tag khusus : cinta lansia
“Renata Thomson ?” panggil seorang pria bernama Prima ( 48 tahun ).
Suara yang tak asing dan bahkan sangat lama sekali tak pernah Re dengar tiba – tiba memanggil jelas namanya.
Re menoleh, alangkah terkejutnya ia dengan sosok pria bertubuh tinggi dan atletis itu. Ia tergugu dalam diam. Detik berikutnya ia setengah berlari seolah baru saja melihat hantu.
Setelah 22 tahun dan berumah tangga dengan pria lain, Renata bertemu kembali dengan tunangannya dulu.
Karena Duan sudah bosan dengan kehidupannya bersama Re, pada akhirnya Duan menceraikan Renata.
Lalu apakah Re akan terbuka kembali hatinya untuk seorang Prima ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Prima tak berhenti menatap Renata dengan cemas bahkan sekian kerinduan yang melanda hatinya seolah tak bisa terbendung lagi.
"Re, sadarlah! Apa yang membuatmu sampai begini?" ujar Prima lirih sembari mengusap lembut pucuk kepalanya. Prima merasa iba dengan keadaan dan penampilan Re yang sekarang. Muncul berbagai pertanyaan dalam benaknya.
Sangat lama, tapi Prima hafal betul bagaimana penampilan Re yang dulu saat masih pacaran. Rambutnya yang panjang nan legam tak bisa ia lupakan karena itulah daya tarik yang ada padanya. Kulit putih, tubuh ideal dan make up yang minimalis. Dan yang ia dapati sekarang sangatlah jauh dari yang ia kenang.
Prima sampai menitikkan air matanya sangking bahagia hatinya bisa dipertemukan kembali oleh Tuhan. Sudah sangat lama ia menantikan pertemuan ini yang bahkan tanpa ia duga. Dan diusianya yang ke 48 tahun ini, ia sampai rela menjadi perjaka tua hanya demi sebuah penantian yang amat panjang.
Sekitar seperempat jam lamanya, mobil yang dikemudikan Mike telah memasuki area rumah sakit MEDICAL.
Mike segera parkir lalu membukakan pintu untuk tuannya. Ia berteriak pada petugas jaga untuk segera menangani pasien.
Prima mengangkat tubuh Re yang ringkih itu lalu membopongnya keluar menuruni mobil dan meletakan di atas ranjang pasien. Petugas medis segera mendorong ranjang pasien menuju ruang IGD.
Prima sangat cemas dan meminta dokter untuk segera mengecek keadaannya.
Dokter meminta Prima untuk menunggu di luar selama proses pemeriksaan.
Pria bernama lengkap Prima Bastian itu tak berhenti bergerak bibirnya untuk berdoa demi keselamatan Renata. Mike sampai terharu melihatnya.
"Tuan, tenangkan diri Anda !" ujar Mike sampai pusing melihat atasannya bolak - balik seperti setrika.
"Bagaimana aku bisa tenang, sementara dokter juga belum keluar menyampaikan keadaan Renata!" sahutnya sedikit emosi.
Mike sampai gedeg - gedeg, "Ini juga baru lima menit dokter masuk." batinnya geli.
Sekian menit kemudian, dokter memperlihatkan dirinya dihadapan Prima.
Prima menyambutnya dengan segelintir pertanyaan, "Bagaimana keadaan pasien, Dokter?"
Lalu dokter itu tak segera menjawab, ia tersenyum sambil mengelus bahunya.
"Anda tidak perlu khawatir seperti ini. Pasien hanya mengalami dehidrasi dan kelelahan. Dia harus banyak mendapatkan asupan gizi untuk kesehatan tubuhnya. Untuk sementara waktu, biarkan pasien tidur. Tidur adalah bentuk istirahat yang paling baik. Kalau begitu, saya permisi dulu. Anda harus meningkatkan perhatikan terhadap istri Anda."
Mike sampai melongo mendengar penuturan dokter yang terakhir.
Prima menjadi lega sekarang. Tidak ada penyakit yang serius yang perlu ia khawatirkan lagi.
"Apa aku boleh masuk, Dokter?"
"Silahkan !"
Prima bergegas masuk untuk melihat keadaan Renata.
Diamatinya tubuh yang sedang terkulai lemas itu, detik berikutnya Prima meminta Mike untuk berjaga di samping Renata sementara dirinya akan keluar sebentar.
"Ada yang bisa saya lakukan Tuan ?"
"Tidak ada. Kamu cukup berada di sini selama aku belum datang. Jika Renata bangun, segera hubungi aku."
Mike mengangguk mengerti, "Baik, Tuan !" lalu ia mengambil ponselnya untuk mengisi kejenuhannya.
