tidak mampu untuk sekedar menginjakkan kaki di kediamannya, bagaimana bisa kau memintaku untuk jangan turun tangan!?" Bentak Algeria dengan amarah yang menggebu-gebu.
Algeria, menghentakkan kakinya. Meninggalkan Levi seorang diri dan masuk ke dalam ruangannya. Tetap diam di luar hanya akan membuat hatinya semakin sesak, jadi ia memutuskan untuk segera masuk ke dalam,dan lakukan pemanggilan iblis lainnya.
Sedangkan,Zi, melompat-lompat kecil. Merasa senang karena akhirnya ia menemukan buku yang sedari tadi di carinya. Lebih tepatnya atas bantuan Charos si super cepat, tidak perlu repot-repot berjalan sejauh kaki melangkah, cukup terbang mengelilingi celah-celah rak buku itu sambil mencari satu persatu,dan akhirnya Charos menemukan buku tentang dunia penyihir di rak bagian paling atas,dan itu sangat sulit di jangkau oleh,Zi. Bisa! Tapi harus naik ke atas raknya satu-satu.
"Terima kasih,Charos. Akhirnya kau berguna juga, sekarang kita bisa melakukan penyelidikan. Bukan! tapi menguasai tehnik untuk membuat penyihir itu bisa di usir dari istana kerajaan Aestherlyn,paling tidaknya kita lenyapkan saja, karena sangat menggangu." Zi, berseru sambil berjalan kembali ke ayunan,ia, akan membacanya di sana seperti hari sebelumnya.
Charos, menggulir bola matanya dengan senang. akhirnya Zi mengakui juga bahwa dia bisa berguna buat anak kecil itu. "Sama-sama, yang mulia Putri. Saya memang sangat berguna untukmu gadis cantik." Ulas Charos memuji Zi biar dirinya semakin bersinar terang di atas, Jusy.
"Wah. Kau memujiku barusan Charos. Dari semua makhluk di istana kerajaan Aestherlyn,baru kau saja yang memujiku cantik." Zi, tertawa kecil mendengar ucapan Charos yang benar-benar menggelitik perutnya.
"Benarkah yang mulia Putri? Itu artinya mereka tidak melihat dengan benar." Jawab Charos semakin mengecilkan badannya dan duduk bertengger di ranting yang berada di dekat meja depan Zi, yang duduk di ayunan. Dirinya berubah menjadi merpati putih yang siap untuk menemani Zi, dimana saja tempatnya, kecuali di dalam ruangan rumah kaca,dan kamar mandi. Karena di rumah kaca,ada Jusy yang akan membuatnya merasa tersaingi,jadi Charos memilih menunggu di taman belakang rumah kaca saja.
"Kamu lebih cocok jadi temanku,kau tau Charos? Ayah dan Ibuku juga sering memujiku cantik."
Zi,mulai fokus pada bukunya. Charos juga tidak lagi bersuara,dia,diam dengan tenang. Zi, benar-benar memperhatikan dengan penuh kehati-hatian,jangan sampai ada satu huruf pun yang terlewati.
Muchen datang ke ruangan perpustakaan setelah Zi selesai menutup buku,dan bacaannya. Pria penuh wibawa itu berdiri di dekat bingkai jendela yang terbuka, memandang ke arah luar sambil menghirup udara segar sebanyak mungkin.
"Apa Kamu sudah selesai dengan bukunya,nak?" Muchen, mengalihkan pandangannya pada Zi yang mengangguk singkat. "Sudah yang mulia." Jawab Zi pelan.
Muchen, sejenak terdiam. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya? Melihat bagaimana panjangnya keretakan yang terjadi, Aku, sedikit khawatir bahwa akan adanya bencana besar setelah ini." Muchen menjeda ucapannya."Tapi kamu tidak perlu khawatir,Aku,dan Graysen, bersama yang lainnya pasti akan melindungimu bagaimanapun caranya." Ulasnya menatap Zi dengan seulas senyuman tipis.
Muchen, mengeluarkan sebuah pedang pusaka,"ini adalah pedang Seraph Blades: Pedang yang dapat kamu gunakan untuk membunuh iblis." Muchen, memberikan pedang berwarna putih dengan motif ular berbelok-belok di dalamnya berwarna keemasan.
Zi, menerima pedang itu dengan baik. Menggenggamnya erat kemudian pedang itu menghilang seperti tersedot ke dalam tangannya. "Ba-bagaimana ini yang mulia? Pedangnya tiba-tiba saja menghilang, apakah dia tidak suka dengan Saya?" gugup Zi dengan takut-takut karena pedang itu menghilang dari pandangannya.
"Justru pedangnya sangat menyukaimu,nak. Dan langsung terserap saat kamu memegangnya dengan erat." Muchen,belum menjelaskan kepada Zi bagaimana cara memanggil pedang itu saat Zi butuhkan. Tapi..pria berusia 750 tahun itu justru mengeluarkan satu pedang lagi dengan kekuatannya.
