Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Tiga
Anin bangun dari tidurnya, dia duduk dengan bersandar sandaran tempat tidurnya. Dia memalingkan wajahnya dari suaminya. Kala dari tadi berusaha menatap wajah Anin, tapi Anin memalingkan wajahnya dari Kala.
"Anin, iya aku akui aku salah, aku tidak memikirkan perasaan mu, aku egois, aku memang masih sangat mencintai Sandra. Tapi aku sayang kamu, Anin, aku sayang kamu, aku tidak mau kamu sakit, dan jika kamu hamil, aku akan mencoba untuk mencintaimu. Bukan aku tak terima kamu hamil, kasian Dava masih kecil, masih butuh perhatian kita, Anin." Kala berusaha meyakinkan Anin.
Anin tak bergeming dengan ucapan suaminya, dia menganggap Kala berbohong dan pasti akan berubah lagi moodnya. Kala hanya ingin membuat hati Anin lega saja. Anin mencoba menguatkan dirinya sendiri, mencoba tidak lemah seperti saat ini. Tapi bayi yang ada di perut Anin seakan-akan ingin sekali di manjakan oleh Kala. Dalam hatinya, Anin ingin sekali pergi dari rumah Kala, tapi entah apa yang menjadi beban, sehingga ia urungkan niatnya untuk pergi dari rumah Kala.
Kala melihat istrinya hanya diam saja dari tadi, tidak satu kata pun keluar dari mulutnya. Kala menggenggam tangan Anin. Dia mencium tangan Anin, Anin sama sekali tidak menatap wajah Kala yang dari tadi berada di sampingnya. Dirinya ingin dekat dengan Kala, tapi tidak ingin menatap wajah Kala.
"Anin, please, nanti siang periksa,ya?" pinta Kala sambil memohon pada Anin.
Kala memutar wajah Anin agar menghadapnya, tapi Anin menepis tangan Kala saat menyentuh wajahnya. Kala berdecak kesal melihat Anin yang dari tadi diam. Dia sudah membujuk Anin untuk periksa, tapi Anin tetap saja diam, dan hanya menggelengkan kepala saja.
Tak lama kemudian Bi Imah membawakan dua piring gado-gado untuk Anin dan Kala. Dia masuk ke kamar Anin dan meletakan gado-gado di atas meja Anin.
"Mba, ini gado-gado spesial buatan Bi Imah, ayo makan, kasihan dedek bayinya sudah lapar menunggu," ucap Bi Imah.
"Dedek bayi? Dedek bayinya siapa, Bi? Ngarang bibi, sini Anin makan, sepertinya enak Bi, bibi mau, ini yang satu buat bibi saja, Kala kan bisa sarapan masakan bibi," ucap Anin dengan ketus.
Anin senagaja mengacuhkan suaminya.
"Wah, bibi sudah ada di belakang, mba. Mba Anin makan saja sama Tuan Kala, barangkali si jabang bayi ingin makan bersama papahnya, Mba," ucap Bi Imah.
"Bi, Anin tidak hamil." Ucap Anin sambil mengambil piring yang berisikan gado-gado.
"Tidak hamil, masa minta yang aneh-aneh, ini belum ada jam 7 lho mba, Mba Anin udah minta gado-gado," ucap Bi Imah.
"Bi, apa harus orang hamil gitu yang ingin aneh-aneh? Bibi sukanya ngarang, ih. Sudah Anin mau makan gado-gado buatan bibi." Anin menyendokkan gado-gado ke mulutnya. Baru saja satu suap, dia susah merasakan gado-gado itu, rasanya hambar, tidak ada rasa sama sekali, yang ada perut Anin di buat mual dengan bau bumbu kacang gado-gado itu.
"Bi, kok gak ada rasanya, permisi Anin mau ke kamar mandi." Anin meletakan piring yang berdiri gado-gado itu dan segera berlari lirih ke kamar mandi, dia memuntahkan gado-gado yang baru satu suap masuk ke perutnya.
"Tuh, Bi, seperti itu, minum teh juga di muntahkan," ucap Kala pada Bi Imah.
Kala segera lari menyusul Anin di kamar mandi, dia memegang rambut Anin dan memijit tengkuknya.
"Anin, periksa ya, aku tidak tega kamu seperti ini," ucap Kala sambil memijit tengkuk Anin.
"Aku tidak apa-apa, Kala. Tolong papah aku ke tempat tidur," pinta Anin.
Kala memapah Anin menuju tempat tidurnya, dia merebahkan tubuh Anin dan menyelimutinya. Keriang dinging kembali keluar pada tubuh Anin.
"Mba Anin, periksa ya, biar tau hamil atau tidak, kalau hamil kan Mba Anin harus jaga kondisi Mba Anin," ucap Bi Imah.
"Bibi, Anin tidak apa-apa, Anin tidak hamil. Anin semalam kurang tidur saja, jadi Anin masuk angin," ucap Anin.
"Makanya periksa, mba," ucap Bi Imah.
"Iya, nanti periksa,sudah bibi keluar, Anin mau istirahat," ucap Anin.
"Baik, mba." Bi Imah keluar dari kamar Anin.
