NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 29: Dua Hati Yang Patah

Chapter 29: Dua hati yang patah

"Kamu benar, tak baik berharap banyak pada seseorang."

\#\#\#

KEVANDRA Hayes?

Tunggu, ada yang salah.

Kania mengerjapkan matanya beberapa kali, namun pemuda di hadapannya tetap lah seorang Kevandra Hayes. Ia tidak paham, apa yang salah? Seharusnya pemuda itu Liam, bukan Evan.

"Kania? Akhirnya, Kania!"

Kania dapat merasakan hawa hangat dari tubuh Evan yang mendekapnya begitu erat.

Kania masih tidak paham, kenapa bukan Liam? la mengedarkan pandangannya, dan menyadari bahwa keduanya masih ada di pinggir kolam. Rupanya Kania benar-benar tenggelam tadi.

Tunggu, lalu bagaimana dengan Leona?

"Uhuk uhuk,"

Evan mulai melepas dekapannya begitu Kania terbatuk. Gadis itu mulai mengeluarkan semua air yang masuk ke paru-parunya selama beberapa saat.

"Akhirnya kamu sadar, aku udah takut banget." ujar Evan.

"Liam mana?" tanya Kania.

Evan terdiam seketika.

Ia tidak menyangka, malah si cebong itu yang ditanyakan Kania usai sadarkan diri. "Kamu baru sadar dan langsung tanya dia? Ada apa sih kamu? Kamu kira pangeranmu itu dia?"

Giliran Kania yang terdiam.

"O-oh, maaf. Cuma rasanya aneh aja kalo bukan Liam."

Evan menghela nafasnya enggan. "Lagi telponan sama pacarnya kali, ah. Akhir-akhir ini emang mereka ada masalah, tapi setauku udah baikan tadi pagi."

Kania mengerutkan dahinya. Ia terdiam sejenak, berusaha keras untuk memahami ucapan Evan. "Evan.... bercanda, kan?"

"Kok bercanda?" Evan mengerutkan dahinya beberapa saat, hingga pemuda itu paham akan ekspresi yang tergambar di wajah Kania. "O-oh, aku kira kamu tau kalo Liam udah punya pacar. Abisnya kalian deket."

Kania mematung.

Sesak kembali menyerang dadanya, tapi bukan oleh air. Melainkan kenyataan yang baru ia dengar dari Evan, teman sekamar Liam.

"Kevandra serius?"

"Sekarang kamu tau, kan? Alasan dia belum nembak kamu walau kalian udah sedekat itu?" Evan menghela nafasnya panjang. "Karena dia sudah punya hati yang harus dia jaga. Dan hati itu bukan kamu, Kania."

Kania melempar pandangan kosong pada kolam.

Matanya mulai menghangat, sial ini sakit sekali. Ditambah ucapan Evan yang rasanya begitu menusuk tepat pada hati. Pipi Kania pun mulai dibasahi oleh air matanya.

Sekali lagi, Evan menghela nafasnya panjang.

Sakit sekali melihat Kania seperti ini, Evan tidak sanggup. Pemuda itu melepas jaket yang ia gunakan dan memberikannya pada Kania "Pake. Pasti dingin, kan? Jangan nangis, aku nggak kuat liat kamu kayak gitu."

Benar.

Kania memang kedinginan. Gadis itu segera mengambil jaket yang ada di tangan Evan. Tapi saat hendak memakainya, tangisan Kania justru semakin deras. Seharusnya ini jaket Liam, bukan Evan. Kania masih tidak paham.

"Jangan gini, Kania," Evan langsung menyambar jaketnya dan menyangkutkannya pada pundak Kania. Pemuda itu menggandeng tangan Kania, membantunya berdiri.

Evan tahu sekarang Kania harus segera ke kamarnya untuk mengganti baju. Besok hari olimpiade, dan Kania tidak boleh sakit.

--- Olimpiaders ---

Liam menghela nafasnya.

Ia sudah memantapkan diri. Esok, usai olimpiade hari pertama, ia akan menyatakan perasaanya pada Kania. Ia sudah menghadap pada kaca, berlatih untuk menyingkirkan kegugupannya.

