Anin akhirnya menemukan alasan yang mungkin menjadi penyebab suaminya bersikap cuek terhadapnya. Tidak lain adalah adanya perempuan idaman lain yang dimiliki suaminya, Kenan.
Setelah berbicara dengan sang suami, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Anin meminta suaminya untuk menikahi wanita itu.
" Nikahilah ia, jika ia adalah wanita yang mas cintai," Anindita Pratiwi
" Tapi, aku tidak bisa menceraikanmu karena aku sudah berjanji pada ibuku," Kenan Sanjaya.
Pernikahan Anin dan Kenan terjadi karena amanah terakhir Ibu Yuni, ibunda Kenan sekaligus ibu panti tempat Anin tinggal. Bertahannya pernikahan selama satu tahun tanpa cinta pun atas dasar menjaga amanat terakhir Ibu Yuni.
Bagaimana kehidupan Anin setelah di madu? Akankah ia bisa menjaga amanah terakhir itu sampai akhir hayatnya? Atau menyerah pada akhirnya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAT 19 Istikharah Cinta
Menjaga Amanah Terakhir (19)
" Untuk masalah panti,kamu lebih tahu. Hanya saja aku ingin kamu tidak terlalu memberi banyak kepercayaan padanya,"
Kenan memberikan masukan. Wanita yang ditemui istrinya itu, pernah ia lihat beberapa kali berada di hotel miliknya dengan laki-laki yang berbeda.
Tentu saja itu membuatnya berpikir macam-macam. Apalagi sikapnya pada semua laki-laki itu terlalu intim jika dikatakan sebatas teman atau rekan kerja saja.
Lalu, tadi ia bisa melihat tatapan wanita itu padanya. Tatapan tertarik pada lawan jenis.
"Boleh tahu alasannya?," tanya Anin.
Anin juga tidak mau salah memberi kepercayaan. Apalagi ia sudah lama tidak bertemu teman lamanya itu.
Kenan tersenyum. Ini yang ia suka dari Anin. Ia selalu mendengar pendapatnya. Sedangkan Laras?
Ok. Berhenti membandingkan mereka, Kenan. Mereka berdua memang berbeda. Laras pilihanmu yang harus kamu terima apa adanya.
Kenan mengingatkan dirinya dalam hati. Sebanyak apapun kekecewaan ia pada Laras, selama tidak melanggar syariat Islam,ia akan terima. Itu tugasnya sebagai imam Laras.
"Hufft ," Kenan benar-benar tak bisa untuk tidak membandingkan. Setelah ia memperbaiki hubungannya dengan Anin, banyak yang ia kagumi. Tanpa sadar selalu membandingkan ia dan Laras yang semakin kesini semakin berubah saja sikapnya.
Kenan pun menjelaskan apa yang ia lihat. Ia hanya khawatir wanita itu memanfaatkan istrinya saja. Apalagi dari Anin sendiri, Kenan tahu bahwa sang istri tidak tahu alasan di balik perceraian temannya itu dengan mantan suaminya.
" Baiklah, mungkin aku akan memantau dulu selama sebulan ini," Anin tak ingin gegabah.
Kenan manggut-manggut.
" Oh iya, Tante Najma memberi tahu bahwa besok ada acara di Villa. Katanya kita di minta langsung datang kesana," jelas Kenan
" Acara apa?,"
" Katanya ada pertemuan dua keluarga. Membahas rencana pernikahan Reina dan Samudera. Sekalian berlibur untuk bisa lebih saling mengenal satu dan lainnya,"
" Oh, berarti kemungkinan besar menginap ya?," tebak Anin.
" ya, begitulah."
" Kalau aku sih terserah. Kalau mas sibuk dengan pekerjaan mas di hotel, aku mungkin bisa ikut om Ardi saja."
Besok adalah Senin yang otomatis suaminya mulai kembali sibuk ke rutinitasnya. Namun, tidak ikut pun rasanya tidak enak dengan keluarga dari adik mendiang ibu mertuanya itu.
Kenan menggelengkan kepalanya. "Aku akan ikut. Ini acara penting bagi Reina, kan?,"
Anin mengangguk. Tiba-tiba ia teringat adik madunya. Akankah istri kedua suaminya itu datang juga? Lagipula ini acara keluarga dan Laras adalah bagian dari keluarga sekarang.
" Em...boleh aku tanya sesuatu?" tanya Anin sedikit ragu.
Jika Laras ada di acara itu nanti, ia tak mau ikut. Alasannya,pasti akan canggung sekali. Ia lebih nyaman untuk tidak bersinggungan dalam satu acara dengan adik madunya. Itu jauh aman untuk kesehatan mentalnya.
" Tentu, kenapa harus izin?,"
Anin menghembuskan nafasnya perlahan. "Apa istri keduamu ikut, mas? Ini kan acara keluarga?,"
" Tidak," jawab Kenan yakin. "Esok sampai Rabu kan masih jadwalku denganmu. Lagipula, Laras sudah ada acara sendiri," bohong Kenan.
