JANGAB LUPA IKUTU AKUN AUTHOR DAN LIKE KOMEN CERITA INI, MAKASIH💙✨
Keyla Azalea Adhitama dan Arka Arion Adhitama. Kedua remaja itu merupakan saudara sepupu, memiliki kemampuan di luar nalar, yaitu bisa melihat sosok tak kasat mata. Tidak jarang sosok-sosok itu akan menampakan wujudnya yang mengerikan di hadapan Arka dan Keyla, bukan tanpa alasan sosok-sosok itu menampakan wujudnya, namun ada tujuan lain kenapa mereka mendatangi Keyla dan Arka.
Yuk, ikuti ceritanya sampai tamat. Bagaimana perjalanan dua remaja yang menghadapi arwah penasaran yang kerap kali mendatangi mereka, untuk minta bantuan menyelesaikan urusannya di dunia. Dan bukan hanya itu, di cerita ini juga ada kisah percintaan anak sekolah yang manis, dan anak geng motor yang di ketua oleh Arka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tatatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Livia dan Arka
"Makasih sayang udah anterin aku pulang!" Ucap Sasya sambil bergelayut manja di tangan kekar Arka.
Cowok itu tersenyum, mengelus lembut kepala Sasya. "Iya sayang, kalau gitu aku pulang ya"
Sasya mengangguk, melepaskan cekalannya dari tangan Arka. Menatap Arka sambil tersenyum manis, senyuman yang selalu membuat Arka tercandu ingin terus melihatnya. Dan senyuman yang bisa melelehkan hati Arka.
"Yaudah kamu hati-hati di jalan ya!!"
Cup.
Sasya mengecup pipi Arka, tidak mau kalah Arka pun membalas mengecup pipi Sasya.
Livia yang baru saja keluar dari taksi seketika terpaku di tempatnya melihat adegan itu. Jantungnya berdetak kencang, hatinya terasa di cubit.
Langsung mengalihkan pandangannya. Menghela nafas berat.
Pantas kah Livia cemburu? Sementara dirinya dan Arka tidak memiliki hubungan apapun.
'Kenapa sekalinya jatuh cinta dapat jatuhnya doang?' Batin Livia merasa kasian dengan dirinya sendiri, cintanya bertepuk sebelah tangan.
Sebenarnya apa yang membuat Livia jatuh cinta kepada Arka ? Hanya Livia lah yang tau apa alasannya.
'Seharusnya lu nggak kaya gini Livia, ini salah'
Livia ingin membuang jauh-jauh rasa cintanya kepada cowok itu, tapi kenapa sulit sekali?
Livia tidak bisa mengontrol perasannya, hanya gadis biasa yang jatuh cinta kepada seorang cowok. Sebenarnya rasa sukanya kepada Arka itu hadir sebelum Arka dan Sasya menjalin hubungan.
Ya, Livia lebih dulu menyukai Arka, tepatnya kelas 10.
Flashback on
Hiks hiks.
"Kenapa Sasya dan teman-temannya jahat banget. Apa salah aku sama mereka?" Lirih seorang gadis yang sedang menangis di taman belakang sekolah.
Gadis itu adalah Livia, duduk sendiri di taman.
Terlihat di sudut bibirnya ada luka dan darah mengering, rambutnya yang selalu di kuncir kuda kini berantakan.
"Sakit, hiks" lirih Livia sambil menyentuh sudut bibirnya yang terasa perih.
"Ehem"
Deg.
Livia terkejut mendengar deheman seseorang, langsung melihat ke sumber suara.
Matanya mengerjap ketika bertemu pandang dengan orang itu.
'Arka' Batin Livia, wajahnya seketika berubah tegang. Dengan segera mengusap pipinya membersihkan air mata.
Orang lain tidak boleh melihatnya menangis.
"Boleh gue duduk?" Tanya Arka dengan satu alisnya terangkat menatap Livia.
Dengan gugup Livia mengangguk, tidak berani bicara dengan cowok itu. Livia tau siapa dia. Ketua Scary Tiger, anak geng motor terkenal se antero.
Livia jadi merasa takut. Untuk apa juga Arka ada di sini?
'Ngapain Arka di sini? Ganggu aja, bikin takut' Batin Livin. Meremas roknya untuk menyalurkan rasa takut
Kini Arka duduk di sebelah Livia.
Sementara Livia langsung bangkit dari duduknya.
Tanpa mengucap satu patah kata pun Livia ingin pergi dari sana namun.
"Mau kemana?"
Tangan kecil Livia di cekal oleh tangan besar Arka.
Dengan segera Livia menatap tangannya yang di cekal Arka. Wajahnya berubah pucat kakinya gemetar takut.
Apa mau Arka? Livia rasa tidak memiliki masalah apapun dengan cowok ini. Bahkan bertemu pun mereka jarang, dan ini juga pertama kalinya mereka bicara.
