Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.
Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.
Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Dipindahkan
Ziel duduk di kursi kerjanya, melonggarkan dasi dengan ekspresi frustasi. Ia menghela napas kasar, menatap dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya. "Kenapa susah sekali menemukan asisten yang cocok?" gumamnya, lebih pada dirinya sendiri. Masalahnya bukan hanya soal kompetensi, tapi juga penciumannya yang semakin sensitif terhadap bau, terutama aroma tubuh orang lain.
Ia mengetukkan jari ke meja, berusaha memikirkan solusi. Namun, bayangan seseorang tiba-tiba muncul di kepalanya, Dara. Asisten Pak Burhan itu. Ziel ingat ketika Dara masuk ke ruangannya tadi, tidak ada rasa mual yang biasanya menghantui jika ia dekat dengan orang lain. Malah, aroma tubuh wanita itu terasa menenangkan, bahkan menyenangkan.
Selain itu, cara kerja Dara juga tak kalah menarik perhatian. Ia rapi, cekatan, dan menurut informasi yang Ziel dengar dari staf lainnya, Dara sangat sigap dan bisa diandalkan. Mengingat hal ini, Ziel akhirnya mengambil ponsel kantornya dan menekan nomor Pak Burhan.
“Pak Burhan, saya Ziel. Ada waktu?” Ziel bertanya tanpa basa-basi.
Pak Burhan, yang sedang memeriksa laporan, sedikit terkejut mendengar suara Ziel langsung di telepon. “Tentu, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”
“Ada. Saya ingin menanyakan kinerja asisten Anda, Dara,” ujar Ziel tegas.
Pak Burhan mengerutkan kening, bingung dengan pertanyaan itu. “Dara, Tuan? Dia pekerja yang cukup baik. Cekatan, rapi, dan sejauh ini tidak pernah melakukan kesalahan fatal. Ada yang salah, Tuan?” tanyanya, sedikit waspada.
Ziel menggeleng meski tahu Pak Burhan tidak bisa melihatnya. “Tidak ada yang salah. Saya hanya mempertimbangkan sesuatu. Saya baru saja memecat asisten saya, dan saya ingin menukar posisinya dengan Dara.”
Pak Burhan membelalakkan mata, hampir menjatuhkan pena yang ia pegang. “Menukar, Tuan?”
“Ya. Mulai besok, Dara pindah ke ruangan saya sebagai asisten. Mantan asisten saya akan menjadi bawahan Anda,” Ziel menjelaskan dengan nada tegas, menunjukkan bahwa keputusannya sudah bulat.
Pak Burhan terdiam sejenak, tapi tentu saja ia tidak punya pilihan untuk menolak. “Baik, Tuan. Akan saya sampaikan pada Dara,” jawabnya akhirnya, meski masih tak percaya dengan permintaan Ziel.
Ziel mengakhiri panggilan dengan sebuah anggukan kecil. “Semoga kali ini tidak ada masalah lagi,” gumamnya, merasa sedikit lega.
***
Pak Burhan memanggil Dara ke ruangannya. Dengan wajah serius, pria paruh baya itu menatap Dara yang masuk dengan langkah santai, seperti biasa.
“Ada apa, Pak Burhan? Tumben manggil saya langsung. Biasanya kalau saya dipanggil begini, ada dua kemungkinan: dimarahi karena salah atau dikasih bonus. Semoga yang kedua, ya!” Dara terkekeh, mengusap kedua tangannya seolah memohon doa.
Pak Burhan hanya menghela napas panjang. “Mandara... mulai besok, kamu akan dipindahkan.”
Dara langsung membelalakkan matanya. “Hah?! Dipindahkan? Kok bisa, Pak? Apa saya kurang bagus kerjanya? Apa laporan saya ada yang salah? Atau... jangan-jangan, ada yang ngelaporin saya sering makan camilan di meja, ya?”
Pak Burhan memijat pelipisnya. “Tidak, Dara. Bukan karena itu.”
“Lho, terus kenapa, Pak? Jangan bikin penasaran gitu dong, saya 'kan jadi mikir yang nggak-nggak,” Dara merapatkan kedua tangannya di dada dengan gaya dramatis.
Pak Burhan menatapnya dengan raut lelah, lalu menjawab singkat, “Kamu dipindahkan ke posisi baru... jadi asisten Tuan Ziel.”
Hening sejenak. Dara mematung, menatap Pak Burhan tanpa berkedip.
“Asisten Tuan Ziel?” ulangnya, suaranya nyaris berbisik.
Pak Burhan mengangguk.
Dara tiba-tiba tertawa kecil, lalu membelalakkan mata lagi. “Hah? Apa nggak salah, Pak? Saya? Jadi asisten si bos besar? Emangnya saya kelihatan kayak orang yang bisa kerja di bawah tekanan nuklir?”
Pak Burhan memijat pelipisnya lagi. “Dara, ini perintah langsung. Saya tahu ini mungkin berat, tapi Tuan Ziel yang meminta langsung.”
Dara menepuk dahinya, kemudian duduk di kursi tanpa diundang. “Astaga, Pak... saya belum siap jadi martir! Apa ini hukuman atas dosa-dosa saya, ya?” gumamnya sambil pura-pura menangis.
Pak Burhan menahan tawa melihat tingkah Dara, tapi tetap berusaha serius. “Sudah, sudah. Kamu terima saja. Anggap ini promosi.”