Prima meninggalkan rumah sakit untuk membeli makanan. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia segera kembali ke rumah sakit.
"Mike !" tegur Prima mendapati bawahannya itu berada di luar kamar pasien.
Mike segera membungkuk meminta maaf. "Tuan, saya baru saja akan menghubungi Tuan. Nyonya Renata sudah sadar." terang Mike lalu menyimpan ponselnya kembali.
"Benarkah itu, syukurlah!" Prima segera masuk ingin melihat keadaan Re.
Terdengar pintu terbuka, Re langsung mengarahkan pandangannya untuk melihat siapa orang yang telah membawanya ke rumah sakit.
Begitu tatapan Prima dan Re bertemu, Re tampak kaget setengah mati. Wajahnya mendadak berkeringat dingin. Bagaimana bisa ia yang sudah menghindar malah diketemukan dalam keadaan yang seperti ini. Re teramat malu. Sungguh, ia belum siap untuk menjelaskan jika ditanya mengapa ia kabur saat acara pertunangan dan malah menikah dengan pria lain.
"Renata, kamu sudah sadar ?" Prima sangat lega. Wajahnya tak luput dari senyuman.
"Prima Bastian. Benarkah itu kau ?" Re bingung harus memulai dari mana.
"Ya, ini aku." Prima meletakkan makanan yang baru saja ia beli lalu membuka bungkusan.
"Bagaimana bisa aku berasa di rumah sakit ini?" Re mengedarkan pandang menyapu ruangan itu.
"Kamu pingsan di jalan dan sopirku hampir menabrakmu. Lalu, aku membawamu kesini, takutnya terjadi luka yang serius."
"Terima kasih sebelumya, aku tidak menyangka bisa bertemu kembali denganmu." Re menundukkan kepala.
"Akhirnya, aku menemukanmu juga setelah sekian lama pencarianmu."
"Kamu mencariku?" Renata mendongak menatap pria yang masih terlihat tampan meski sudah tua.
"Hm," Prima bergumam sambil tangannya terus bergerak. Menyodorkan semangkuk sup ayam hangat ke arahnya.
"Ini masih hangat, aku baru membelinya tadi. Cobalah!" Prima mengambil satu sendok dan menyodorkan sendok ke arah Re.
Re tergugu dalam diam, bahkan pria ini yang pernah ia lukai hatinya masih ingat betul dengan makanan kesukaannya diwaktu dulu. Ia melamun mengingat terakhir bagaimana ia meninggalkan dia.
"Ayo, buka mulutmu! Dokter bilang kamu harus banyak makan." desak Prima.
Re tersadar dari lamunan. "Tapi, aku ...." berniat untuk menolak.
Prima tak canggung lagi dan langsung saja menyuapi Re. Re seketika tak bisa menolak. Ia mulai memamah dengan pelan lalu setelah benar - benar lembut, ia menelan makanannya.
Prima begitu telaten menyuapi hingga suapan yang terakhir. Ia sukses menjalankan peran sebagai calon suami jikalau nanti bisa menikahinya.
Prima lantas menyodorkan minuman, Re menerima botol air mineral itu dan langsung meneguknya hingga sisa separuh. Re benar - benar sangat haus.
Prima masih sama dengan sikapnya yang semula, tersenyum.
Prima meminta Mike untuk memanggil dokter agar diperiksa keadaanya.
Setelah dokter datang dan memeriksa Re, Re boleh diizinkan pulang saat itu juga.
Prima berambisius untuk mengantar pulang.
"Tidak Prima. Aku bisa pulang sendiri." tolak Re sehalus mungkin.
"Terimakasih sudah membawaku ke sini. Tapi, sungguh, aku tidak ingin memilki hutang budi padamu lebih banyak lagi. Biarkan aku pergi sendiri. Kumohon!" Re sampai mengatupkan telapak tangan.
Seketika itu juga, Prima berubah masam wajahnya.
"Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu yang terakhir itu." lalu menoleh ke arah Mike.
Mike tahu tugasnya dan segera menyiapkan mobil untuk kepulangan Re.
Re berusaha menolak tapi kalah dengan ucapan Prima yang mengiba.
"Jika kamu menolak, maka sungguh aku akan merasa tersiksa. Aku sudah sangat lama mencarimu. Dan biarkan pertemuan ini membawa kita pada sebuah hubungan yang baru."
"Hubungan yang baru ?"
"Mungkin satu kalimat yang bisa membuatmu untuk tidak takut atau lari dariku."
Prima menuntun Re yang akhirnya setuju untuk diantar pulang.
Mike segera melajukan mobilnya begitu kedua penumpang memasuki mobil.
selamat membaca dan semoga terhibur!
😘😘😘