Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya bersatu lagi
"M-as Devan." panggil Clara dengan gagap.
Pria itu menoleh ke arah Clara a, dan sama halnya dengan Clara pria itu juga terdiam beberapa saat saking kagetnya.
"Clara." panggil Devan dengan nada gemetar.
Clara langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Devan dengan erat. Ia tidak mau Devan meninggalkannya lagi seperti di dalam mimpinya tadi.
"Aku sangat merindukan kamu sayang," ucap Devan sembari mencium kening Clara dan tangannya mengusap punggung Clara. Devan juga sedang menahan air matanya agar tidak jatuh karena ia malu pada penjual warung itu. Mungkin jika sudah di rumah dan dengan Clara saja berdua, ia sudah menangis sekarang.
"Hiks aku juga mas."
Devan tersenyum haru, sungguh ia merasa bahagia karena masih di berikan kesempatan untuk melihat istrinya. Devan membiarkan terlebih dahulu Clara menangis sepuasnya dipelukannya. Rasa lelah karena berjalan kaki lumayan jauh langsung sirna saat bertemu dengan Clara istrinya.
"Kamu sedang apa disini sendirian sayang?" tanya Devan.
"Hiks... a-ak-ku cari mas D-Devan, katanya mas Devan k-kel-lakaan," jawab Clara dengan sesegukan yang masih didalam pelukan suaminya.
"Aku memang kecelakaan, tapi aku tidak apa-apa." jelas Devan menenangkan istrinya.
Memang tidak apa-apa, Devan hanya luka sedikit di bagian wajah karena sempat terbentur aspal tadi.
Clara melepaskan pelukannya dan ia melihat wajah Devan yang terluka.
"Mas bohong, itu wajah mas luka-luka."
Devan tersenyum lebar. "Ini hanya luka kecil sayang."
"Kenapa kamu nggak naik mobil aja? di mansion kan banyak mobil. Kenapa harus jalan kaki seperti ini, kamu lagi hamil besar gini nanti terjadi apa-apa di jalan gimana?"
"Di mansion semua bodyguard sama supir lagi nyari kamu mas, meskipun di mansion banyak mobil yang nganggur aku kan nggak bisa nyetir," jawab Clara dengan lugunya dan wajah yang memerah karena habis menangis hebat.
Devan bersimpuh di depan perut Clara dan ia mengecup perut istrinya dengan lembut, Devan juga menempelkan pipinya di sana sedikit lama.
"Mereka nendangnya kuat banget sayang, kalian rindu ayah ya nak?" tanya Devan
Clara tersenyum bahagia sembari tangannya menyisir rambut suaminya dengan jari jemarinya.
"Mereka memang merindukan ayahnya, tapi karena Bundanya egois mereka jadi harus menahan rasa rindu itu," ucap Clara.
"Kamu bicara apa? Kamu nggak egois, ini memang sudah nasib aku yang harus aku jalani karena kesalahan aku sendiri. Kamu gak boleh bicara seperti, aku nggak suka sayang," ucap Devan, ia tidak mau Clara menyalahkan dirinya sendiri karena Clara tidak salah apa-apa.
"Mas Devan, duduk yuk." ajak Clara.
"Kamu pegal ya lama-lama berdiri?" tanya Devan sembari berdiri kembali.
Clara mengangguk pelan.
"Berdiri sedikit lama aja kamu udah pegal, gimana bisa kamu jalan dari mansion ke sini sayang kamu pasti cape."
"Mas tau nggak, aku jalan dari mansion ke sini udah istirahat yang ke 8 kali," ucap Clara.
"Kasian banget sih istri aku ini." Devan yang akan mencium bibir Clara langsung di cegah oleh Clara dengan meletakkan telapak tangannya di bibir Devan.
"Mas ini di tempat umum, kamu main nyium-nyium aja sih," bisik Clara, sambil melirik pria payuh baya yang memiliki warung yang tengah duduk melihat mereka.
