NovelToon NovelToon
Cintamu Membalut Lukaku

Cintamu Membalut Lukaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: achamout

Sejak kehilangan ayahnya, Aqila Safira Wijaya hidup dalam penderitaan di bawah tekanan ibu dan saudara tirinya. Luka hatinya semakin dalam saat kekasihnya, Daniel Ricardo Vano, mengkhianatinya.

Hingga suatu hari, Alvano Raffael Mahendra hadir membawa harapan baru. Atas permintaan ayahnya, Dimas Rasyid Mahendra, yang ingin menepati janji sahabatnya, Hendra Wijaya, Alvano menikahi Aqila. Pernikahan ini menjadi awal dari perjalanan yang penuh cobaan—dari bayang-bayang masa lalu Aqila hingga ancaman orang ketiga.

Namun, di tengah badai, Alvano menjadi pelindung yang membalut luka Aqila dengan cinta. Akankah cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi semua ujian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Pernikahan

Hari berganti hari, waktu terasa berlalu begitu cepat. Hari yang dinantikan itu kini tiba. Tepat hari ini, Alvano Raffael Mahendra dan Aqila Safira Wijaya akan menyatukan janji suci dalam ikatan pernikahan. Bukan pesta mewah, tetapi sebuah acara sederhana penuh makna, seperti keinginan Aqila yang ingin segalanya berjalan khidmat dan hanya dihadiri keluarga serta sahabat terdekat.

Rumah keluarga Mahendra dihias indah dengan nuansa emas dan putih. Bunga mawar segar menghiasi meja, sementara lampu gantung kristal menambah kesan elegan di ruangan.

Di dalam kamar, Aqila duduk memandangi dirinya di cermin. Gaun pengantin putihnya yang mewah, dengan renda-renda indah dan ekor panjang, membalut tubuhnya dengan sempurna. Kalung warisan keluarga Mahendra melingkar anggun di lehernya, memberikan sentuhan klasik yang memesona. Riasan wajahnya lembut, tetapi cukup untuk membuat kecantikannya bersinar.

Mama Alvano masuk ke dalam kamar dengan senyum bangga. “Kamu benar-benar cantik, Aqila,” ujarnya dengan penuh kasih.

"makasih tante.. " ucapnya tersenyum malu-malu.

Mama Alvano tersenyum hangat. “Setelah ini, jangan panggil Tante lagi, ya. Panggil Mama. Kamu sekarang bagian dari keluarga kami.”

Kata-kata itu membuat hati Aqila bergetar. Ia merasa diterima sepenuh hati oleh keluarga besar Alvano. Dengan senyum malu-malu, ia mengangguk.

Di ruang tamu, suasana sudah tertata rapi. Karpet putih membentang dengan bunga-bunga sederhana menghiasi tepinya. Alvano duduk di sisi tengah, jas hitamnya membuatnya terlihat begitu gagah, dengan dasi hitam yang rapi dan kemeja putih yang bersih. Ia tampak berwibawa, tetapi matanya memancarkan ketenangan.Sahabatnya, Raka, duduk di sampingnya, memberikan dukungan penuh. Di sudut ruangan, penghulu mulai menyiapkan prosesi.

Penghulu membuka prosesi dengan doa, meminta keberkahan atas pernikahan ini. Semua yang hadir menundukkan kepala, mengamini doa dengan khusyuk.

Penghulu bertanya kepada Alvano, "Saudara Alvano Raffael Mahendra, apakah Anda siap untuk melangsungkan akad nikah ini?"

Dengan suara tenang namun tegas, Alvano menjawab, "Siap, Pak."

Pak Penghulu memandang Alvano dengan mantap, Mereka berdua berjabat tangan. lalu Penghulu melafalkan akad nikah:

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Alvano Raffael Mahendra, dengan Aqila Safira Wijaya binti Hendra Wijaya, dengan mas kawin berupa sebuah rumah, sebuah kalung milik keluarga besar Mahendra, dan seperangkat alat salat, dibayar tunai."

Semua mata tertuju pada Alvano. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan lantang dan mantap menjawab:

"Saya terima nikahnya Aqila Safira Wijaya binti Hendra Wijaya dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Hening sejenak, sebelum akhirnya para saksi serentak berkata, “Sah!”

Haru memenuhi ruangan. Doa-doa kembali dipanjatkan, mengiringi momen sakral ini. Di ruangan terpisah, Aqila tak bisa menahan air matanya. Ia menunduk, menyeka pipinya yang basah.

Setelah prosesi ijab kabul yang penuh haru, Alvano berdiri di depan ruang utama, menunggu Aqila yang baru keluar dari kamar pengantin. Pintu kamar terbuka perlahan, dan langkah Aqila yang anggun memecah keheningan.