Dara mengerucutkan bibirnya, lalu berdiri. “Baiklah, Pak. Kalau ini jalan hidup saya, saya akan terima... tapi saya minta bonus makan siang minimal selama seminggu, ya. Buat penghiburan!”
Pak Burhan hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Sudah, keluar sana, Dara. Mulai besok, siapkan mentalmu.”
Dara keluar dengan langkah berat, tapi wajahnya masih menyiratkan senyuman kecil. “Asisten Tuan Ziel, ya? Semoga aku nggak tumbang di hari pertama...” gumamnya sambil berusaha membesarkan hati sendiri.
Pak Burhan menatap pintu yang kini tertutup di belakang Dara. Untuk beberapa saat, ia hanya diam sambil melipat tangan di dadanya. Lalu, ia menghela napas panjang, kepalanya sedikit menggeleng.
“Anak itu...” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. “Ocehannya memang kadang bikin pusing, tapi entah kenapa justru menghibur di saat-saat tertentu. Kalau dipikir-pikir, dia itu cukup unik.”
Ia menatap meja kerjanya, mengingat betapa rapi laporan-laporan yang disusun Dara. Tak perlu banyak arahan, Dara selalu tahu apa yang harus dikerjakan. Anak itu cekatan, selalu selangkah lebih maju dari yang diharapkan.
“Sebetulnya, aku merasa cocok bekerja dengannya,” lanjut Pak Burhan, suaranya sarat dengan nada berat. “Tapi, ya... kalau Tuan Ziel sudah memilih dia, apa boleh buat. Semoga dia bisa bertahan.”
Pak Burhan kembali menghela napas, kali ini lebih dalam. Ia menatap pintu sekali lagi, seolah membayangkan Dara yang baru saja melangkah pergi. “Semoga ocehanmu nggak bikin Tuan Ziel tambah pusing, Mandara. Kalau tidak, bisa-bisa kamu dikeluarkan sebelum sempat adaptasi.”
Senyum tipis muncul di wajahnya, meski ada kekhawatiran yang tersirat. Dengan perasaan campur aduk, ia kembali ke pekerjaannya, mencoba menghilangkan pikiran yang masih bergelayut.
Dara melangkah keluar dari ruangan Pak Burhan dengan wajah penuh tekad. Begitu sampai di mejanya, ia langsung sibuk mengetik di laptopnya. Tangannya bergerak lincah menari di atas keyboard, sementara mulutnya tak berhenti mengunyah keripik singkong yang entah darimana munculnya.
"Uhuk... Uhuk!" Dara tersedak, tapi tak berhenti. Ia hanya menenggak air dari botol minum, lalu kembali mengunyah sambil mengetik cepat. Teman-temannya yang melihat pemandangan itu hanya bisa saling melirik, heran sekaligus bingung.
"Eh, itu Dara serius banget hari ini, ya? Biasanya dia ngetik sambil nyanyi-nyanyi lagu random," bisik salah satu temannya.
"Jangan ganggu! Nanti kita kena ceramah 'manajemen waktu ala Dara' lagi," jawab yang lain, mengingat betapa panjang lebar Dara bisa berbicara kalau merasa diganggu.
Beberapa saat kemudian, Dara menghentikan ketikannya dengan gaya dramatis. Ia menepuk-nepuk laptopnya seperti seorang aktor selesai menyampaikan monolog penting. "Selesai!" serunya dengan suara lantang. "Semua sudah beres. Tidak ada lagi warisan pekerjaan untuk penggantiku."
Teman-temannya yang penasaran langsung menghampiri. "Pengganti? Maksudnya apa, Ra?"
Dara menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi penuh misteri. "Mulai besok, aku akan pindah menjadi asisten The Boss alias Tuan Ziel."
Sontak semua orang terkejut. "Hah? Tuan Ziel?! Kamu?!"
"Iya, aku," jawab Dara santai, sambil mengambil satu keripik lagi. "Kenapa? Kagum, ya?"
"Lebih ke bingung, sih," sahut salah satu temannya. "Kamu baru sebulan kerja di sini, Dara. Biasanya asisten Tuan Ziel itu harus punya pengalaman segudang."
"Iya," tambah yang lain. "Lagian, tahu nggak? Tuan Ziel itu perfeksionis. Dia susah banget didekati. Katanya, asistennya aja kalau kasih laporan harus duduk di sofa sudut ruangan yang jauh darinya."
Dara mengunyah keripiknya pelan, lalu menjawab sambil mengangkat bahu. "Ya terus kenapa? Kalau dia perfeksionis, aku juga per-food-nionis. Kerjaan bisa beres sambil ngemil, kok. Aku ini multitalenta, tahu."
Teman-temannya hanya bisa menatapnya dengan tatapan tidak percaya. "Dara, serius. Kamu harus hati-hati. Jangan bikin masalah."
Dara mendengus. "Tenang aja, aku tahu caranya ngadepin bos galak. Kalau dia ngomel, aku kasih dia teh manis. Kalau masih ngomel juga, aku ajak ngobrol soal tren makanan viral. Semua orang suka makanan, 'kan? Bos galak aja pasti luluh kalau aku racunin pakai pesona nasi goreng telur ceplok setengah matang."
Semuanya hanya bisa menggelengkan kepala. Di satu sisi mereka khawatir, tapi di sisi lain mereka tahu, Dara adalah Dara. Selalu punya cara unik untuk menghadapi apapun, termasuk Tuan Ziel.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....
Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....
kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....
blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...
lanjut thor.....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....
Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...
Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