Tantenya sudah memberi peringatan dari awal agar tidak mengajak Laras alam acara ini. Ia belum bisa menerima istri kedua Kenan itu.
Kenan maklum dan tak ingin memaksa. Berharap seiring berjalannya waktu,Laras bisa di terima keluarganya.
" Baiklah kalau begitu." jawab Anin mengangguk. " Maaf sebelumnya jika aku memastikan. Karena rasanya aku tidak siap jika berada dalam satu acara yang sama dengannya," Anin jujur. Lebih baik mengatakan terus terang kan.
Anin hanya membayangkan jika mereka berada dalam satu acara yang sama, Anin akan menjadi orang asing. Sekalipun hubungannya dengan Kenan sudah jauh lebih baik dengan komunikasi yang bagus pula.
Namun, Anin ragu akan baik-baik saja jika harus melihat keintiman keduanya. Bagaimana pun hubungan mereka jauh lebih baik kan? Saling mencintai dari awal.
Kenan tak marah. Ia pun tak mempermasalahkan.
...******...
Kenan akhirnya memutuskan untuk pergi keesokan paginya. Mereka tidak pergi bersama dengan tantenya, tapi janjian di Villa saja.
" Sudah dipastikan tidak ada barang yang tertinggal?," tanya Kenan saat ia memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.
" Sepertinya tidak," jawab Anin melihat daftar barang yang ia tulis di kertas. Semua sudah di ceklis yang artinya sudah masuk ke mobil.
" Ya, sudah ayo kita berangkat sekarang,"
Kenan membuka pintu samping kemudi dan memastikan Anin masuk dan duduk dengan nyaman. Ia pun memasangkan sabuk pengaman hingga Anin harus menahan nafas karena jarak ia dan Kenan yang sangat dekat
Jantungnya selalu bekerja lebih cepat jika berada dekat seperti ini.
" Ok,sudah aman,"
Kenan menutup pintu mobil dan ikut masuk ke mobil dan duduk di depan kemudi.
Sengaja tidak menggunakan supir agar ia bisa menikmati perjalanan hanya berdua. Ini pertama kalinya ia melakukan perjalanan keluar kota dengan istri pertamanya ini.
Berbeda dengan Laras yang tentunya sudah sering apalagi saat Laras masih berkerja di hotel.
" Mau mendengarkan musik?," tawar Kenan karena merasa suasananya terlalu hening.
" Boleh. Lagu nasyid?,"
" Ok. Mau lagu siapa?," padahal Kenan tak tahu satupun penyanyinya.
" Dari ponselku saja,"
" Baiklah,"
Tanpa mengecek kembali judul lagunya, Anin langsung mengklik lagu terakhir yang ia dengar.
Keduanya diam saat alunan musik terdengar hingga Anin sadar apa lagu nasyid yang sedang diperdengarkan.
" Aku ganti dulu," Anin tampak gugup.
" Kenapa?,"
" Tidak,"
" Ya sudah biarkan saja," jawab Kenan karena penasaran melihat kegugupan Anin.
Sementara Anin hanya membuang muka ke arah jendela. Malu.
Bersaksi cinta di atas cinta
Dalam alunan tasbihku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman di malam sunyi penuh doa
Sebut nama-Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman
Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjuk-Mu
Satu nama teman setia
Naluriku berkata (naluriku berkata)
Di penantian luahan rasa
Teguh satu pilihan (teguh satu pilihan)
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
Ho-oo ho-oo-oo
Bersaksilah cinta
Di atas sajadah cinta yang kupilih
Bersaksilah
Bersaksilah
Bersaksilah cinta
Bersaksilah
Bersaksilah cinta
(bersaksilah cinta) (Hoo- oo)
Bersaksi cinta diatas cinta
Dalam alunan tasbihku ini
Menerka hati yang tersembunyi
Berteman di malam sunyi penuh doa
Sebut nama-Mu terukir merdu
Tertulis dalam sajadah cinta
Tetapkan pilihan sebagai teman
Kekal abadi hingga akhir zaman
Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjuk-Mu
Satu nama teman setia
Naluriku berkata
Di penantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
(Hu-uu, hu, woo-oo)
Istikharah cinta memanggilku
Memohon petunjuk-Mu
Satu nama teman setia
Naluriku berkata
Dipenantian luahan rasa
Teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku
Dalam mahabbah rindu
Hu- wo-ooo
Di istikharah cinta
Kenan penasaran ingin bertanya namun, ia masih menikmati lagunya.
" Apa persetujuanmu saat menerima pinangan ibuku untukku juga melalui tahapan ini? Istikharah?," Rasa penasaran membuat Kenan akhirnya bertanya karena entah mengapa untuk seorang Anin rasanya ia tak mungkin gegabah mengambil keputusan bukan?
TBC