Mata Alvano terpaku pada sosok di depannya. Gaun pengantin Aqila yang mewah, dengan detail renda indah dan ekor panjang, membalut tubuhnya sempurna. Kalung warisan keluarga Mahendra menghiasi lehernya, memberikan aura klasik yang memukau. Rambutnya ditata rapi, dan riasan lembut mempertegas kecantikannya.

Alvano menahan napas sejenak, hatinya berdebar. Ia belum pernah melihat Aqila secantik ini. Ketika Aqila berdiri di hadapannya, Alvano hanya mampu berucap pelan, "MasyaAllah... Aqila," gumamnya dengan suara serak, "kamu benar-benar cantik."

Aqila tersipu malu, menundukkan pandangan. "Terima kasih, Kak," jawabnya pelan, suara gemetar penuh malu.

Mengatasi canggungnya, Alvano meraih tangan Aqila, menggenggamnya erat. "Sekarang, kamu resmi jadi istriku. Aku janji, aku akan menjagamu dan membahagiakanmu."

Aqila mengangguk pelan. Matanya berkaca-kaca mendengar janji itu, tetapi ia tetap tersenyum. “Aku juga akan berusaha jadi istri yang baik untukmu, Kak.”

Tanpa ragu, Alvano mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut kening Aqila. Sentuhan itu sederhana, tetapi sarat dengan makna. “Ini awal kita, Aqila,” bisiknya.

Aqila hanya bisa menahan debaran di dadanya. Ia merasa hangat, seolah semua kekhawatiran dan ketakutannya menghilang dalam satu momen itu.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Setelah prosesi akad, acara dilanjutkan dengan resepsi sederhana di halaman belakang rumah. Meja-meja kecil dengan hiasan mawar putih dan lilin memberikan suasana hangat dan romantis. Alvano dan Aqila berdiri berdampingan di depan panggung kecil, menerima ucapan selamat dari para tamu.

"Kalian berdua serasi sekali," ucap salah satu tamu dengan tulus.

"Semoga bahagia selalu," tambah tamu lainnya.

Alvano hanya tersenyum sambil merangkul Aqila dengan lembut. "Terima kasih," jawabnya.

Tante Sonia yg menjadi salah satu tamu mendekati mereka. Dengan senyuman hangat, ia memberikan ucapan selamat.

"Alvano, Aqila, selamat ya. Tante doakan semoga pernikahan kalian bahagia dan langgeng selamanya," ucapnya tulus.

"Terima kasih banyak, Tante," jawab Aqila sambil tersenyum malu.

"Tante Sonia, terima kasih juga untuk bantuannya waktu fitting baju kemarin. Pilihan Tante benar-benar terbaik," tambah Alvano, menyampaikan rasa terima kasih.

"Tentu saja. Kalian kan spesial. Tante senang sekali melihat kalian sekarang," balas Tante Sonia sebelum berpamitan untuk memberi ruang bagi tamu lainnya.

Setelah Tante Sonia, giliran Raka yang mendekati mereka. Sahabat Alvano ini mengenakan setelan kasual namun tetap rapi. Raka menyeringai begitu melihat pasangan baru itu.

"Gue bener-bener nggak nyangka, Van. Istri lo secantik ini. Seriusan, lo beneran beruntung," ucap Raka sambil melirik Aqila.

Alvano hanya tersenyum. " iya ka, makasih.. gue aja juga nggak nyangka bakal dapat istri secantik Aqila" ucap alvano yang seketika menoleh pada Aqila. Aqila sampai menunduk malu malu dibuatnya.

"oh iya, qila. kenalin ini Raka sahabat aku" ucap Alvano memperkenalkan Raka pada Aqila.

"Hai Qila, senang bertemu dengan mu, Aku Raka. karna kamu menikah dengan Vano sahabatku maka kita juga bisa jadi teman bukan? " ucapnya mengulurkan tangan berkenalan dengan Aqila.

"iya kk, aku Aqila, senang juga bertemu dengan Kak Raka," jawab Aqila sopan dan menerima uluran tangan itu.

"iya, udah kenal kan ka. jangan lama lama pegang tangan istri gue" ucapnya langsung melepas pegangan tangan mereka.

"ya elah Vano, cemburuan banget sih. gue cuma mau kenalan doang kok" ucap Raka sedikit kesal. dan itu membuat Aqila tertawa kecil, sedangkan Alvano hannya memutar bola matanya malas.

"Tapi gue serius, Van, gue iri. Kalian berdua serasi sekali. Aqila, kalau Alvano ini menyebalkan, kabari aku, ya. Biar aku tegur dia," gurau Raka sambil mengedipkan mata.

