Diakhir hidupku, akira sangat menyesal karena tak pernah menikmati hidup dan jika tuhan memberi ia kehidupan kedua maka ia akan hidup bersenang senang.
Tapi nyatanya hidup tetaplah sebuah perjuangan bukan hanya tempat untuk bersenang senang.
"Adelia yang kamu selamatkan itu sudah mati, Jendral Agra. Dia sudah mati. Dan aku bukanlah Adelia Putri Kerajaan Akris, aku bukan adik dari sahabat mu, aku bukan tuan putri yang hidup lemah lembut dan pemalu. Aku adalah jiwa yang berasal dari masa depan."
Penasaran gimana Akira yang pindah ke tubuh Adelia menjalani hidup di dunia kuno yang penuh dengan trik,
cus baca 👉👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Pesta itu akhirnya selesai dan saat di perjalanan pulang Adelia hanya tertidur dan dia juga digendong oleh Jendral menuju ke kamarnya karena ia tidak mau bangun.
Jendral pun bermalam di kediaman Adelia lagi.
Tak terasa pagi pun tiba, Asa hanya bisa menggigit bibirnya karena Adelia yang tidak mau juga bangun padahal kemarin Adelia yang meminta dia untuk membangunkan jam delapan.
tok tok tok
Asa kembali mengetuk pintu kamar Adelia, dia tentu saja tidak bisa masuk karena saat ini ada Jendral juga di dalam.
tok tok tok
"Nyonya bangun.. Nyonya bangun.. kamu mengatakan kalau kamu ingin olahraga hari ini." teriak Asa di depan kamar Adelia.
Jendral Agra pun terbangun karena teriakan itu tapi itu tidak berlaku bagi Adelia yang kebo, bahkan dia makin mengeratkan pelukannya pada Jendral Agra.
Senyuman pun terbit di bibir tipis jendral melihat itu, ia membenarkan rambut Adelia lalu mengecup bibir pucat itu.
Tiba tiba seringai licik terbit di wajah Jendral. Jendral menyingkirkan rambut yang ada di leher Adelia lalu ia menggigit leher Adelia hingga menimbulkan jejak.
"AKHHHH SAKIT BAJINGAN." Teriakan Adelia terdengar di kediaman Adelia.
Tangan Asa pun tergantung tak jadi mengetuk pintu ketika mendengar hal itu, wajah Asa berubah pucat memikirkan apa yang terjadi pada Nyonya, ia ingin mendobrak pintu itu tapi tubuhnya begitu kecil dan tidak ada yang bisa dia minta bantuan.
"Nyo..nyonya apa kau ba..baik saja?" ucap Asa tergagap ketakutan.
"Dia baik baik saja, kamu bisa pergi." bukan Adelia yang menjawab tapi Jendral.
Asa ingin bertanya lagi ia menahannya dan memilih pergi.
"Apa yang kau lakukan sialan? jangan pikir karena aku begitu baik kepadamu kamu bisa bertindak sembarangan, kamu pikir aku tidak bisa melawan hah!!" akhirnya Adelia tak bisa lagi menahan amarahnya dan kata kata itu pun keluar.
Alis Jendral terangkat mendengar hal itu dan dia sedikit terkekeh memikirkan tubuh kecil ini akan melawannya.
"Lihatlah tubuhku dan lihat tubuhku, apakah kamu berpikir bisa mengalahkan ku?" ucap Jendral Agra tersenyum remeh.
"Kamu tidak tau aku dan kamu tidak tau apa yang bisa aku lakukan." ucap Adelia lalu ia beranjak dari tempat tidur.
"Aku akan memberi tahu kamu satu hal." langkah Adelia berhenti di tengah tengah kamar.
Mata jendral pun terpaku pada tubuh kecil itu.
"Aku mungkin tampak seperti gadis kecil yang polos tapi membunuhmu bukanlah hal yang sulit untukku dan jangan membuat dendam yang ada dalam diriku menjadi semakin dalam kepadamu."ucap Adelia tanpa berpaling sedikitpun lalu ia kembali berjalan ke kamar mandi dengan langkah mantap.
Jendral terdiam saat mendengar ucapan Adelia, banyak hal berkecamuk di otak Jendral saat mendengar kalimat terakhir Adelia.
'Apakah dia sudah ingat semuanya? apakah dia sangat benci kepadaku? aku tidak tau cara seperti apa lagi yang bisa membuatmu memaafkan aku Adelia.' ucap Jendral Agra dalam hati sambil menatap sendu pintu kamar mandi itu.
Banyak hal di dunia ini yang memang harusnya di rahasiakan saja tapi bagaimanapun seseorang menyimpan rahasia hal itu juga akan terbongkar, apalagi itu sudah menjadi rahasia umum.
"Apapun yang terjadi aku akan tetap menjadi Suamimu, Adelia."
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
salam hangat dari author