"Dan yang ini adalah pedang jiwa atau biasa disebut pedang Maellartach. Kamu bisa menggunakan pedang ini untuk bertarung dengan mahluk selain dari iblis. Karena pedang yang pertama tadi,itu hanya bisa di gunakan saat kamu berhadapan dengan para Iblis saja, jadi aku membekalimu dengan pedang jiwa ini." Muchen memberikannya pada,Zi. "Simpanlah dengan baik!" Zi, mengangguk mengiyakan ucapan Muchen.
Tidak hanya pedang yang di berikan oleh Muchen,ada cincin serbaguna dan beberapa benda lainnya.
•••
Zi, telah kembali ke ruangan rumah kaca. Baru selesai membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian dengan gaun berwarna kopi susu. Jusy,merias wajahnya sangat tipis, itu terlihat jauh lebih cantik dari pada berdandan tebal dan menor.
"Yang mulia Putri,sudah selesai." Seru Jusy mengembalikan kotak riasan ke tempatnya. Zi, mengangguk, Ia,juga sudah melihatnya di cermin. "Terima kasih, Jusy. Sekarang kita ke ruangan Graysen. Aku ingin bertemu dengannya." Sahut Zi dengan suara lembut. Berdiri dari duduknya dan siap melangkah masuk ke pintu yang mengantarnya bertemu dengan Graysen.
"Sama-sama, yang mulia Putri. Kita berangkat sekarang?" Jusy bertanya untuk memastikan bahwa mereka akan berangkat saat ini juga. "Iya. Ayo Jusy." Zi, menarik lengan baju Jusy yang menjuntai cukup panjang,karena hanya itu yang bisa di gapainya.
Mereka berjalan dengan santai. Jusy, sengaja membiarkan tangannya menjuntai ke bawah agar Zi bisa terus memegang lengan bajunya. Jika Jusy ingin menggaruk pipinya yang gatal,ia,memberi tahu Zi lebih dulu sebelum melakukannya. Takut gadis kecil itu terangkat ke udara.
"Jusy,apa nama kekuatan yang mulia Ratu?" tanya Zi di sela-sela langkah mereka. "Saya bahkan belum pernah berurusan dengan yang mulia Ratu, Putri. Kalau Anda ingin tau, bertanyalah pada yang mulia pangeran, karena dia pernah bertarung melawan yang mulia Ratu." Jawab Jusy datar. Zi, mendengus kesal. Jusy,memang perempuan kaku yang tidak bisa di ajak bekerja sama. Pikir Zi membuang napas panjang.
Pintu ruangan Graysen terbuka lebar saat mereka sampai, Jusy, menggunakan kekuatannya untuk membukanya. Mempersilahkan Zi masuk lebih dulu kemudian barulah kembali menutup pintu tersebut.
"Graysen?"
Zi, berjalan sedikit terburu dengan gaunnya yang terangkat tinggi. Takut jatuh di hadapan Graysen, Zi,akan merasakan malu setengah mati,jika itu terjadi.
"Zi? Ada apa?" Jawab Graysen datar, namun terdengar cukup nyaman di telinga,Zi. Graysen, mendekati Zi dan mengangkat tubuhnya agar bisa duduk di kursi yang tinggi itu. Zi, mengangkat kedua tangannya seperti anak kecil yang ingin di gendong,tapi maksud Zi lain dari itu,ia, hanya meminta bantuan Graysen agar mengangkatnya untuk duduk.
Semilir angin menerpa lembut wajah cantik Zi, rambutnya yang tergerai di kibaskan,dan berterbangan kesana kemari. Graysen,pandangi Zi dengan mata bersinar. "Sangat cantik." Lirihnya setelah kembali duduk di kursi berseberangan dengan,Zi.
"Graysen,aku mau mengucapkan sesuatu yang sangat penting,dan ini cukup rahasia sebenarnya. Tapi karena Jusy dan Judy adalah pelayan yang setia, jadi mereka boleh mendengarnya." Zi, meletakkan buku yang di bawanya dari perpustakaan Muchen di atas meja. Mendongakkan kepalanya menatap Graysen yang kini menunduk menatapnya dalam diam.
"Itu buku apa?" Tanya Graysen saat buku itu sudah berada di atas meja bundar tersebut. "Ini adalah buku yang berkaitan dengan penyihir dan tempat tinggalnya. Graysen. Kamu tau siapa sebenarnya yang mulia Ratu?" Zi,mulai serius berbicara, semakin cepat memberi tahu Graysen,maka semakin cepat pula ia menyelesaikan tugas di istana kerajaan Aestherlyn.
Graysen, menggeleng kuat. Tidak ada keanehan apa-apa yang terjadi dengan wanita itu, bahkan saat Graysen bertarung melawan Algeria,dulu, dia juga tidak melihat sesuatu yang aneh.