"iya kk Raka, aman itu" ucap Aqila mencoba akrab dengan Raka. Alvano hannya geleng geleng kepala melihat tingkah keduanya.

Di sisi lain, Papa dan Mama Alvano berdiri di dekat meja hidangan, memandangi putra mereka dan menantunya dengan kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan.

"MasyaAllah, Pa, lihat mereka," ucap Ratna dengan mata berbinar. "Aqila benar-benar pasangan yang tepat untuk Alvano. Dia cantik, sopan, dan terlihat sangat mencintai Alvano."

Pak Dimas tersenyum bangga. "Iya, Ma. Aku senang melihat Alvano akhirnya menemukan kebahagiaannya. Aqila memang pilihan yang tepat."

Saat itu, sekelompok ibu-ibu tetangga menghampiri Mama Ratna dengan senyum penuh arti.

"Selamat ya, Bu Ratna," salah satu dari mereka membuka percakapan. "Benar kan apa yang kami bilang dulu? Aqila cocok banget jadi mantu. Lihat, sekarang kenyataan, kan?"

Mama Ratna tertawa kecil, mengangguk setuju. "Iya, Alhamdulillah. candaan ibu-ibu waktu itu memotivasi saya untuk menjodohkan mereka. keduanya memang terlihat sangat cocok"

"iya bu Ratna, kami senang melihat mereka, Mereka berdua ini benar-benar pasangan serasi. Lihat saja, Kalau sudah jalan berdua, seperti pangeran dan putri raja," sahut ibu lainnya, membuat Mama Ratna tersenyum semakin lebar.

"Alhamdulillah. Saya hanya berharap mereka bisa saling mencintai dan mendukung sampai akhir hayat," jawab Ratna, suaranya penuh harap.

Para ibu-ibu itu mengangguk. "Amin, Bu. Jangan lupa undang kami kalau ada acara lagi, ya. Kami selalu mendukung keluarga ini."

Dimas dan Ratna tersenyum bahagia, matanya kembali tertuju pada Alvano dan Aqila yang sedang tersenyum menerima ucapan selamat dari tamu-tamu lain.

🌸🌸🌸🌸🌸

Setelah resepsi selesai, suasana di rumah Alvano mulai sepi. Para tamu sudah pulang, meninggalkan pasangan pengantin baru itu di kamar mereka. Lampu kamar yang temaram memberikan suasana hangat di malam yang penuh kebahagiaan itu.

Alvano duduk di tepi tempat tidur, matanya tidak bisa lepas dari Aqila yang duduk di sebelahnya. Senyuman Alvano lebar, penuh rasa bahagia, meski masih ada rasa haru yang menggelayuti hatinya.

"Kita sudah jadi suami istri, Aqila," kata Alvano dengan suara lembut, namun penuh keyakinan. "Aku janji akan menjaga kamu, membahagiakan kamu seumur hidupku."

Aqila menatapnya dengan mata berbinar, hati berdebar. "Aku... aku juga berterima kasih kk Vano. Terima kasih karena kakak sudah menerima aku, meski aku mungkin bukan wanita sempurna. Aku berharap bisa menjadi istri yang baik untuk kk Vano"

Alvano tersenyum dan meraih tangan Aqila. "Kamu sudah lebih dari cukup, Aqila. jangan berfikir kamu tidak pantas untukku, kamu bahkan lebih dari kata pantas, kamu istimewa" ucapnya penuh perasaan. ia terus memandang wajah aqila. hal itu tentu membuat Aqila menunduk. pipinya memerah karna tatapan alvano.

"Jangan nunduk terus Aqila, coba lihat mata aku"

Dengan perlahan Aqila kembali mendongakkan kepalanya untuk menatap Alvano. " kamu cantik" ucap Alvano yang kembali membuat Aqila salah tingkah. Alvano terus menatap wajah Aqila, lama kelamaan ia mulai mendekatkan wajahnya pada Aqila. ia kembali mendaratkan ciumannya di kening Aqila, cukup lama. Aqila merasakan jantungnya berdegup kencang. pipinya memanas. Alvano mengangkat wajah Aqila yang kembali menunduk. ia menatap Aqila lekat, detik berikutnya ia kembali mendekatkan wajahnya pada aqila. keduanya sama-sama saling tatap.Saat suasana mulai romantis, Aqila langsung bangkit dari duduknya, wajahnya memerah.

"kamu kenapa Aqila? "

"A-aku ganti baju dulu kk, aku nggak akan nyaman tidur pakai baju ini" ucapnya gugup, ia segera berlalu ke kamar mandi

Alvano terkekeh, "Aqila kamu lucu" ucapnya geleng geleng kepala melihat wajah merona dari Aqila.

Setelah melihat Aqila masuk kekamar mandi, Alvano berjalan ke arah lemari untuk mengganti pakaiannya juga.ia mengambil pakaian santainya.