"Oke, Kania. Gue su-"

Ceklek

Gagang pintu turun, dan dari balik pintu, menampilkan seorang pemuda bernama Kevandra Hayes. Tapi Liam mengerutkan dahinya, ada yang aneh.

Jaket.

Benar, jaketnya. Evan bilang tadi sebelum keluar dengan alasan mencari angin, pemuda itu mengenakan jaket coklat muda. Kini yang tersisa tinggal kaus oblong berwarna putih yang ia kenakan.

"Jaket lo kemana, El?" tanya Liam langsung.

"Gue kasih ke Kania," sahut pemuda itu sembari duduk di pinggir ranjang. "Kasian dia, abis tenggelem."

Kedua alis Liam langsung naik. "Trus dimana dia sekarang?"

"Udah gue anter ke kamarnya. Udah bareng temen-temennya."

Liam langsung beranjak. Pemuda itu hendak meninggalkan kamarnya untuk menuju ke kamar Kania dan mengecek keadaan gadis itu tapi lengan Liam tertahan oleh seseorang.

"Mau kemana, lo?" tanya Evan.

Liam menoleh. "Nemuin Kania. Kenapa?"

Evan berdecak sebal. "Lo bisa ga sih, berhenti nemuin pacar gue?"

Liam terdiam.

Ia menyingkirkan tangan Evan dari lengannya. "Maksud lo apa?"

"Gue sama Kania udah resmi jadian, tadi. Jadi cukup semua yang lo lakuin untuk deketin dia, jangan bikin gue bertindak lebih."

Liam bergeming, bagai ada kilat yang menyambar pada kedua matanya. "Lo bercanda? Iya, lo pasti bercanda. Lo kira gue tolol, apa? Lo baru deket sama Kania aja, Leona udah kesetanan. Gak bakal mungkin lo berani deketin dia lebih jauh."

Evan terdiam sejenak, lalu terkekeh pelan. "Kalo gue bilang ternyata gue yang nyuruh Leon buat nyakitin Kania gimana?" Evan mendekat beberapa langkah, lalu memiringkan kepalanya. "Kalo gue bilang, biar gue keliatan jadi pahlawan di depan Kania, gimana?"

Dua mata Liam membulat sempurna. Tangannya mengepal keras, dengan jarak sedekat itu, Liam tidak bisa mengendalikan amarahnya lagi.

BUGH!

Satu pukulan keras dari Liam mendarat di pipi Evan dan membuat Evan jatuh tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah.

"BAJINGAN LO, VAN!"

Evan memegangi pipinya yang terasa keram, ia berusaha keras untuk bangkit dengan sendirinya. Pemuda itu melirik Liam, lalu kembali terkekeh.

"Lo tau nggak, seberapa bucinnya elo? Tim kali ini kacau banget, semua itu karena lo. Apa lo nggak sadar?" tanya Evan. "Berhenti, Liam. Semua ini harus di akhiri. Lo kesini untuk jadi pemenang olimpiade, bukan cari betina."

"Lo nggak ngaca?" sahut Liam.

Evan kembali terekekeh. "Tapi gue bisa ngelindungi Kania dari Leona. Cewek itu jadi kesetanan gara-gara gue, jadi gue bisa kendaliin dia. Kalo lo? Lo cuma nambah masalah dan buat tim fisika jadi kacau, bapak leader."

Evan bangkit, berdiri tepat di hadapan Liam lalu menyeringai.

"Mundur, Liam. Lo cuma bawa masalah buat dia."

Liam mengepalkan tangannya erat. "Nggak gini caranya, Evan..." ujar pemuda itu lirih.

Evan menunduk, lalu tersenyum tipis. "Hatinya Kania itu bukan mainan, Liam. Selama ini lo udah gantungin dia. Dan hari ini dan seterusnya, adalah kesempatan buat gue dan waktu bagi Kania buat menerima hadir gue seutuhnya dalam hidupnya."

Liam tak bisa menyahut lagi.

Semuanya benar, dan semuanya begitu menyakitkan. Liam tidak tahu bahwa cinta itu datang bersamaan dengan luka.

Pedih sekali.

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!