NovelToon NovelToon
DIANA

DIANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aprilli_21

Diana, gadis manis yang harus merasakan pahit manisnya kehidupan. Setelah ayahnya meninggal kehidupan Diana berubah 180 derajat, mampukah Diana bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aprilli_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Libur sekolah

Sekolah libur panjang setelah penerimaan raport kegiatanku hanya membantu ayah bekerja dan bermain bersama adikku Milen pergi ke luar kota bersama orang tuanya dan tanpa Milen hariku terasa hampa.

Kala itu jarang sekali orang mempunyai HP tidak seperti jaman sekarang yang apa-apa serba ada dan semakin canggih.

Sore hari Ayah dan Ibu mengajak kami berjalan-jalan ternyata Ibu mengajak ke sebuah toko mainan aku dan adikku sangat senang sekali kami memilih mainan mana yang ingin kami beli sambil melihat-lihat aku tertarik dengan tongkat peri dan adikku memilih tembak-tembakan.

Setelah Ibu membayar di kasir kami langsung pulang kerumah dan sesampainya dirumah aku tidak sabar ingin memainkan tongkat peri tersebut.

Keesokan harinya aku menghampiri adikku yang bermain tembak-tembakan bersama Bang Rohman sambil melihatku mendekat Bang Rohman berkata

"Ndi coba tembak mata kakakmu!"

Aku yang mendengar ucapan Bang Rohman di buat tidak percaya dengan percaya diri yang tinggi aku melangkah maju karena aku berpikir adikku tidak akan tega menembak mataku dengan peluru yang ada d tembak tersebut tanpa basa-basi adikku mengarahkan tembaknya ke arahku dan aku yang masih berpikiran positif hanya melihat tindakan adikku tanpa berbicara sepatah katapun dan tiba-tiba...

Tepat sasaran peluru itu mengenai mataku aku terkejut tidak percaya adikku menembak mataku dan aku yang terkejut itupun langsung menangis sejadi-jadinya sedangkan adikku dan Bang Rohman tertawa terbahak-bahak akupun menahan emosi lalu memilih pergi dan berucap lirih

"Awas kalian!"

Aku tidak menceritakan kejadian itu kepada orang tuaku karena aku tahu kalau aku menceritakan hal seperti itu pasti Ayah akan marah besar dan aku memilih memendam itu semua.

Keesokan harinya saat aku asyik bermain tiba-tiba darah menetes dari lubang hidungku secepat kilat aku mengambil daun sirih dan mendongakkan kepala Ibu yang melihatku mendongakkan kepala bertanya

"loh Na kenapa Nak?"

Aku yang mendengar pertanyaan Ibu menjawab dengan entengnya

"Biasa Bu tiba-tiba mimisan."

Ibu yang mendengar perkataanku hanya membulatkan mulutnya dan berlalu pergi.

Aku sudah biasa akan hal seperti itu terkadang aku bertanya dalam hati apakah Ibu benar-benar sayang padaku atau hanya menjalankan perannya menjadi seorang Ibu.

Seringkali aku merindukan pelukan seorang Ibu dan seringkali aku merindukan nada halus nan lembut yang Ibu lontarkan untuk anak-anaknya.

Meskipun begitu aku bersyukur Ibu masih menyekolahkan ku dan memenuhi semua kebutuhanku di luar sana banyak anak yang menginginkan hidup layak dan sekolah seperti anak lainnya.

"Ya Allah aku memang tidak bisa memilih untuk lahir dari seorang Ibu seperti apa tapi terimakasih engkau memberikanku seorang Ayah yang penyayang panjangkan lah umur orang tua hamba Ya Allah agar hamba bisa merawat orang tua hamba saat menua kelak Aamiin."

Doaku dalam hati.

Setelah kurasa darah yang mengalir di hidungku berhenti aku memilih istirahat di kamar baru beberapa menit memejamkan mata Buyutku masuk ke dalam kamar dan menyuruhku melepas pakaianku dan menyuruhku tidur tengkurap ternyata Buyutku mau memijat tubuhku.

Sambil merasakan pijatan dari tangan Buyutku tak terasa aku tertidur lelap dan pagi harinya aku merasa tidak enak badan aku menghampiri Ibuku berharap Ibu melihat wajah pucat ku.

Harapan hanya tinggal harapan Ibu tidak berucap sepatah katapun dengan hati-hati aku memegang telapak kaki Ibu kucium telapak kaki Ibu dan aku tempelkan tepat di keningku berharap Ibu tahu bahwa badanku panas melihat tingkahku Ibu bertanya

"Kenapa Na?"

Dengan perasaan campur aduk aku menjawab

"Nana sakit Bu,"

Ucapku sambil menahan airmata agar tidak menetes lalu Ibu berkata

"Oh sakit ya sudah minum obat sana!"

Dengan perasaan tak menentu dan menahan pusing yang tak tertahankan aku kembali ke dalam kamarku benteng pertahanan ku pun jebol aku menahan isak tangis berharap suaraku tidak sampai terdengar Ibu dan pada akhirnya aku tertidur lelap.

Seminggu telah berlalu aku pun sudah sembuh dan aku tidak sabar menunggu hari senin karena sudah mulai masuk sekolah.

Aku merindukan Milen dan teman-teman yang lainnya aku ingin berbagi cerita dan pengalaman selama libur sekolah.

Hari yang di tunggu pun telah tiba aku yang begitu semangat ke sekolah berangkat lebih awal dan menempati kursi terdepan aku lebih suka duduk didepan daripada di belakang dan Milen juga selalu menuruti keinginanku itu aku bersyukur sekali memiliki teman yang selalu ada dan tidak pernah mempermasalahkan hal apapun kepadaku.

"Selamat pagi semuanya."