"Ayo duduk mas, dan ceritain apa yang terjadi sama mas," ajak Clara tak sabar mendengar cerita suaminya yang mengalami kecelakaan.
Mereka lalu duduk kembali di kursi panjang di warung itu.
"Boleh numpang duduk dulu ya pak?" tanya Dira pada pemilik warung.
"Iya boleh dong neng, saya baru tau ternyata neng ini istrinya tuan Devan ya, orang kaya di sini."
Clara hanya tersenyum saja, karena ia tidak tahu ia harus menanggapi bagaimana.
"Jadi gimana mas ceritanya?" tanya Clara, ia lebih memilih untuk menanyakan kronologis kecelakaan Devan karena ia juga ingin tahu.
Devan lalu mengingat kembali bagaimana dirinya mengalami kecelakaan dan bisa selamat.
Flashback...
Pukul 5 pagi Devan masih berkendara dengan lancar karena memang jalanan lumayan sepi, sebenarnya jika ia tidak tidur terlebih dahulu selama 2 jam di rest area ia pasti sudah sampai di rumah.
Dan saat ini ia sudah keluar dari jalan tol dan sedang melewati jalanan yang akan menuju rumahnya.
Devan melihat jalanan sungguh sepi, Devan yang ingin cepat sampai menambah kelajuan mobilnya hingga lebih dari 90 km.
Tapi naasnya saat kendaraan sedang melaju kencang-kencangnya tiba-tiba ada seseorang yang lewat di depannya begitu saja membuat Devan kaget dan memilih banting setir ke kanan, dan dalam kondisi panik Devan ingat jika di daerah ini ada jurang di sisi kanan dan kiri, alhasil Devan langsung berusaha mengerem dan juga membuka pintu mobilnya.
Saat roda depan sudah mengarah menuju ke jurang Devan langsung loncat dan membuat ia terjatuh terbentur aspal jalanan.
Devan yang melihat mobilnya bergerak meluncur ke bawah dengan sendirinya dan ia melihat mobilnya terbolak-balik sebelum berhenti saat menabrak sebuah pohon besar.
"Syukurlah, untung saja aku tidak apa-apa," ucap Devan menghela nafas lega.
Devan melihat sekelilingnya, kondisi di sini sungguh sangat sepi hanya ada ruko-ruko yang telah di tinggal penghuninya, Devan lalu melihat salah satu ruko dan di sana berdiri seseorang yang sepertinya orang dalam gangguan jiwa.
"Sial! Jadi tadi yang menyebrang sembarangan orang gila itu," umpat Devan kesal.
Devan lalu berusaha bangkit dan berjalan menuju pinggir jurang, ia melihat mobilnya dalam keadaan masih hidup tapi sudah ringsek sana sini.
"600 juta melayang dalam beberapa jam saja," ucap Devan sembari menggelengkan kepalanya, uang 600 juta memang bukan apa-apa buat Devan yang terpenting baginya dirinya selamat.
Devan lalu memilih jalan kaki untuk sampai ke mansion kembali, karena hanya tinggal 1 km lagi untuk sampai mansion. Mau menghubungi seseorang dirinya tidak memegang ponsel dan jika meminta bantuan pada orang lain di sini tidak ada rumah hanya ada ruko dan warung yang sudah tutup.
Saat cuaca sudah pagi dan matahari mulai memunculkan sinarnya Devan merasa haus dan ia melihat ada warung, alhasil Devan memilih ke sana untuk membeli minuman terlebih dahulu.
Flashback off.
"Jadi gitu ceritanya sayang."
"Untung aja mas bisa menyelamatkan diri," ucap Clara.
"Ini semua karena doa dari kamu dan juga semua orang makanya mas bisa selamat."
"Tapi mas luka, nanti aku obatin lukanya di rumah," ucap Clara sembari meringis melihat luka Devan.
"Iya sayang," balas Devan tersenyum lembut.
Clara tersipu malu, ia tidak menyangka Devan bisa berubah semanis ini tidak seperti dulu.
