Hidup di jalan sebenarnya bukanlah pilihannya , tapi nyatanya kekayaan tak membuatnya cukup nyaman . Dan inilah sebuah kisah tentang seorang pria bernama Bramatyo Yudo Sadewo , pria muda dengan segala ambisinya ! Yang tanpa dia tahu jika suatu saat seorang wanita biasa bisa membuatnya bertekuk lutut ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
" Ada yang tidak di mengerti lagi Nona !? " tanya pak Alif yang baru saja menjelaskan tentang sesuatu yang berhubungan dengan neraca keuntungan perusahaan pada Gista .
Saat ini Gista sedang duduk dengan tatapan fokus pada layar komputer yang ada di depannya . Mulai pagi tadi kantornya ada di ruangan utama CEO , meja kerjanya tepat bersebelahan dengan meja Lena Wijaya .
Pak Alif yang kini mengajarinya karena Lena Wijaya sedang pergi ke luar kota sehubungan dengan pembukaan butik baru miliknya . Gista beruntung mempunyai otak yang cepat menangkap semua penjelasan yang di berikan mentornya itu dan kebetulan dulu ia adalah lulusan S1 Manajemen hingga tidak asing lagi dengan angka dan neraca .
" Saya akan coba kerjakan semua berkas ini , tapi tetap saja nanti Pak Alif lihat lagi . Dan beritahu jika saya salah. "
" Baik Nona, " jawab Pak Alif dengan ramah .
Tapi sejurus kemudian perhatian mereka beralih pada seseorang yang mengetuk pintu ruangan . Seorang pria sedang berdiri dengan membawa map , sepertinya ia ingin melaporkan sesuatu .
" Silahkan masuk Pak Hendarto , apa laporan keuangan sebulan terakhir yang diminta Nyonya sudah selesai ?! " tanya Pak Alif ketika pria bernama Hendarto itu sudah masuk ke dalam .
" Semua yang diminta Nyonya Lena ada di map ini Tuan " jawab Hendarto dengan menyerahkan map itu kepada Pak Alif .
" Sesuai dengan perintah Nyonya , mulai sekarang semua laporan semua divisi ditangani sendiri oleh Nona Gista, "
" Nona Gista ?? "
" Dia Nona Gista .... " tunjuk Pak Alif pada Gista yang masih duduk fokus dengan pekerjaannya .
Gista yang merasa namanya dipanggil langsung berdiri dengan sikap kikuk , dia tahu ada tatapan meremehkan dari kepala divisi keuangan bernama Hendarto itu .
" Saya Gista , mohon bimbingan Pak Hendarto untuk ke depannya, " ujar Gista mencoba beramah tamah .
" Saya Hendarto , kepala divisi keuangan . Semoga ke depannya kita bisa bekerjasama dengan baik " sahut pria bernama Hendarto itu dengan menunduk hormat , tatapan tajam dari Pak Alif seakan memintanya untuk menghormati wanita muda di depannya . Hendarto merasa wanita muda bernama Gista itu bukan orang sembarangan .
Ketika pria bernama Hendarto itu sudah keluar ruangan , Pak Alif menghampiri Gista yang sudah kembali duduk di kursinya .
" Lain kali saya harap Nona tidak menundukkan kepala jika ada di depan bawahan . Nona adalah tangan kanan Nyonya Besar , itu artinya kedudukan Nona sama dengan beliau, "
" Tapi saya .... "
" ltu aturan pertama yang harus Nona mengerti , saya permisi ... "
Gista menggaruk tengkuknya , ia tak mengerti dengan perkataan Pak Alif yang menyatakan bahwa kedudukannya sama dengan pemilik Wijaya Group ini . Dia bukan siapa siapa , dia hanyalah wanita yang kebetulan bertemu dan ditolong oleh wanita kaya raya yang baik hati itu .
TINGGGGGG ...
Lamunannya buyar ketika mendengar notif pesan dari ponselnya . Matanya mengernyit ketika melihat nama pengirim pesan di layar pipihnya .