"A-aku mau ke kelas." Jawab Livia dengan terbata tidak berani menatap mata elang Arka.
"Duduk. Siapa yang nyuruh lu pergi, hmm?"
Arka melepaskan cekalannya dari pergelangan tangan Livia.
Glek.
Livia menelan ludahnya susah payah mendengar suara dingin Arka.
"Tapi aku mau---"
"Duduk"
Settt.
Tanpa mengucapkan apapun Livia langsung duduk di sebelah Arka, tidak berani membantah.
Arka menaikan sebelah alisnya, menatap lekat Livia yang saat ini menundukan kepalanya.
"Kemari"
"Haah?" Livia speechless.
Arka mengulurkan tangannya, mencekal lembut rahang Livia lalu di arahkan ke arahnya.
Deg.
Sungguh jantung Livia seperti ingin loncat dari tempatnya. Nafasnya tercekat, tubuh Livia semakin gemetar.
Saat ini dirinya dan Arka begitu dekat, bahkan Livia bisa merasakan nafas lembut Arka menerpa wajahnya.
"Bibir lu luka" Gumam Aria.
Menatap sudut bibir Livia yang luka, dan tatapannya semakin ke atas menatap tepat di mata bulat Livia.
Untung beberapa saat keduanya hanya saling menatap, terkunci dengan tatapan satu sama lain.
Sudut bibir Arka menyungging.
"Mata lu bagus, warnanya abu-abu, bulu matanya lentik!!" Puji Arka merasa kagum dengan mata indah Livia di balik kaca mata bulatnya.
Arka berfikir. Untuk apa Livia memakai kacamata? Itu menghalangi kecantikannya saja.
Blush.
Wajah Livia langsung menghangat, hatinya bergetar, jantungnya semakin berdetak kencang.
Ada apa dengannya? Perasaan apa ini? Livia tidak mengerti.
Arka melepaskan cekalannya dari rahang Livia, membuat gadis itu langsung menundukan kepala Rasa takut masih kentara namun tidak se takut tadi. Mendengar pujian dari Arka membuat rasa takutnya sedikit menghilang.
"Hmm"
Livia menoleh ke samping, menatap sebuah sapu tangan di tangan Arka yang ter sodor ke arahnya.
Livia tidak segera mengambil sapu tangan itu, hanya diam merasa ragu.
"Ambil" titah Arka di saat gadis itu hanya diam saja.
Dengan gugup dan ragu-ragu Livia pun mengambil saputangan itu.
"Ma-makasih."
Flashback off
Mengingat kejadian waktu itu membuat hati Livia bergetar.
Arka, dengan tiba-tiba menghampirinya lalu memberinya saputangan dan sampai saat ini saputangan itu masih ada. Livia simpan dengan baik di tempat yang terbaik.
'Perasaan kamu itu nggak berarti Livia. Lebih baik buang rasa itu'
Livia bertekad akan membuang rasa cintanya kepada Arka, karena tidak mungkin cintanya akan terbalaskan.
Livia berjalan mendekati gerbang tanpa memperdulikan dua sejoli itu.
"Livia"
Langkah Livia langsung terhenti. Menghela nafas dan berbalik badan menatap orang yang memanggilnya.
"Ini tas gue bawa. Oh iya, mamah sama papah nggak ada di rumah. Gue mau lu buatin nasi goreng buat gue." Ucap Sasya sambil menyerahkan tasnya kepada Livia.
Dengan segera Livia menerima tas Sasya.
"Kan ada bibi kenapa harus aku yang buat nasi gorengnya?"
Ya memang selalu seperti ini sikap Sasya. Seolah Nyonya di rumah besar milik ayah kandung Livia. Selalu memperlakukan Livia se enaknya, contohnya saat ini. Menyuruh Livia membawakan tasnya dan menyuruh Livia membuatkan nasi goreng, padahal di rumah mereka ada beberapa art.
Sasya menggram kesal, tidak mau di bantah.
"Kenapa? Nggak mau buatin gue nasi goreng?Hmm. Yaudah kalau itu mau Lo" kesal Sasya.
Ucapan Sasya langsung membuat Livia ketakutan. Memang terdengar biasa-biasa saja, tapi untuk Livia ada makna lain di balik ucapannya.
"I-iya aku buatin"
Sasya langsung tersenyum miring, selalu senang melihat Livia yang patuh kepadanya.
"Oke"
Tanpa mengucapkan apapun Livia segera berjalan masuk ke dalam gerbang.
Arka yang sedari tadi hanya diam menyimak seketika ada rasa tidak suka dengan tingkah Sasya kepada saudaranya sendiri.
"Sayang kamu kok---"
Tring tring.
Ucapan Arka terpotong ketika ponselnya berdering.
Arka segera merogok saku jaketnya dan. mengambil benda pipihnya.
"Aku angkat telpon dulu"
"Dari siapa?" Tanya Sasya penasaran.
