NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 32 :

Lanna menatap batu nisan milik asisten Rosie dengan beberapa buket bunga krisan putih di atasnya. Dia setengah berjongkok di taruhnya sebuket bunga krisan putih darinya bersama buket bunga lainnya. kemudian tangannya terulur menyentuh batu nisan. Dirinya tidak menyangka jika asisten Rosie akan pergi secepat ini padahal Lanna begitu kagum pada sosok asisten Rosie.

"Beristirahatlah dengan tenang di sana, asisten Rosie. Kami tidak akan melupakanmu," ucap Lanna.

Kebetulan langit mendung hari ini dan ribuan buliran air itu kini jatuh membasahi bumi. Xavier segera meraih bahu Lanna dan membawa gadis itu pergi ke tempat lain untuk meneduh tidak lupa menggunakan teleportasinya.

Sampailah mereka di depan sebuah minimarket di kota Ravoria. Xavier mengajak Lanna untuk masuk ke dala, menggandeng tangan gadis itu dan Lanna tidak menolaknya malahan sejak tadi dia lebih banyak melamun seperti seseorang yang sedang kebingungan. Xavier menyuruh Lanna duduk di kursi sementara Xavier itu sendiri sedang memesan makanan serta minuman hangat untuk mereka berdua. Tidak lama kemudian Xavier datang dengan kedua tangannya yang tidak kosong dan mereka mulai menyantapnya.

"Bagaimana dengan guru Han?" Tanya Lanna mengingat dirinya sama sekali belum menjenguk guru Han.

"Masih belum mau bicara. Guru Han masih sangat terpukul dengan kematian asisten Rosie," jawab Xavier.

Lanna menarik napas pendek menatap mie cup instannya dengan uap panas yang masih mengepul ke atas. Itu artinya apa yang dia mimpikan bukanlah semata-mata cuma bermimpi melainkan terjadi secara nyata. Dan Lanna bukan berarti tidak sedih. Di balik sikap tegarnya, perasaan terdalamnya merasa sedih dengan apa yang terjadi terlebih atas kematian asisten Rosie tetapi Lanna memilih untuk tidak mengekspresikannya, dia terlalu takut untuk berlarut dalam tangisan sekaligus tidak ingin terlihat lemah.

"Kalau aku yang mati apa kau juga akan seperti guru Han?" Celetuk Xavier.

"Maksudnya?" Sahut Lanna tidak mengerti.

"Tidak ada, lupakan," balas Xavier kemudian memilih untuk menyantap mie cup miliknya.

"Xavier," panggil Lanna.

"Hm?" Sahut Xavier.

"Bisa tolong kau ceritakan bagaimana kejadiannya? Pinta Lanna.

Xavier bedehem lalu menyeka bibirnya menggunakan tisu kering dan menatap Lanna.

"Ya, tentu,"

#Flashback.

Malam itu ...

Sepulang dari mengantar Lanna ke kediaman barunya di kota Naeron, mobil yang di kemudikan oleh guru Han awalnya semua berjalan normal. Tetapi di pertengahan perjalanan tiba-tiba saja seperti ada sesuatu yang besar jatuh ke atas mobil sehingga mobil yang di kendarai guru Han hampir saja terpelanting. Guru Han langsung menghentikkan perjalanannya dan dia sudah tahu bahwa itu ulah para snomtser yang menghadang perjalanan mereka.

Pada awalnya hanya guru Han dan asisten Rosie saja yang akan keluar dari mobil menghadapi para snomster dengan menyuruh Xavier untuk tetap berada di dalam mobil namun Xavier menolak, dia memutuskan untuk ikut menghadapi para snomster di luar sana dan mereka pun berpencar.

