Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THIRTY TWO
Yang ku timpali dengan menjauhkan kotak bekal dari nya. Menikmati makan siang ku dengan sedikit gangguan Mas Fahmi yang terus berusaha mengambil bekal yang tengah aku nikmati.
Menyebalkan sekali pria itu!
-
Selepas adzan ashar berkumandang Mas Fahmi mulai mengemudikan mobilnya ke arah yang akan menuju kota ku. Senggangnya jalan raya, bersama angin sepoi sebelum hujan menarik minat ku yang membuka kaca mobil setelah sempat meminta ijin pada sangat pemilik.
Hawa sejuk dengan kabut tebal yang menghalangi pandang namun nampak indah di penglihatan ku menyambut. Aku mengulas senyum, merekam moment ini dalam ingatan tanpa siapapun tahu.
Hingga rintik hujan yang turun perlahan memaksa ku menghentikan kegiatan itu. Menutup kaca mobil dan menyandarkan punggung, mencoba menikmati hujan walau semakin terbatas.
"Ada apa sama penyuka hujan ini yang satu ini? Kamu gak suka hujan turun? " aku menggeleng, menolak pernyataan dan tanya Mas Fahmi barusan.
"Saya suka liat hujan turun. Tapi gak suka hawa dingin. Saya suka hujan tapi benci genangan, mereka merepotkan!" adu ku kesal.
"Setiap hal di dunia ini gak lepas dari awal dan akhir. Oleh karena itu akan selalu ada akibat dari sebab yang dimulai. Sama juga kaya hujan yang kamu suka itu, dia turun untuk kamu nikmati keindahan dan menyuburkan tanah, juga mencipta genangan agar manusia ber hati-hati" semakin aku menghabiskan waktu bersama Mas Fahmi semakin aku tau. Kalau pria itu sudah terlalu matang di usianya. Terlalu siap untuk menikah. Terlalu dewasa untuk aku yang masih terlalu sering bersikap kekanak-kanakan.
"Mas...?" Mas Fahmi menoleh sesaat guna menatapku sebelum kembali memfokuskan pandangan ke arah jalan.
"Gimana menurut Mas tentang cewek yang bersikap kekanak-kanakan?" ku lihat raut berfikir muncul di wajahnya.
"Nyebelin!" aku tertunduk, merasa sakit hati atas apa yang aku tanyakan sendiri.
"Karena bikin kangen dan khawatir" aku mengangkat pandangan, menatap Mas Fahmi yang mengulas senyum dan dengan satu tangan yang mengusap rambutku.
"Kita nepi dulu ya Mi. Hujanya makin deres, takut kenapa-napa" aku mengangguk, menyetujui hal itu walau tak pernah suka cara Mas Fahmi mengalihkan pembicaraan disaat obrolan itu hendak mengarahkan ke hal yang serius.
Aku merebahkan kepala ku ke sisi samping, menatap tetes hujan yang jatuh tanpa sungkan turun dalam diam, bergulat dengan pikiran ku sendiri. Sesekali memainkan jari-jemari membentuk pola abstrak yang tak pernah ku ketahui bagaimana bentuknya sebelum terhenti dengan tangan Mas Fahmi yang menggenggam salah satunya, di iringi tepukan jari telunjuknya di atas punggung tangan ku, aku hanya menatap itu sebentar selebihnya kembali pada posisi semula, menatap ke luar kaca mobil dengan pikiran berkelana.
Senggang juga senyap yang tercipta sejak 10 menit lalu berganti kala suara dari radio yang Mas Fahmi nyalakan sedikit mengusik pikiran ku.
"Selamat sore dan selamat kembali rumah buat semua yang baru pulang dari aktifitas hari ini. Kembali lagi bersama saya Bara di saluran 23 Fm" terdengar musik pengiring menjeda sambutan suara pria muda itu. Mengurai hening diantara aku dan Mas Fahmi.
"Kali ini saluran 23 FM akan memutar lagu yang hits pada tahun 2000-an. Buat pendengar yang ingin meminta lagu atau mengulang masa 2000-an dengan lagu favorit bisa kirim pesan ke nomor 085789*****. Untuk lagu pertama yang akan diputar ada dari S9B - suka sama suka, enjoy your time" suara pria itu terhenti berganti dengan irama musik yang lama tak ku dengar.