"Keyla"
Sasya hanya mengangguk, namun raut wajahnya berubah kesal.
"Napa Key?" Tanya Arka setelah menerima sambungan telpon.
[Ke rumah gue sekarang, ada yang mau gue bicarakan soal sosok kala]
Arka langsung menghembuskan nafas kasar. Sebenarnya Arka sudah malas tentang hal seperti ini. Ingin menjalani hidup normal tanpa di bebani sosok-sosok itu.
[Nggak ada penolakan. Bay!]
Nut.
Cek.
Arka berdecak kesal ketika sambungan telpon terputus sebelum dirinya bicara.
"Yaudah sayang aku pulang ya."
.......
"Hufttt. Capek banget."
Keyla baru saja sampai di rumah, langsung duduk di sofa ruang tengah.
"Bi" Teriak Keyla.
"Iya Non." Tidak lama kemudian Bi Keti menyahut dan berjalan tergopoh-gopoh mendekati sofa.
"Ada apa Non?" Tanya Bi Keti setelah sampai.
Keyla menatapnya. "Di depan mobil siapa?" Tanya Keyla penasaran.
Di halaman rumahnya ada mobil terparkir, entah mobil siapa Keyla tidak mengenalinya.
"Oh, itu---mobil siapa ya---!"
Bi Keti nampak berfikir mengingat-ingat siapa pemilik mobil itu.
Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Maaf Non, bibi lupa tadi namanya siapa!!" Bi Keti nyengir kuda lupa nama si pemilik mobil.
Mata Keyla memicing. Padahal bi ketika masih terbilang muda, usianya pun baru 30 tahun, tapi wanita ini sering sekali lupa.
"Ah bibi aneh. Jangan-jangan itu mobil penjahat" Keyla langsung berfikir negatif.
Tapi setelah di pikir-pikir, memang ada penjahat membawa mobil mewah? Dan bi Keti juga mengenakannya, hanya saja lupa dengan nama orang itu.
Bi Keti menggeleng cepat. "Tentu saja bukan Non bibi cuman lupa namanya, dia itu---"
Bi Keti kembali terdiam, seketika mengsem-mengsem ketika mengingat wajah si pemilik mobil.
Keyla yang melihat Bi Keti senyum-senyum sendiri langsung bergidik ngeri. Bi Keti kesambet kah? Kenapa senyum-senyum seperti itu.
"Bibi malah senyum-senyum kesambet ya!"
"Heheh maaf Non, bibi ingat wajah tampan si pemilik mobil itu. Non kalau ketemu sama beliau pasti kepincut, wajahnya itu kaya dewa Yunani non. Uuh, pokoknya tampan. Bahkan bibi baru kali ini melihat pria se tampan dan segagah itu, badannya kaya di film-film non, tinggi tegap!!"
Mata Bi Keti berbinar saat menceritakan betapa tampan dan gagahnya pria itu.
Keyla berdengkus geli melihat tingkah Bi Keti, seperti remaja saja. Apa Bi Keti tidak berlebihan memuji orang itu?
Keyla terdiam seperti mengingat sesuatu. 'Gagah dan tampan?'
Apa orang itu yang di maksud teman-temannya? Pria yang datang ke sekolah menjadi Wali Keyla?
Sebenarnya siapa orang itu?
Keyla menghembuskan nafas kasar. Bangkit dari duduknya. Rasanya Keyla mengantuk dan tubuhnya juga terasa lelah. Ingin segera rebahan di kasur empuknya, soal si pemilik mobil, nanti saja Keyla urus, rasanya sudah tidak ada tenaga.
"Bi untuk makan malam buatin Key sop ayam ya, tapi jangan pakai wortel sama kol, trus buatin ayam tepung juga bagian pahanya, kaya Upin ipin"
Keyla rekomendasikan makan malam untuknya.
Itu adalah makanan kesukaan Keyla, tapi Keyla tidak suka sayur wortel dan kol.
"Siap non!"
"Yaudah Key ke kamar dulu Bi"
Bi Keti mengangguk.
"Eeh, tapi ayam di dapur udah habis non. Bibi beli dulu ke minimarket boleh?" Bi Keti mengingat jika ayam di rumah sudah habis.
Keyla hanya mengangguk dan kembali berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Nanti key transfer uangnya ya bi buat beli ayamnya" Teriak Keyla.
"Siap non" Sahut bi Keti.
....
Keyla berdiri di depan pintu kamarnya, menyentuh kenop pintu lalu di putarnya.
Brak.
Keyla terlonjak kaget ketika mendengar benda jatuh. Gadis itu langsung melihat ke sekeliling.
Entah dimana asal suara itu.
"Apa yang jatuh?" Gumam Keyla heran.
Brak.
Kembali terdengar benda jatuh, tatapan Keyla langsung beralih ke sumber suara, tepatnya di salah satu kamar.
"Asal suara itu dari kamar kosong"