Lalu saat guru Han berhasil mengalahkan snomster yang di hadapinya, guru Han merasakan aura gelap yang sangat menusuk. Asisten Rosie yang saat itu sudah mengalahkan snomster juga akhirnya datang menghampiri guru Han dan dia juga merasakan hal yang sama seperti guru Han, kemunculan Daemonic Lev. Tanpa berpikir panjang lagi, guru Han meraih bahu asisten Rosie kemudian menghilang dari tempat menggunakan teleportasi.

Xavier yang saat itu terpisah dan setelah selesai mengalahkan snomster langsung bergegas menuju mobil tetapi dia tidak melihat keberadaan guru Han dengan asisten Rosie. Xavier berdiri di luar mobil kemudian bersiul memanggil seekor burung hantu, dia meminta untuk di carikan di mana keberadaan guru serta asisten Rosie lalu menghubungi mereka melalui ponselnya. Bahkan Xavier tidak bisa melakukan telepati pikirannya terlalu berisik, dia tidak bisa fokus. Meskipun cemas Xavier tetap berusaha untuk tetap tenang.

Sedetik kemudian Xavier mendengar suara ponsel berdering, dia menoleh ke arah dalam mobil membuka pintu mobilnya dan menemukan ponsel milik guru Han yang tergeletak di atas jok mobil beserta ponsel milik asisten Rosie juga. Xavier terdiam sejenak merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Bersamaan dengan itu, dia mendapatkan penglihatan melalui burung hantu tadi dan betapa terkejutnya Xavier melihat bagaimana sosok yang membuat sejarah kelam kepada kota Ravoria. Guru Han, asisten Rosie, Serena serta ...

... Lanna. Mereka semua berada di sana dalam satu tempat berusaha memberi balasan terhadap serangan yang di berikan Daemonic Lev serta melindungi Lanna yang ... Gadis itu sudah terkapar di atas tanah sekarang dengan kepalanya sudah bersimbah darah. Dia juga melihat Serena dengan wujud serigalanya, serigala putih dengan warna mata birunya yang menyala. Keadaan di sana benar-benar kacau. Namun tiba-tiba saja penglihatannya melalui burung hantu itu mulai buram dan seperti terjatuh dari sebuah pohon bersamaan dengan pertahanan tubuh Xavier yang runtuh, punggungnya menubruk mobil berusaha menahan diri agar tidak jatuh.

Drago yang sejak tadi berada di sekitarnya tiba-tiba menggeliat di udara dengan erangannya yang keras, terpental jatuh ke tanah, membanting tubuhnya sendiri seolah sedang kesakitan berusaha melepaskan diri. Xavier melihat dalam pandangannya dia melihat banyaknya spiral merah dengan sisinya berwarna hitam sedang melilit tubuh Drago. Xavier berteriak memanggil Drago hendak menghampiri tetapi langkahnya gontai dan pertahanannya pun runtuh, kepalanya sangat sakit dan Drago langsung hilang di tempat.

Masih dalam penglihatan melewati burung hantu meskipun agak buram, dia melihat bagaimana burung hantu yang dia suruh tadi itu terbanting-banting tubuhnya penyebab kenapa kepalanya terasa sangat sakit. Ponselnya menyala menampakkan foto dari sosok pria bernama Daemonic Lev yang di kirimkan oleh Lanna padanya dan sesuatu hal pun terjadi kepada Xavier.

Melalui penglihatannya melalui burung hantu, sosok Daemonic Lev itu mencengkram kepala burung hantu lalu membantingnya sontak saja tubuh Xavier terbanting dan terus berulang-ulang di atas tanah serta ke beberapa pohon besar di sana. Xavier tidak berdaya, rasanya dia hampir ingin mati saat itu tetapi dengan sekuat tenaga dia bangkit saat burung hantu itu sudah benar-benar mati. Dia bergegas menuju tempat Daemonic Lev itu berada menggunakan teleportasinya.

Setelahnya Xavier tidak tahu lagi apa yang terjadi secara detailnya. Tetapi saat Xavier sudah datang ke sana semuanya bener-bener sangat kacau. Asisten Rosie sudah tewas, wanita itu berada di pangkuan guru Han. Serena yang meringis kesakitan dalam bentuk wujud anjing kecil, dan Lanna yang sudah tak sadarkan diri dengan kepalanya yang sudah bersimbah darah di dekat Serena.

Dan guru Han di ketahui tidak banyak bicara sejak kejadian itu terjadi terlebih mengenai tewasnya asisten Rosie, lebih banyak melamun dengan tatapan matanya yang nampak kosong. Pria itu benar-benar sangat terpukul.

Lanna menatap sebuah tusuk sanggul milik asisten Rosie dalam genggamannya. Xavier yang memberikannya saat di minimarket tadi sebelum akhirnya mereka pulang kembali ke asrama.

#Flashback.

"Dan ini," Xavier menyodorkan tusuk sanggul perak dengan ujungnya terdapat bentuk bunga melati putih.

Lanna meraih benda tersebut. "Untukku? Bukankah ini milik asisten Rosie, kenapa ada padamu?"

Xavier mengangguk. "Asisten Rosie menyerahkannya untukmu dan aku mendapatkan itu melalui guru Han,"

Lanna menatap tusuk sanggul milik asisten Rosie dalam genggamannya. Dia kini berada di dalam kamar mandi asrama, menatap bayangan wajahnya di cermin kemudian mulai memakai tusuk sanggul tersebut pada rambutnya. Perasannya bercampur aduk terlebih perasaan bingung begitu mendominasi perasaannya juga lesu. Padahal dia ingin melepaskan segalanya tetapi ada akhirnya dia kembali lagi ke situasi yang sama, seolah-olah tidak ingin membiarkannya pergi. Lalu apa gunanya dirinya menyatakan untuk menyerah?

Dan ngomong-ngomong tentang guru Han, pria itu bahkan tidak ingin di temui oleh siapapun jadinya Lanna menahan diri untuk menjenguk guru Han terlebih dahulu.

"Terimakasih asisten Rosie, aku akan menjaga benda pemberianmu ini," ucap Lanna.

Sementara itu, Xavier ...

Duduk sendirian di pinggir lapangan celestial, memainkan inti sihirnya. Xavier juga berusaha memanggil Drago, hewan pendampingnya namun nihil. Drago sama sekali tidak muncul bak di telan bumi.

kenapa? Apa ini semua terjadi karena kejadian mengerikan kemarin malam itu? Apakah Drago takut dengan Daemonic Lev? Penyebab kenapa Drago tidak muncul lagi. Sosok Daemonic Lev pun juga sama, sosok itu juga menghilang. Dan sampai hari ini keadaan kota Ravoria mulai berjalan normal kembali bahkan sama sekali tidak ada snomster, sama sekali tidak ada tetapi meskipun begitu para penyihir di kota tersebut tetap berjaga-jaga dan waspada.

"Xavier," panggil Lanna.

"Kau sudah di sini?" Tanya Xavier.

"Iya, sejak tadi dan kau melamun terus," jawab Lanna.

Xavier diam, kedua matanya menatap Lanna intens. Sedetik kemudian Xavier memalingkan wajahnya ke arah lain berpura-pura batuk kecil berusaha menutupi kekagumannya pada tampilan baru Lanna. Padahal cuma di sanggul saja tetapi sudah langsung berubah jadi terlihat lebih—ah, maksudnya Xavier jauh lebih segar daripada sebelumnya yang sudah biasa dia lihat. Tentu saja Lanna tetap bersikap cuek pada Xavier hanya menatap datar lelaki di hadapannya itu.

"Aku akan tetap pergi dan tinggal di kota Naeron," ucap Lanna tiba-tiba.

Seperti keinginannya bahkan sebelum dia mendatangi planet lumi, dia memang menginginkan untuk tinggal di kota lain menjalani kehidupan normal yang lebih baik lagi.

