Adisti sudah mengabdikan hidupnya pada sang suami. Namun, ternyata semua sia-sia. Kesetiaan yang selalu dia pegang teguh akhirnya dikhianati. Janji yang terucap begitu manis dari bibir Bryan—suaminya, ternyata hanya kepalsuan.
Yang lebih membuatnya terluka, orang-orang yang selama ini dia sayangi justru ikut dalam kebohongan sang suami.
Mampukah Adisti menjalani kehidupan rumah tangganya yang sudah tidak sehat dan penuh kepalsuan?
Ataukah memilih berpisah dan memulai hidupnya yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Bantuan dari Leo
Adisti pun segera membuka file yang diminta oleh Leo. Dia sempat kesal pada pria itu karena berbicara seenaknya saja, tetapi benar apa yang dikatakannya. Dirinya takut mendengar sesuatu kebenaran. Namun, setelah dipikir jika terus takut tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Begitu file dibuka, wanita itu menutup mulutnya karena terkejut. Ternyata di sana ada video tidak senonoh yang dilakukan oleh sang suami dengan wanita itu. Ada pula file tentang bukti video pernikahan siri mereka. Semuanya lengkap beserta tanggal dan segala macamnya.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah mas kawin yang diberikan oleh Bryan ternyata adalah rumah yang saat ini ditempati oleh wanita itu. Dulu saat menikahi dirinya saja Bryan hanya memberi cincin yang saat ini ada di jari manis Adisti, sedangkan wanita itu justru mendapat rumah. Dia tidak rela hal itu terjadi, seenaknya saja sang suami memberikan rumah. Uang yang dipakai membeli juga masih haknya. Adisti akan memastikan jika rumah itu akan menjadi miliknya apa pun yang terjadi.
"Apa kamu punya cara agar rumah yang ditempati wanita itu bisa menjadi milikku?" tanya Adisti tanpa melihat lawan bicaranya. Tentu saja hal tersebut membuat kedua pria di depannya bingung, sebenarnya wanita itu bicara dengan siapa.
"Rumah itu di beli dengan cara kredit. Itu aka lebih mudah untuk mengurusnya, apalagi saat ini hanya Anda istri sahnya," jawab Leo yang sedikit mengerti apa yang terjadi dalam rumah tangga wanita itu.
Sesungguhnya dia juga merasa kasihan, Adisti adalah wanita yang mandiri, tetapi bagaimana bisa ada orang yang begitu tega mengkhianatinya. Apalagi laki-laki itu tidak memiliki hal yang bisa dibanggakan. Dilihat dari karakternya saja Leo bisa menilai jika Bryan adalah orang yang mudah dirayu dan dimanfaatkan.
"Bagaimana caranya?"
"Anda bisa berpura-pura mengatakan pada suami Anda jika ada agen properti mendatangi rumah dan meminta pembayaran rumah. Padahal Anda sendiri yang datang ke agen tersebut dan Anda pun yang melunasinya dan sudah mengambil sertifikat rumah. Anda tentu mengerti bagaimana detailnya tanpa harus saya jelaskan bukan?" jawab Leo membuat Adisti tersenyum.
Tidak salah memang Roni membawa orang menemuinya, ternyata bisa diandalkan juga. Mungkin ke depannya dia bisa minta bantuannya.
"Apa saja harta yang sudah dimiliki suamiku dan apa aku bisa memiliki semuanya?"
"Kamu ini sangat aneh sekali, kamu adalah istrinya kenapa bisa bertanya padaku. Kamu orang cerdas, tapi mudah sekali dibod*hi oleh suamimu. Sungguh beruntung sekali laki-laki seperti itu," sahut Leo membuat Adisti kesal.
Namun, di balik itu apa yang dikatakan pria itu memang benar. Dia memang wanita yang bod*h, mudah sekali percaya pada laki-laki seperti itu. Setelah ini dirinya akan lebih berhati-hati lagi dan penuh pertimbangan. Mulai hari ini Adisti tidak akan mudah diperalat seperti sebelumnya dan bisa dipastikan jika Bryan akan pergi sama seperti saat pria itu datang dulu.
"Jawab saja pertanyaanku, tidak perlu terlalu berbelit-belit," sahut Adisti kesal.