Bisakah aku bertemu denganmu ?? Aku ingin bicara ....
" Mas Gibran ?? "
*
Sementara itu seorang pria sedang menunggu balasan pesan yang barusan ia kirimkan . Gibran memutuskan untuk bertemu dengan mantan istrinya , bukan bermaksud apa apa tapi dia hanya ingin meminta maaf karena keputusannya yang terlalu gegabah untuk memberikan talak tiga pada Gista . Gibran tahu akan sangat sulit untuk baginya untuk mengembalikan Gista pada posisinya semula .
Setelah menunggu beberapa lama dan pesannya tak kunjung berbalas akhirnya Gibran keluar dari kamarnya .
" Gibran kau sudah bangun Nak ?? Ayo makan dulu , tadi kau melewatkan makan siangmu . Ibu sudah memasak banyak untukmu gurame asam pedas , ayam penyet sambel ijo , udang goreng tepung dan sayur asem kesukaanmu " ujar Sofi yang langsung mendapat tatapan malas dari anak bungsunya .
Vina hanya bisa mencibir dalam hatinya , uang enam ratus ribu harus ia gelontorkan hanya untuk membeli makan siang kali ini . Sejak Gista menjadi menantu di rumah ini Sofi sama sekali tidak pernah memegang penggorengan sekalipun . Gista yang selalu menyiapkan semua untuk mereka .
" Ibu yang masak ?? "
" Tentu saja , sengaja lbu masak spesial untukmu Nak. "
Gibran makan dengan tenang , semua yang ada di depannya adalah masakan kesukaannya . Tapi entah lidahnya tak tidak bisa menikmat semua itu , seperti ada yang kurang dalam setiap masakan yang ia makan .
" Kok sedikit sekali makannya ?? Apa tidak enak !? " tanya Sofi yang melihat Gibran tidak menikmati semua masakan yang sebenarnya ia pesan dari restoran .
" Enak sekali Bu , mungkin Gibran masih lelah jadi belum bisa menikmati semua ini . Maaf ! "
" Tidak apa apa , ngomong ngomong lbu mau membicarakan sesuatu yang penting padamu . Karena Gista sudah tidak ada disini lagi lbu mau bertanya soal keuangan rumah ini . Maaf bukan lbu bermaksud lancang , tapi hal ini sangat penting. "
" Gibran mengerti , itu kenapa Gibran langsung mentransfer uang seratus juta pada lbu . ltu sama besarnya dengan uang bulanan yang Gibran berikan pada Gista. "
" Seratus juta ?? Hanya seratus juta ? "
" Maksud Ibu !? " tanya Gibran yang melihat raut kaget di wajah ibunya .
" Bukannya kamu kasih istri kamu uang bulanan dua kali lipat dari yang kau kirim pada lbu !? Sepertinya istrimu itu selalu menghambur hamburkan uang untuk membeli sesuatu yang tidak jelas "
Gibran menghela nafasnya , ia sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun kali ini .
" Berapa yang lbu minta !? "
" Ehhh ... bukan itu maksud lbu . Tunggu , tapi lbu memang sedang sangat butuh . Uang uang kau transfer kemarin sudah ibu gunakan untuk keperluan rumah ini dari bayar listrik sampai bayar satpam dan lnem . Vina juga ada kegiatan kampus yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit . Seratus juta lagi lbu rasa cukup ... "
Gibran memejamkan matanya , ia tahu Gista sudah membayar semua yang disebutkan lbunya sebelum mantan istrinya keluar dari rumah ini .
" Sudah Gibran kirim .... " ujar Gibran setelah mentransfer uang yang di minta ibunya . Pria itu beranjak dari duduknya menuju garasi , sepertinya ia butuh suasana segar yang mampu menenangkan hatinya
coba klo tante kunti pake baju putih
waduuuuuuuh sereeeeem🤭🤭🤭
jangan jangan emak gita
ya ampun keponya aq😄
maaf thor otak aq rada geser akibat ketiban centong nasi😮💨