Didalam kamar mandi, Aqila merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. wajahnya memerah malu. " kk vano kamu kenapa selalu bikin aku salah tingkah begini" gumamnya pelan. ia menghela nafas berat, lalu mulai membuka gaun miliknya. Namun aqila tak bisa membuka resleting gaunnya karna tangannya yang tak sampai untuk menjangkau resleting tersebut. Aqila terus berusaha namun ia tetap tak bisa.

"Aduh, tangan aku nggak nyampe bukanya. gimana ini? " ucapnya risau. jika meminta tolong Alvano, ia merasa malu.

Setelah beberapa saat, Alvano yang sudah selesai berganti pakaian duduk santai di tempat tidur. Namun, ia merasa heran karena Aqila tak kunjung keluar dari kamar mandi.

"Kok lama banget?" gumamnya sambil berjalan ke pintu kamar mandi. Ia mengetuk pelan. "Aqila, kamu baik-baik saja di dalam?" tanyanya dengan nada khawatir.

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, menampilkan wajah Aqila yang tampak gugup. Alvano mengernyit heran. "Loh, kamu belum selesai ganti baju?"

Aqila menunduk malu, suaranya nyaris tak terdengar. "Kk... aku nggak bisa buka resletingnya," ucapnya pelan.

Alvano tersenyum kecil, lalu mengusap tengkuknya. "Ya ampun, kenapa nggak bilang dari tadi? Sini, aku bantu," tawarnya.

Aqila menatap Alvano dengan ragu, namun akhirnya mengangguk pelan. Ia membalikkan tubuhnya, membiarkan Alvano membuka resleting gaunnya.

Saat tangannya menyentuh punggung Aqila untuk membuka resleting, Alvano merasakan detak jantungnya sendiri meningkat. Sementara itu, Aqila juga merasakan hal yang sama. Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara napas keduanya yang saling bersahutan.

"Sudah," ucap Alvano akhirnya, suaranya sedikit serak.

Aqila menoleh perlahan, wajahnya benar-benar merah. "Ma..Makasih, Kk," katanya gugup sebelum buru-buru kembali masuk ke kamar mandi.

Alvano hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Dasar istri pemalu," gumamnya, lalu kembali duduk di tempat tidur.

Setelah selesai mengganti pakaian, Aqila akhirnya keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan baju tidur sederhana namun tetap terlihat cantik di mata Alvano.

"Ayo, Aqila tidur" ajak Alvano sambil menepuk tempat tidur di sebelahnya.

Aqila tersentak mendengar ajakan itu. "Kk... a-aku..."

Alvano tertawa kecil melihat wajah panik Aqila. "Aqila, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku cuma mengajak kamu tidur. Kamu pasti lelah berdiri seharian di resepsi," ucapnya lembut, namun penuh keyakinan.

Aqila terdiam, merasa malu karena pikirannya yang terlalu jauh. Ia akhirnya berjalan pelan dan duduk di sebelah Alvano.

"Tenang saja, Aqila," kata Alvano sambil tersenyum. "Aku nggak akan minta apa-apa sebelum kamu siap."

Ia lalu menarik tangan Aqila, membuat gadis itu terkejut. "Kk...?"

Alvano hanya tersenyum dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur, masih menggenggam tangan Aqila. Dengan ragu, Aqila akhirnya ikut merebahkan tubuhnya di samping Alvano.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan, sebelum tiba-tiba Alvano menarik Aqila ke dalam pelukannya.

"Kk! Kk ngapain?" seru Aqila dengan wajah merah padam. Ia terlihat sangat panik.

Alvano terkekeh pelan. "Tenang, Aqila. Aku cuma mau tidur sambil memeluk kamu. Aku janji nggak akan berbuat apa-apa" ucapnya, suaranya terdengar lembut dan menenangkan.

"Tapi... tapi ini..." Aqila masih gelagapan, tak tahu harus berkata apa.

Alvano tersenyum lebih lebar. "Lagi pula, kamu sekarang sudah jadi pengganti bantal gulingku. Jadi kamu harus terbiasa kalau setiap malam aku tidur memeluk kamu begini," katanya sambil memejamkan mata.

Aqila hanya bisa terdiam, wajahnya benar-benar merah. Namun, perlahan ia mulai merasa nyaman dalam pelukan Alvano.

"Sudah, sekarang tidur. Aku tahu kamu capek," bisik Alvano.

Aqila akhirnya memejamkan mata, meresapi kehangatan pelukan suaminya. Malam itu, meski penuh canggung, menjadi awal yang indah bagi mereka berdua.

1
hesti_winarni25
semangat berkaya kak
Achamout: Terima kasih kakak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!