Leo segera mengotak-atik laptopnya dan memperlihatkannya ke arah Adisti agar wanita itu bisa melihatnya sendiri. Sementara itu, Roni hanya diam saja, memperhatikan kedua orang itu. Dia tidak ingin ikut campur dalam urusan atasannya terlalu dalam. Roni juga percaya jika Leo bisa membantu Adisti lebih banyak lagi.
Selama ini atasannya selalu baik padanya dan selalu menolong saat dirinya sedang kesulitan. Itulah yang membuat dia rela melakukan apa saja untuk mengatasinya. Pria itu bahkan rela mempertaruhkan nyawa untuk Adisti. Itu semua sebagai bentuk rasa terima kasihnya karena selama ini atasannya selalu baik padanya.
Adisti melihat satu persatu aset yang dimiliki oleh Bryan, tidak lupa juga di sana terserah rekening yang dimiliki oleh sang suami. Ternyata jumlahnya tidak seberapa, padahal sebelumnya wanita itu mengira jika tabungan Bryan cukup banyak, mengingat selama ini dirinya tidak pernah meminta uang. Namun, dia lupa jika Bryan juga memiliki istri yang lain. Pasti pengeluaran untuk wanita itu sangat banyak, hingga cukup menguras isi dompet.
Selama ini Adisti juga ikut membantu keuangan sang mertua meski tidak banyak. Itu dia lakukan sebagai bentuk hormatnya, wanita itu juga menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Siapa sangka jika dirinya dikhianati. Bukan maksudnya untuk perhitungan, Adisti hanya berpikir jika dirinya tidak boleh terlalu memanjakan sang mertua. Yang ada nanti dimanfaatkan.
Sekarang semuanya terbukti, padahal masih ada anak yang lainnya, tetapi hanya dirinya yang diperas. Adisti memang mengirim uang sedikit, tetapi dengan liciknya sang mertua justru meminta Bryan untuk mengiriminya. Akhirnya sang suami merayunya dengan segala cara agar memberinya uang. Adisti yang merasa kasihan pun tidak tega dan akhirnya tetap mengeluarkan uang. Jika dia tahu kebusukan mereka, pasti wanita itu tidak mau melakukan kebaikan selama ini.
Makanan telah tiba, mereka pun menikmati makanan dengan tenang. Mengenai aset yang dimiliki oleh Bryan, biarlah itu nanti dia pikirkan kembali. Wanita itu juga yakin jika Roni dan Leo pasti akan membantunya, dirinya hanya perlu rencana yang matang.
Setelah urusannya dengan Roni dan Leo selesai, Adisti pergi lebih dulu meninggalkan restoran. Setelah ini pasti dirinya akan sibuk dengan segala urusan mengenai sang suami. Tadi dia sudah meminta bantuan Leo untuk menangani Aset Brian. Adisti yakin pria itu sangat bisa diandalkan, mengingat betapa hebatnya pria itu dalam mengurus tentang segala hal terutama berkaitan dengan teknologi.
Hari masih siang karena memang Adisti tidak memiliki tujuan. Dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Wanita itu jadi kepikiran tentang ruangan kerja sang suami, Brian pasti menyembunyikan sesuatu di sana. Mudah-mudahan saja memang benar begitu hingga tidak perlu susah-susah mencari bukti lain.
Mobil yang dikendarai Adisti sudah sampai rumah. Wanita itu segera menuju ruang kerja sang suami tanpa membersihkan tubuhnya lebih dulu. Alangkah terkejutnya saat menyadari jika pintu ruangan itu terkunci. Memang selama ini dirinya tidak pernah masuk ke dalam sana, dulu saat awal pernikahan mereka juga pintu ruangan ini tidak pernah terkunci.
Bryan dan Adisti sama-sama saling terbuka satu sama lain, tidak ada rahasia apa pun. Setiap kali ada yang mengganjal di hati pun mereka akan saling bicara dan menyelesaikan sama-sama. Wanita itu segera mencari kunci cadangan yang biasanya berada di ruang keluarga. Namun, dia tidak mendapati kunci ruang kerja sang suami. Padahal untuk ruangan yang lainnya masih tetap berada di sana.
"Aku semakin yakin ingin mengembalikanmu ke tempat semula, Bang. Terlalu banyak permainan yang sudah kamu lakukan di belakangku."