Ucapku kepada bangku-bangku kosong yang ada di dalam kelas aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku sendiri yang menurutku sangat absurd itu.

Sambil menunggu Milen datang aku memutuskan duduk melamun di tempat yang sudah aku persiapkan untuk Milen tiba-tiba teman sekelas ku yang bernama Aulia datang menghampiriku.

"Hai Nana sudah dari tadi?"

Aku yang hanyut dalam lamunan terhenyak mendengar sapaan dari Aulia lalu aku menganggukkan kepala dan aku tersenyum manis kepada Aulia.

Tiba-tiba Aulia mendekatiku dan bercerita tentang hal random dari ceritanya ada satu perkataan dia yang menyentil hatiku.

"Na Kamu kok bisa pinter sih, Ibuku bilang kepadaku 'Coba kamu lihat Nana walau dia tidak cantik tapi dia pintar seorang wanita itu harus seperti itu tidak cantik minimal dia harus pintar' aku mendengar ucapan Ibuku sendiri rasanya tersentil Na dan aku ingin seperti kamu,"

Ucapnya tanpa tahu bahwa aku sakit dengan ucapannya itu aku sadar bahwa aku tidak secantik Milen atau bahkan sekaya Milen akupun tidak les dimana pun bisa makan saja sudah Alhamdulillah sekali buatku.

Beberapa menit kemudian Milen datang menghampiri kami sedangkan Aulia memilih pergi dari situ aku merasa aneh kenapa setiap ada Milen anak-anak lain tidak ada yang mendekatiku walau hanya sekedar menyapa dan berbicara basa-basi tapi aku tidak memperdulikan itu semua untukku hanya Milen saja sudah cukup.

"Tadi Aulia ngapain menghampiri kamu Na?"

Tanyanya padaku yang seketika itu membuyarkan lamunanku

"Oh tidak apa-apa Len tadi Aulia cuma basa-basi saja kok."

Ucapku sambil tersenyum manis.

Hari pertama masuk sekolah masih tidak ada pelajaran semua murid pulang lebih awal tidak seperti biasanya sepulang sekolah Milen mengajakku bermain kerumahnya. Sesampainya di rumah Milen Tante Miska bertanya kepadaku

"Na kamu ngaji dimana?"

Tanyanya sambil memotong wortel

"Saya ngaji di TPQ Al-ikhlas Tan,"

"Kamu ngaji diantar apa jalan kaki?"

"Saya jalan kaki Tan bersama adik dan sepupu saya,"

Mendengar jawabanku Tante Miska menghentikan aktivitasnya lalu menoleh kepadaku.

"Ada sepeda Milen yang tidak terpakai kamu mau tidak?"

Dengan mata berbinar-binar aku menganggukkan kepalaku dan Tante Miska menyarankan untuk memperbaiki ban sepedanya saja sedangkan untuk onderdil yang lain tidak ada kerusakan.

Matahari berada tepat di atas kepala aku memutuskan untuk pulang sebelum Ayahku menjemput ku dengan perasaan bahagia aku melajukan langkahku dengan semangat agar segera sampai dirumah.

Sesampainya dirumah aku menceritakan semua yang di ucapkan Tante Miska kepadaku keesokan harinya aku dan ayahku kerumah Milen di temani oleh Milen mengambil sepeda dirumahnya.

"Assalamualaikum," Ucap ayahku

"Waalaikumsalam eh Ayahnya Nana ya silahkan masuk Pak,"

Ucap Tante Miska kepada ayahku tanpa basa-basi Tante Miska menunjukkan sepeda yang akan diberikan kepadaku lalu ayah langsung mengambil sepeda yang di maksud Tante Miska dan langsung membawanya kerumah tak lupa ucapan terimakasih ayah sampaikan kepada Tante Miska akupun tidak ada henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada Milen.

1
♈SANG PENDONGENG 💻
berfikir bukan berpikir
♈SANG PENDONGENG 💻
kata tau di ganti jadi tahu
♈SANG PENDONGENG 💻
putra putri tidak perlu tanda penghubung
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan tak tapi tidak
♈SANG PENDONGENG 💻
Bagus, seperti ini yg q mau jadi enak di baca n ngehalu nya gampang masuk, lanjut kan halu mu thor 🤣🤣🤣🤣
A_R21: terimakasih suhu atas bimbingannya /Smile/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
untuk penjelasan percakapan setiap akhir kalimat gunakan tanda baca titik ( . )
Listya ning
Haiii
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya
A_R21: salam kenal kak Listya, terimakasih sudah mampir /Smirk/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan rampung tapi usai
A_R21
terimakasih suhu
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan kabur tapi pergi
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan aja tapi saja
♈SANG PENDONGENG 💻
kurang kata hati
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan banget tapi sekali
♈SANG PENDONGENG 💻
untuk sebutan kata ibu, ayah, kakek, nenek, mbak, tante, om, mas dll menggunakan huruf kapital di awal nya
♈SANG PENDONGENG 💻
kata dik menggunakan huruf kapital depan nya
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan tetep tapi tetap
♈SANG PENDONGENG 💻
gunakan tanda baca koma ( , ) bila di paragraf selanjut nya masih berlanjut percakapan nya dan gunakan tanda baca titik di akhir paragraf bila di paragraf selanjut nya bukan percakapan
♈SANG PENDONGENG 💻
gunakan tanda baca titik ( . ) di setiap akhir penjelasan dari percakapan.
♈SANG PENDONGENG 💻
hahaha nama nya kayak tower di apartemen q tinggal azalea
A_R21: iyakah? /Facepalm/ kebetulan apa gmn itu? /Joyful/
total 1 replies
♈SANG PENDONGENG 💻
bukan sembari tapi sambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!