"Neng itu suaminya di suruh minum dulu," ucap bapak-bapak warung yang berhasil membuat suami istri yang tengah bertatap-tatapan tersadar. Clara langsung tersenyum canggung pada bapak-bapak itu dan mengambil kelapa muda itu untuk Devan.
"Minum dulu mas."
Devan langsung menerimanya dan meminumnya langsung tanpa sedotan karena memang ia merasa sangat haus.
"Kita pulang yuk mas, dan nanti kita coba hubungi mbak Tania bilang kalau mas sudah berada di rumah."
"Iya sayang, tapi kamu aku gendong ya?"
"Nggak mau ah mas, mas kan lagi sakit."
"Yang sakit itu wajah aku sayang, tubuh aku sehat-sehat saja."
Clara mengangguk saja, lagipula ia merasa gampang lelah jika terus berjalan.
"Mas, terus bayar kelapa mudanya pakai apa, aku nggak bawa uang, aku minum air putih aja itu juga gratis," bisik Clara.
"Aku juga tidak bawa uang sayang."
Tin...tin...
"Bos!" panggil seseorang dari dalam mobil yang berhenti di depan mereka.
Keluarlah Rio dari sana dan langsung memeluk Devan dengan kuat sembari menepuk punggungnya membuat punggung Devan terasa sakit akibat tepukan itu.
"Kamu selamat bos?" tanya Rio.
"Nggak! Yang di depan Lo ini setan!" jawab Devan dengan kesal, sudah tau dirinya selamat pakai nanya segala.
"Bos bisa aja bercandanya. Ayo bos saya antar ke rumah sakit."
"Tidak perlu, saya mau di obati di rumah saja." tolak Devan.
"Berikan uangmu." pinta Devan.
"Buat apa bos?" tanya Rio.
"Bayar kelapa muda."
Rio mengangguk, ia lalu mengeluarkan satu gepok uang seratus ribuan dengan jumlah 100 biji dari dalam tas kecil yang selalu di bawanya.
"Nanti bayar ya bos, ini saya anggap bos hutang sama saya, bunganya 50 persen ya bos"
"Iya gampang," jawab Devan sembari memutar bola matanya jengah. Rio memang suka sekali mengambil keuntungan.
"Segini cukup bos?" tanya Rio.
"Cukup."
Rio lalu menyerahkan uang itu pada penjual kelapa muda.
"Loh, uang apa ini mas?" tanya penjualnya karena kaget tiba-tiba langsung di sodorkan uang dengan jumlah yang tidak bisa di bilang sedikit itu.
"Ini untuk bayar kelapa muda, yang tuan dan nyonya ini minum," jawab Rio.
"Ya Tuhan! 100 ribu aja masih kembali banyak mas, nggak usah banyak-banyak itu kelebihan uanganya."
"Bos saya nggak punya uang receh, udah terima aja ini buat modal usaha bapak dan ini juga bisa buat merenovasi warung bapak."
"Tapi ini kebanyakan."
"Udah nggak apa-apa pak, lagian bapak udah tau sendiri kan kalau dia itu orang kaya. Jadi ambil aja pak ini sudah menjadi rejeki bapak."
Penjual kelapa itu akhirnya menerima uangnya dengan tangan gemetar.
"Makasih banyak loh ini tuan, neng. Aduh bapak jadi pengin nangis."
Clara tersenyum melihat orang tua itu tampak begitu bahagia mendapatkan uang.
"Ya sudah ayo pulang sayang." ajak Devan
Devan lalu menggandeng tangan Clara dan berjalan masuk ke dalam mobil.
Rio pun menyusul dan menyetir di depan.
"Yakin nih bos nggak mau ke rumah sakit dulu?" tanya Rio.
"Nggak, langsung pulang aja karena gua juga sangat merindukan mamah."
"Baik bos." Mobil mulai berjalan dengan kecepatan sedang.
semangat author
disini kita belanja... menghargai seseorang
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga