NovelToon NovelToon
101 Days To Be Your Partner

101 Days To Be Your Partner

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:732.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Arrafa Aris

Niat hati, Quin ingin memberi kejutan di hari spesial Angga yang tak lain adalah tunangannya. Namun justru Quin lah yang mendapatkan kejutan bahkan sangat menyakitkan.

Pertemuannya dengan Damar seorang pria lumpuh membuatnya sedikit melupakan kesedihannya. Berawal dari pertemuan itu, Damar memberinya tawaran untuk menjadi partnernya selama 101 hari dan Quin pun menyetujuinya, tanpa mengetahui niat tersembunyi dari pria lumpuh itu.

"Ok ... jika hanya menjadi partnermu hanya 101 hari saja, bagiku tidak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika kamu jatuh cinta padaku." Quin.

"Aku tidak yakin ... jika itu terjadi, maka kamu harus bertanggungjawab." Damar.

Apa sebenarnya niat tersembunyi Damar? Bagaimana kelanjutan hubungan Quin dan Angga? Jangan lupakan Kinara sang pelakor yang terus berusaha menjatuhkan Quin.

Akan berlabuh ke manakah cinta Quin? ☺️☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

'Bagaimana dia tahu, aku berada di apartemen!' batin Quin.

Tiga puluh menit sebelumnya ....

Setelah memesan makanan di restoran, Adrian kembali melanjutkan perjalanan menuju butik untuk makan siang bersama Al.

Sesaat setelah tiba di butik, ia langsung menghampiri Al seraya menyapa gadis itu.

"Wah, ada angin apa si es balok datang kemari," ledek Al lalu tertawa.

"Ck, apaan sih, kamu. Disambangi malah disambut dengan ledekan. Gimana sih?!" timpal Adrian kesal.

Tak ada jawaban dari Al. Ia masih saja menertawakan Adrian.

"Aku membawa makan siang," kata Adrian sambil meletakkan paper bag makanan di atas meja. "Sepi banget sih, Al?"

"Hmm, Gisha dan Jihan lagi keluar cari makan. Sedangkan Quin, sejak pagi belum kembali. Sepertinya dia dan Damar ada masalah," jelas Al.

"Pantasan saja," gumam Adrian.

"Maksudmu?" tanya Al.

"Sebelum kemari, si Boss memintaku melacak nomor plat mobilnya Quin," jawab Adrian apa adanya.

Tak lama berselang, ponsel Adrian berbunyi. Dengan cepat ia merogoh saku celana. Senyumnya langsung mengembang saat membuka pesan WA yang masuk.

"Syukurlah, ternyata Quin ada di apartemen-nya," kata Adrian kemudian mengirimkan ulang pesan dari Luke ke nomor Damar.

Tak lama setelah pesan itu masuk ke WA Damar, tanpa pikir panjang pria itu langsung mematikan api rokok.

Finally, aku menemukanmu," ucap Damar disertai senyum penuh arti.

*****

"Quin, please! Biarkan aku masuk," pinta Damar sembari menahan pintu.

Quin akhirnya mengalah lalu membiarkan Damar masuk. Setelah itu, ia kembali menutup pintu.

Damar langsung memeluknya seraya berbisik, "Maaf, jika aku terkesan memaksa juga mengancammu tadi pagi."

"Sejujurnya, aku cukup terkejut dengan sikapmu itu," balas Quin seraya mendorong pelan tubuh Damar. Ia kemudian mengajak pria itu ke ruang tamu.

"Bagaimana kamu tahu, aku sedang berada di sini?" tanya Quin sesaat setelah duduk di sofa.

Damar tak langsung menjawab melainkan tersenyum lalu berkata, "Apa kamu nggak ingin menawari tamumu ini minum dulu?"

Quin tergelak. "Minum? Kopi, teh, susu atau air putih?"

"Terserah kamu saja," sahut Damar.

Quin menunjuk gelas sisa minumannya tadi. "Kamu bilang terserah. Daripada mubazir, lebih baik kamu habiskan sisa air putihku itu saja."

"Tidak masalah," kata Damar lalu akan mengambil gelas itu. Namun, Quin segera beranjak dari tempat duduk seraya menahan tangan Damar.

"Don't do that. Aku hanya becanda. Mana mungkin aku memberi sisaku untukmu. Tunggu di sini sebentar, aku akan membuatkanmu kopi."

Saat akan melangkah, Damar memegang pergelangan tangan Quin. Sehingga membuat gadis itu mengernyit. "Ada apa?

Damar tak menjawab melainkan membawa Quin duduk di pangkuannya. Menatap lekat wajah polos sang asisten sembari mengelus jemarinya.

"Quin, terima kasih karena mau berteman denganku tanpa memandang fisikku sebelumnya. Sejak pertama kali kita bertemu, aku bisa merasakan kamu adalah gadis yang tulus. Apakah setelah kontrak kita berakhir, kamu masih ingin berteman denganku?"

"Tentu saja kita akan tetap berteman. Bahkan, setelah kamu mendapatkan pendamping hidup," sahut Quin.

'Aku ingin kamu yang menjadi pendamping hidupku. Hadirmu membawa energi positif bagiku,' batin Damar.

"Ck, aku ke pantry dulu. Oh ya, apa kamu sudah makan?"

"Sudah, sebelum ke sini tadi."

Quin mengangguk seraya beranjak dari pangkuan Damar. Ia pun ke pantry untuk membuat kopi.

Beberapa menit kemudian, Quin kembali ke ruang tamu lalu meletakkan secangkir kopi di atas meja. "Tuan, ini kopi untuk Anda," kelakar Quin. Ia memilih duduk di single sofa.

"Thanks, Quin," ucap Damar.

.

.

.

GC Cafe ....

Kinara dan Naira sedang mengobrol di cafe itu sembari menikmati makanan mereka.

"Nai, kamu nggak kerja?" tanya Kinar.

"Nggak, soalnya aku masuk malam. Seharian ini, aku merasa kesal banget!" gerutu Naira.

"Kenapa?"

"Gara-gara asisten pribadi Damar. Aku dan mamaku di suruh kembali bekerja di rumah utama," sahut Naira.

"Damar?" Kinar mengerutkan kening.

"Maksudmu ... Damar CEO Alatas Group?"

"Ya," sahut Naira.

Kinar tersenyum sinis. "Apa kamu menyukainya? Secara, siapa yang tidak mengenal pria itu. Palingan, asisten pribadinya cuma dijadikan pemuas nafsu," celetuk Kinar.

"Sejak dulu aku memang menyukainya," aku Naira.

Pandangan Kinar kini tertuju ke arah Angga juga Bram yang baru saja masuk ke tempat itu.

"Angga," ucapnya lirih memandangi pria itu bersama sang asisten.

"Oh ya, itu kan, Boss-mu?" kata Naira saat matanya mengikuti pandangan Kinar.

"Dulu, sekarang sudah tidak lagi. Aku sudah nggak bernaung di agensinya," aku Kinar dengan senyum miris.

Ada perasaan kesal saat mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Hanya karena Quin, karirnya di agensi Angga langsung berantakan.

'Kita lihat saja nanti, sampai kapan kamu akan mengabaikanku,' batin Naira.

.

.

.

QA Boutique ...

Adrian masih betah berada di butik itu bahkan seolah tak ingin beranjak dari tempat duduknya.

"Al," panggilnya.

"Hmm ... ada apa?" tanya Al yang sedang melanjutkan pekerjaannya.

"Apa Quin dan Pak Angga sudah lama bertunangan?" tanya Adrian.

"Ya, tiga tahun. Tapi, akhirnya Quin memilih mengakhiri hubungannya dengan pria brengsek itu!" jelas Al dengan perasaan kesal.

"Gitu ya," sahut Adrian.

"Ya begitulah. Pria pengkhianat memang sudah seharusnya disingkirkan. Jangankan Quin, aku juga akan melakukan hal yang sama jika pasanganku seperti Angga. Menjijikkan!" gerutu Al lalu menatap Adrian.

Mendapat tatapan dari sahabat Quin itu, Adrian mengusap tengkuk seraya menaikkan kedua alisnya. "Apa?"

"Tadi, kamu bilang, Quin sedang berada di apartemennya." Al menyipitkan mata.

"Lalu?"

"Tahu dari mana kamu, jika Quin sedang berada di apartemen-nya?" tanya Al penasaran.

"Kepo." Adrian menyentil kening Al kemudian beranjak. "Aku pamit karena akan kembali ke kantor."

"Hmm, thanks ya, untuk makanan siangnya," ucap Al. Ia mengantar Adrian sampai ke depan pintu butik.

.

.

.

Apartemen Quin ....

"Quin, maaf atas semua ucapan mamaku tadi pagi," ucap Damar.

"Aku memaklumi. Kamu bisa lihat sendiri kan, sejak pertama kali bertemu, beliau memang tidak menyukaiku," balas Quin merasa miris. "Sebaiknya kamu kembali ke kantor sekarang. Lagian kopinya juga sudah habis."

"Aku masih ingin di sini," tolak Damar dan enggan beranjak dari tempat duduknya.