Xavier berdiri namun arah pandangnya tidak lekang dari Lanna. "Kau yakin? Aku takut kau dalam bahaya—maksudku, di kota Naeron belum tentu aman. Kau yakin ingin pergi hari ini juga?"

Lanna mengangguk dan menjawab. "Iya, aku yakin. Lagipula lukaku akan memulih dengan cepat,"

Ya, mau sekhawatir apapun dirinya tentu saja Xavier tidak dapat berbuat apa-apa dengan keputusan yang di buat Lanna.

Tetapi ...

"Kau tidak mau mendengarkan ku sekali saja?" Xavier bermaksud berusaha bernegosiasi terhadap keputusan Lanna.

"Maksudnya bagaimana?" Kata Lanna tidak mengerti maksud Xavier.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Yasudah jika itu memang keputusanmu," balas Xavier.

Xavier terlalu malu, dia gengsi untuk berkata terang-terangan dengan apa yang di maksudkannya. Dan maksud Xavier ialah dia ingin Lanna tetap tinggal di kota Ravoria, tidak perlu jauh-jauh. Xavier takut sesuatu hal buruk terjadi pada gadis di hadapannya itu. Terlebih Daemonic Lev.

Xavier dan Lanna memutuskan untuk mengunjungi salah satu rumah sakit khusus para penyihir Ravoria, rumah sakit tempat guru Han di rawat untuk meminta izin kepada guru Han bahwa Lanna akan meninggalkan kota Ravoria kembali. Tetapi begitu, guru Han tetap masih tidak ingin berbicara sama sekali. Jadi dia hanya berbaring ke samping membelakangi Lanna dan Xavier, ketika mereka berdua datang dan berpamitan.

Setelah itu, Xavier pun pergi mengantar Lanna ke kota Naeron bersama Serena dalam gendongannya. Mereka tidak menaiki kendaraan umum melainkan menggunakan teleportasinya Xavier agar lebih cepat.

Setelah sampai di kediaman Lanna yang baru, mereka berpisah.

"Kau, jaga dirimu baik-baik," ucap Xavier.

"Ya, tentu. Kau juga, " balas Lanna seraya tersenyum kecil menatap Xavier.

...----------------...

Xavier sudah sampai di kota Ravoria kembali, tepatnya dia kini sudah berada di asramanya. Gedung asrama miliknya dan Lanna letaknya berhadap-hadapan dan jaraknya agak jauh, di tengah-tengahnya terdapat halaman rumput yang cukup luas. Di tatapnya balkon kamar Lanna yang gelap itu, merasa seperti ada sesuatu yang hilang. Biasanya dia melihat Lanna yang duduk di meja belajarnya ataupun melakukan aktivitas kecilnya di balik jendela kamar yang terbuka itu. Xavier, lelaki itu diam-diam dan tanpa sadar selalu memperhatikan Lanna selama ini. Dan dia tidak akan pernah melihat Lanna di kamar itu lagi.

...----------------...

"Aku memintamu untuk jangan menyakiti dua orang yang ku maksud," ucap Ttheo.

Di tempat persembunyian mereka seperti biasa. Daemonic Lev berdiri menghadap jendela memandang langit malam dengan bulan yang memancarkan cahayanya namun itu hanya sementara saja. Sedetik kemudian cahaya bulan Itu meredup tertutupi oleh awan hitam dan langit berubah menjadi begitu gelap. Dan suara Ttheo yang berasal dari dalam tubuhnya memecahkan keheningan di ruangan tersebut.

Daemonic tertawa seolah-olah seperti ada yang lucu.

"Berani kau memerintahku?" Balas Daemonic masih menatap langit, semilir angin malam menyapu wajah serta rambut panjangnya yang di ikat.

