Dengan kebesaran hati seorang wanita muda bernama ( Azalea 26 tahun ) yang rela menggantikan posisi adik nya sebagai pengantin di hari itu.
Ternyata kebaikan hati Azalea di balas kebencian oleh pengantin lelaki (Arta 32 tahun ) yang sudah sah menjadi suami nya itu.
Sampai di titik itu, dimana Arta sadar bahwa Azalea lah yang terbaik. Tapi apakah Azalea masih mau bersatu dengan Arta ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21.
"Teh Lea, tolong Mira. " Pesan singkat itu datang kala Lea sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Ada apa dengan dia ? " ucap Lea.
Lea membiarkan pesan singkat dari adik tirinya itu, ia tidak pernah Setega ini sebelumnya. "Mereka menghubungi ku hanya karna ada butuhnya saja. " dengus Lea.
Saat di kantor Lea memaksakan diri untuk bekerja, beberapa pekerjaan harus ia selesaikan. Pekerjaan Lea terbilang ringan tidak perlu banyak mengeluarkan tenaga ke sana dan kemari. Tugas Lea hanya lah duduk dan mengecek semua hal di laptopnya.
"Satu ... Dua ... Tiga ... Empat ... ok, mungkin sudah cukup. Tinggal Bos yang tandatangani. "gumam Lea.
Namun saat Lea baru bangkit dari duduknya, ia di kejutkan dengan suasana ruangannya yang terlihat gelap.
"Bruukkk. "
"Ya ampun Bu Lea kenapa ? " Teriak salah satu teman kantor Lea yang melihat Lea dari balik kaca pembatas ruangan kerja mereka.
Seketika Lea di bawa ke sebuah klinik terdekat. beberapa jam dari itu Lea tersadar, dan melihat suster sedang duduk menunggu Lea sadar.
"Sus, kenapa saya ada di sini ? " Tanya Lea ambigu.
"Tenang Bu, anda baik-baik saja. tadi anda tidak sadar dan teman anda membawa anda ke klinik ini. " Jawab Suster.
"Sebentar saya beritahu Dokter dulu. "
Tidak lama Dokter pun datang."Bagaimana Bu, apa sudah merasa baik ? "
"Sedikit baik Dok, memang dari tadi pagi saya merasa pusing dan mual. " Jelas Lea.
Dokter klinik itupun mencoba memeriksakan kembali kesehatan Lea.
"Rasa mual dan pusing itu di sebabkan karna hormon yang ada dalam tubuh Ibu, memang di trimester pertama Ibu akan sering mengalami hal seperti ini. Untuk itu Ibu harus sering-sering mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk ibu hamil, susu ibu hamil juga boleh di konsumsi. " Jelas Dokter.
"Apa Dok ? Saya hamil ? " Tanya Lea terasa panas dingin ia rasakan pada suhu tubuhnya.
"Betul Ibu, Ibu hamil. Usia kehamilan ibu sudah 8 Minggu di usia ini sangat rentan sekali, kurangi aktivitas yang berlebihan ya Bu. " Saran Dokter yang tidak di jawab oleh Lea. Lea masih merasa syok dengan kabar kehamilannya.
Lea pun sudah di perbolehkan pulang, dengan wajah pucat Lea mengendarai kendaraannya menuju rumah pribadinya. Ia masih enggan pulang ke rumah besar itu, pikir Lea itu tidak akan bagus untuk kandungannya.
Sesampainya di dalam rumah, Lea duduk dengan wajah masih tidak percaya. seketika Lea menangis sesenggukan kala mengingat ia akan berpisah dengan Arta.
Malam pun menjelang, Arta kesal tidak melihat Lea di dalam rumah besar itu. Arta seperti tersulut emosinya kala melihat orang yang ia butuhkan tidak mau mendengar ucapannya.
Tanpa lama Arta pun ke kar rumah lagi dan menuju ke rumah Lea itu.
"Brukk ... " Pintu rumah Lea di buka secara kasar oleh Arta.
Di perusahaan Arta.
"Ah sial, kenapa Ayah tiri ku itu semakin berani. Menggelontorkan uang demi hal yang tidak masuk akal seperti ini. Aaahhhh .... Sial, berapa banyak lagi uang perusahaan yang harus keluar dengan sia-sia seperti ini. "
Arta sangat emosi saat itu, ingin rasanya ia menghabisi siapapun yang yang mengusiknya. Arta langsung memilih untuk pulang ke rumah besarnya. Betapa terkejutnya ia melihat Ayah dan Ibu tirinya sedang asyik mengobrol dan menikmati hidangan berkelas di rumah itu.
Rumah Lea.
"Mas, kenapa tidak pelan-pelan saja buka pintunya. " Ucap Lea.
Arta menarik tangan Lea dengan keras,
"Aaaaaa .... Mas sakit. "
Arta menarik tangan Lea dan menghempaskan tubuh Lea ke atas tempat tidur.