"Baiklah, karena kamu sudah terlanjur berada di sini, kamu harus menurutiku," kata Quin.

"Never mind," timpal Damar lalu melepas kaca matanya.

Quin beranjak menghampiri Damar. Menarik kedua tangannya seraya berkata, "Ayo, ikut denganku."

"Ke mana?"

"Pokoknya ikut saja." Quin membawa Damar masuk kamar. Melepas Jasnya seraya meminta Damar duduk di hadapan cermin meja rias.

"Quin, kamu mau ngapain?" tanya Damar penuh curiga.

"Sudah, diam dan duduk tenang di sini. No protes," jawab Quin sembari tertawa. Ia membuka laci lalu meraih alat pencukur rambut juga gunting.

"Quin, jangan bilang kamu ingin memangkas rambutku!"

"Nah, Mr. Brewok, kamu sudah tahu jawabannya. Let's see, setampan apa wajahmu sehingga para gadis tergila-gila sebelum kamu merubah penampilanmu," bisik Quin sembari menempelkan pipinya ke pipi Damar.

'Gadis ini, selalu saja membuat jantungku berdebar kencang,' batin Damar. Memandangi pantulan wajah mereka di depan kaca.

Damar hanya bisa pasrah sekaligus menuruti keinginan gadis cantik nan manis itu.

"Bagaimana dengan pakaianku?"

"Nggak usah khawatir tentang pakaian. Nanti aku akan meminta Al membawakannya untukmu," pungkas Quin.

Damar hanya bisa pasrah saat Quin mulai memangkas rambut gondrongnya. Sesekali ia tersenyum karena gadis itu terus mengajaknya mengobrol sambil bercanda.

Kurang lebih satu jam, waktu yang dibutuhkan Quin untuk memangkas rambut serta merapikan brewok Damar.

Gadis itu memilih tak mencukur habis bulu lebat di wajah Damar, melainkan hanya menipiskan agar terlihat macho.

Sejenak, ia begitu tertegun memandangi wajah pria berdarah Indo Arab itu. Terlihat sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

"Oh, My God, Damar," ucap Quin nyaris tak terdengar. "Tunggu di sini sebentar, aku ambil handuk dulu."

Damar hanya mengangguk. Melepas kemeja sambil menatap pantulan wajahnya dari kaca.

Tak lama berselang, Quin menghampiri seraya memberikan handuk kepada Damar.

"Sebaiknya kamu mandi," pinta Quin dan dengan patuh Damar menurut.

Sembari menunggu, Quin mulai membersihkan sisa-sisa potongan rambut di atas lantai. Setelah itu, ia memilih berbaring di atas ranjang sambil memandangi langit-langit kamar.

"Tampan, kaya raya sekaligus seorang pembalap. Sayangnya, dia seorang player. Oh, My God ... sudah berapa banyak gadis yang ditidurinya," gumam Quin dengan hela nafas.

...----------------...

1
Memyr 67
ternyata nyonya zahira nyonya goblog. sudah 91 hari tapi tidak tau apapun tentang asisten pribadi anaknya.
Nanik Winarni
Luar biasa
Memyr 67
pasangan ibu dan anak bodoh. bi yuni dan naira. mimpi ketinggian. tapi biar saja, biar merasakan sakitnya sewaktu jatuh.
Memyr 67
hmmmh alur lambat ya?
Memyr 67
janji gombal angga. bilang sebelumnya, yg terakhir dengan kinara, malah diulang lagi
Memyr 67
kalau nyonya zahirah cerdas, selidiki donk quin. kalau berhubungan dengan harta, pelayan setia bisa tidak jujur juga.
Memyr 67
angga nggak mau jujur sih. nikmati saja kebohonganmu ke quin sampai entah kapan.
Memyr 67
mampir. awal yg menarik
min hana
tes
Ayu Wulansari
Luar biasa
Siti Masitah
quin..seperti ani ani tanggung
Memyr 67: aha ahahahhh setuju aq
total 1 replies
Siti Masitah
lepas dari biawak di tampung buaya...hadeeh ..quin..quin
Siti Masitah
bangke
Siti Masitah
pembokat gk tau diri
Ade Salamah Alam
thor maaf aku baru nemu novel nya..novel nya bagus tp maaf nih mau nanya aku yg salah atau memang dr part 45 langsung lloncat part 78 part 46-77 nya engga ada?
Dewi Dama
Luar biasa
Ria Pohan
perempuan kl sdh kecewa, sulit untuk percaya. kok gitu tah????!!!
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Nurlaila Hasan
kereen,,
Bu Dewi
berasa kurang, anak2 nya blm besar dan bgm pertemanan anak2 mereka...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!