Kala masih duduk di tepi ranjang, di sebelah Anin yang masih berbaring. Kala mengusap kening Anin yang masih ada sisa keringat dingin yang menempel. Kala mengecup kening Anin, dia keluar dari kamar Anin. Dia tahu istrinya masih tidak enak hati dengannya.
"Istirahatlah, aku keluar, hari ini aku tidak ke kantor, aku akan memastikan keadaanmu sehat atau tidak," ucap Kala.
"Tidak usah berlebihan, pergilah ke kantor, kamu sudah satu Minggu tidak ke kantor," ucap Anin.
"Aku bisa mengerjakan semua di rumah, nanti aku menyuruh orang kantor membawa dokumen yang harus aku kerjakan," ucap Kala.
"Ya sudah terserah kamu." ucap Anin tanpa memandang suaminya.
"Kala minta tolong, singkirkan gado-gado ini, baunya membuat aku mual sekali," pinta Anin.
"Iya, aku akan bawa keluar, istirahatlah," ucap Kala.
Anin hanya menganggukan kepalanya saja, dia meringkuk memeluk bantal guling dan menenggelamkan wajahnya pada bantal guling. Kala keluar dari kamar Anin, dengan membawa gado-gado yang Anin minta tadi. Dia melihat perubahan pada istrinya, Anin lebih cuek dan acuh dengan Kala. Kala sadar semalam dia melukai hati Anin, wajar jika hari ini dia mengacuhkan dirinya. Kala berjalan ke arah dapur untuk meletakan gado-gado di lemari yang berada di dapur.
Kala berniat membuatkan roti isi keju untuk Anin dan segelas susu coklat untuknya. Dia memikirkan Anin yang belum makan, perutnya sama sekali belum terisi. Minum teh pun dia memuntahkannya.
"Anin, kamu hamil atau tidak sebenarnya? Aku khawatir sekali, tidak pernah aku merasakan sekhawatir ini dengan kamu, Anin," gumam Kala.
Kala mengambil roti tawar dan mengambil keju, dia membuatkan roti isi keju untuk Anin dengan segelas susu coklat. Setelah selesai dia membawakan kembali ke kamar Anin, dia melihat istrinya masih meringkuk memeluk bantal guling. Terdengar lirih isakan tangis Anin. Kala segera meletakan roti dan susu di meja dan mendekati Anin yang sedang meringkuk dan menangis.
"Anin, kamu kenapa menangis?" tanya Kala sambil mengusap punggung Anin.
Anin hanya terdiam saja, dia menghentikan tangisannya. Anin tak menoleh Kala sedikit pun. Kala terdiam sejenak, dia melihat perubahan istrinya yang sangat drastis hari ini. Tidak seperti biasanya Anin selalu bangun pagi, menyiapkan sarapan, senyum ceria walaupun Kala sering menyakiti hatinya. Tapi tidak untuk hari ini, dia lemas sekali, wajahnya pucat, tidak banyak bicara, Kala semakin yakin kalau Anin sedang hamil saat ini.
"Anin, aku buatkan roti keju, makan ya, kamu belum makan, perutmu masih kosong, ayo makan, aku suapi." Kala mengusap punggung Anin, dia membujuk istrinya untuk makan.
Anin bangun dan menyandarkan diri di sandaran tempat tidurnya. Dia melihat suaminya yang sedang mengambi roti dan memotongnya.
"Ayo buka mulut kamu, coba makan rotinya pelan-pelan." Kala menyuapi roti ke mulur Anin.
Anin mencoba mengunyah rotinya pelan-pelan, dia menahannya agar tidak memuntahkan lagi. Rasa keju yang asin, sesuai dengan mulut Anin, dia nyaman memakan rotinya hingga habis satu.
"Mau lagi?" tanya Kala.
Anin menggelenngkan kepalanya ya, dia masih menyandarkan dirinya di tempat tidur.
"Mau susu coklat?" tanya Kala.
"Sini aku coba." Anin ingin meraih gelas dari tangan Kala, tapi Kala tidak boleh, Kala meminumkan susu pada Anin.
Anin meneguk pelan susu coklat itu, perut Anin bisa menerima apa yang Kala berikan. Anin menghabiskan susunya hampir setengah gelas.
"Aku minum teh muntah, padahal tidak terlalu manis, ini susu coklat manis sekali, aku sama sekali tidak mual, jangan bilang kamu maunya di suapi papahmu, Nak," gumam Anin.
"Kamu istirahat, jangan kecapean dulu, aku buatkan kamu bubur, ya? Buat makan siang nanti," ucap Kala.
"Terserah kamu saja, Kala," ucap Anin.
"Aku tinggal dulu ke belakang,"pamit Kala.
Kala keluar dari kamar Anin, dia ke daapur membuatkan bubur untuk Anin. Kala sampai melupakan sarapan paginya itu. Karena dia di sibukan oleh Anin yang sedang tidak sehat.
"Anin, kalau kamu hamil, aku akan menjagamu, kenapa aku mau di repotkan dia seperti ini, padahal dia tidak menyuruhku," gumam Kala.
semangat