"Sudah saya bilang, sebelum saya kembali ke rumah saya kamu harus sudah berada di rumah. Apa kamu tidak mengerti ? " Bentak Arta.
Arta yang masih tersulut emosi sampai tidak bisa melihat wajah pucat Lea.
"Mas, kenapa harus kasar seperti ini. Jika itu alasannya aku bisa jelaskan ! "
"Aaaaaahhhh ... Kalian sama saja, sama-sama ingin membuat ku hancur. Apa kamu juga ingin membuat mereka bebas melakukan apapun di rumah itu Hah ? Apa jangan-jangan kamu bekerja sama dengan mereka ? " Perkataan Arta tak kalah membuat Lea menjadi keras kepala.
"Mas, aku ini manusia bukan binatang. Yang harus seenaknya saja kamu perintahkan dan kamu tiduri. Jika Mas tidak suka dengan caraku memperlakukan kamu, Mas tinggal percepat saya perjanjian yang tinggal satu bulan itu. Dengan begitu Mas akan lebih bebas melakukan apapun dengan wanita jalang itu. " emosional Lea seakan memancing unek-unek yang selama ini ia pendam.
Lea semakin enggan memberitahukan tentang kehamilannya, tanpa basa-basi Arta menarik kerasa tangan Lea. Arta akan membawa paksa Lea ke luar rumah itu dan pulang kerumahnya.
"Aaaaaaa, sakit Mas. " Rintik Lea tak di gubris oleh Arta. Arta memasukan Lea ke dalam mobilnya tanpa prilaku lembut sama sekali.
Saat di perjalanan Arta hanya memasang wajah penuh amarah, ia melakukan kendaraannya dengan kecepatan penuh. Beruntung jalanan saat itu sangat lengang.
Sesampainya di dalam rumah besar itu, Arta menarik Lea untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Ini peringatan terakhir, jika kamu tidak mau mendengarkan apa yang ku ucapkan. Bukan hanya mereka yang akan aku hancurkan Ayah mu pun akan sama-sama hancur. " Ancam Arta.
Lea kecewa dengan sikap Arta, padahal saat ini Lea sedang mengandung anaknya.
"Tega kamu Mas, tega. "
Arta pun semakin penat, kala mendengar isakan tangis Lea. Padahal bukan itu yang Arta mau Arta tidak mau menyakiti Lea, hanya saja Arta merasa kesal dan melampiaskannya pada Lea.
Hari demi hari Lea menahan rasa aneh dalam dirinya, terlebih saat Arta semakin dingin kepadanya.
Di sebuah ruangan dimana di dalamnya ada Ayah tiri Arta dan Ibu tiri Arta. " Sial kenapa omsetnya anjlok ? " Tutur emosi Ayah tiri Arta.
"Pasti ada yang tidak beres ini Pah ! " Ujar Ibu tiri Arta.
Perusahaan yang di kelola oleh Ayah tiri Arta mengalami kebangkrutan kala produk yang mereka tawarkan di pasaran tidak laku sama sekali.
"Mampus, " Lea merasa puas dengan hasil kerjanya.
"Bagimana bisa ini terjadi. " Ucap Arta pada Boy.
"Saya tidak tahu Tuan, dengan begini keuntungan akan berbalik pada kita Bos. " Ujar Boy.
"Cari tahu siapa yang menjatuhkan perusahaan Ayah, kita harus bisa bekerja sama dengannya. " Perintah Arta pada Boy.
Di sela-sela Arta yang sedang merasa puas, Sherin datang dengan gaya menggodanya. Sherin ingin mengajak Arta keluar. Arta yang sebenarnya malas tapi terpaksa menuruti kemauan Sherin agar misi nya tidak di curigai.
Sherin mengajak Arta pergi ke sebuah pusat perbelanjaan, dimana di sana pun ada Lea yang ingin melihat-lihat pakaian bayi walaupun kandungannya masih sangat kecil.
"Lucu banget ini Nak, warna biru itu bisa di pakai oleh bayi perempuan ataupun bayi laki-laki. " Ucap Lea sambil mengusap perutnya.
"Ibu akan menjagamu Sayang, mau ada Ayah ataupun tidak di sisi kamu. Ibu akan menjadi Ibu dan Ayah yang baik untuk mu. Jangan khawatir sayang. " Ucap Lea.
"Mau apa dia di toko perlengkapan bayi ? "Ujar Sherin kala melihat Lea yang asyik memilah dan memilih baju bayi.
"Kenapa ? " Tanya Arta.
Sherin dengan cepat mengalihkan pandangan Arta agar tidak melihat Lea. "Tidak, aku hanya ingin cepat-cepat menikah dengan mu dan ingin segera belanja pakaian bayi nantinya. "
Arta hanya terdiam tidak mau merespon.
Saat Lea keluar dari toko itu, penglihatan Lea tertuju pada sosok yang tidak asing baginya.