Daemonic tentu saja tahu siapa yang di maksud oleh Ttheo. Serena Lyra, seorang gadis yang mati lalu muncul kembali dengan perwujudannya sebagai serigala putih dan Lanna Xevellyn, seorang gadis yang berasal semesta lain. Gadis itu sengaja di buat mati dan jiwanya di culik, di pindahkan untuk mendiami tubuh Serena Lyra. Kedua gadis itu saling berhubungan seperti sebuah benang dan Daemonic merasa tertarik ketika mendengarnya terlebih kepada Lanna. Bukan karena hal lainnya melainkan karena Lanna di sebutkan di dalam kitab penyegelan peta kuno, jiwa dari semesta lain.

"Hei, Daemonic, kau tidak akan bisa menghirup udara bebas seperti ini jika bukan karena aku. Kau mengerti?"

Mendengar itu Daemonic merasa agak kesal, menaikkan alisnya. Dia tidak bisa mengelak tentang dirinya yang di bangkitkan karena bocah ingusan bernama Ttheo tinson itu.

"Rasanya aku ingin membunuhmu,"

Tidak lama kemudian Daemonic tersenyum miring lalu berjalan menuju ke arah dinding dan tertempel di sana selembar foto Serena dengan senyuman manisnya, menyentuhnya.

"Untuk kali ini kau bisa berkata seperti itu tetapi selanjutnya ... Tidak. Aku tidak akan mentolerir perintahmu," ancam Daemonic.

"Apa maksudmu? Kita sudah sepakat!" Bantah Ttheo.

Daemonic membalikkan tubuhnya bersamaan dengan itu langit mulai bergemuruh dn petir mulai menggelegar. Dan tiba-tiba saja Daemonic menghilang meninggalkan kabut asap berwarna hitam.

Tempat itu seperti sebuah ruangan berwarna merah seperti darah, hawa yang terlihat panas serta banyaknya kerangka manusia mirip seperti sebuah penjara. Itu di dalam tubuh Daemonic Lev. Dan seorang lelaki muda sedang duduk bersimpuh di tengah-tengah tanpa memakai atasan, kedua tangannya di rantai menggantung ke atas adalah Ttheo Tinson. Daemonic berdiri di hadapan Ttheo yang tengah tertunduk. Dia mengarahkan tangannya, sebuah spiral merah di sertai hitam itu muncul menyelimuti tubuh Ttheo lalu menegakkan kepala anak lelaki itu. Merasa tubuhnya di himpit Ttheo merasakan sesak pada napasnya.

"Hanya karena kau yang membangunkan jiwaku bukan berarti kau dapat mengendalikanku, bocah ingusan. Aku tidak butuh perintahmu!"

Ttheo berusaha untuk membalas perkataan Daemonic, mulutnya mulai komat-kamit namun Daemonic membungkamnya menggunakan spiral.

"Tutup mulutmu! Kau pikir aku mengiyakan kesepakatan? Persetan dengan kesepakatan, aku tidak pernah mengiyakannya dan kau hanya bersepakat dengan dirimu sendiri, bocah! Dan gadis yang bernama Lanna itu benar-benar memudahkan diriku untuk melangsungkan ambisiku yang tertahan selama ini," ucap Daemonic di lanjutkan dengan suara tawanya yang menggelegar.

Leher Ttheo kini di cekik, matanya melotot seperti akan keluar dari tempatnya.

"Ya, ya, harus ku akui ... " Daemonic menghentikan tawanya. "Aku berhutang budi padamu tentu saja aku berterimakasih banyak. Maka dari itu, akan ku kirimkan kau ke neraka,"

Daemonic memasang senyuman misteriusnya.

"A-ap-pha yang k-kha ... "

"Sampai jumpa lagi, bocah,"

Crat.

Tubuh Ttheo langsung hancur dalam sekali remasan saja, tinggal menyisakan dua rantai besar yang tergeletak di bawah. Melihat itu Daemonic tersenyum puas kemudian tertawa keras seperti sudah kesetanan.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!