Juna Suami Pengganti

Angela membuka matanya saat mendengar suara alarm dari ponselnya. Ia menyingkap perlahan tubuh Juna yang menindihnya. Angela meraih kimono yang terlipat rapi di atas meja di samping tempat tidur. ia segera mengenakan kimono itu untuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benang pun. bajunya sudah berjatuhan di lantai. Juna masih tertidur pulas setelah ia mengambil jatah dari Angela.

Angela bergegas ke kamar mandi, badannya terasa remuk redam. stamina Juna tidak perlu di ragukan. di usia Juna yang produktif adegan ranjang bisa membuat Angela kewalahan menghadapi Juna.

Angela menyalakan shower dan segera membilas tubuhnya setelah sempat berendam dengan sabun khusus dengan aroma terapi yang menenangkan.

"Juna ayo bangun sudah hampir sore" kata Angela sembari mengeringkan rambut panjangnya dengan hair dryer.

Juna menggeliat, ia menyibak selimut dan menerima uluran handuk dari Angela. Juna melilitkan handuk putih itu di pinggangnya. lengannya menarik kasar pinggang Angela hingga membentur tubuh Juna.

"Juna cukup..." kata Angela memperingatkan. ia sudah tidak sanggup lagi kalau Juna masih mau lanjut adegan berikutnya.

Juna terkekeh, ia melepas pelukannya dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Juna senang sekali menjahili Angela. kalau marah dan kesal Angela terlihat semakin menarik membuat Juna bergairah.

Selesai mandi Juna segera berganti pakaian, ia mengenakan kaos hitam polos dan celana denim berwarna putih. wajahnya terlihat fresh meski ada luka lebam di sudut bibirnya.

Angela hari ini terpaksa harus bolos bekerja ia mengurusi suaminya. Angela berharap papanya tidak tahu soal Juna yang sempat di tangkap polisi. bisa-bisa papa semakin marah dan semakin gencar meminta Angela meninggalkan Juna.

"Melamunkan apa?" Juna muncul mencium kepala Angela.

Angela diam tidak menjawab. ia sedang malas bicara dengan Juna. Angela masih sedikit kesal tapi ia tidak benar-benar marah pada Juna.

Juna duduk di samping Angela bersandar sofa. Angela mengulurkan tangannya menyentuh luka di sudut bibir suaminya.

"Aku tidak apa-apa jangan cemas"

"Siapa yang cemas? aku tidak peduli" jawab Angela.

Juna tertawa ia berbaring di pangkuan Angela. Juna memejamkan matanya, mengingat bagaimana reportnya Angela mengurusi dirinya. Angela bukan hanya istri tapi ia teman hidup Juna. terkadang Juna melihat sosok ibu dalam diri Angela.

"Angela..." Juna menyebut nama Angela dengan nada suara lebih lembut.

"Iya?"

"Aku sangat mencintai mu" kata Juna masih sambil memejamkan matanya dan berbaring di pangkuan Angela.

Angel tersenyum, ia merasa tersentuh dengan perasaan yang Juna ungkapkan. inilah salah satu alasan kenapa berondong selalu lebih membuat gila.

Angela menunduk ia mendekatkan wajahnya ke wajah Juna. Angela mengecup ringan bibir Juna.

"Senangnya .." gumam Juna membuat wajah Angela memerah.

***

Juna pergi untuk meninjau tempat usahanya. ia ingin mendirikan cafe.

"Bos apa kabar?" gerombolan pria ber-jas hitam kembali muncul di hadapan Juna.

"Kalian lagi!"

"Kakek sakit, sebaiknya pulanglah"

"Oh ya? sakit apa?"

"Aku sungguh-sungguh, sebaiknya luangkan waktu untuk menemui kakek mu"

Juna hanya terdiam, hatinya bergetar juga mendengar kakeknya sakit. rasanya Juna tidak tega. wajah keriput itu membayang di benaknya. biar bagaimana kakeknya sudah mengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan mencukupi semua kebutuhan Juna bahkan lebih.

Melihat Juna sepertinya luluh, para pria ber-jas hitam itu bergerak pergi. mereka memberi waktu Juna untuk berpikir agar mau pulang melihat sang kakek.