Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Ketika Arumi sibuk di dapur, HP-nya terus berbunyi entah sudah yang ke berapa kali. Arumi mengabaikan karena begitu yakin pasti ibunya yang menghubunginya sepagi ini, lelah mendengar HP-nya terus berbunyi Arumi pun melihat siapa yang menghubunginya.
"Loh Mas Arka, tumben ada apa ya?" ujar Arumi, karena penasaran Arumi menerima sambungan telepon tersebut.
"Hallo Mas Arka, ada apa?" tanya Arumi tanpa basa basi
"Kamu beneran gak punya uang lima puluh juta itu?"
Arumi menghela napas panjang, uang lagi uang lagi yang di tanyakan.
"Gak punya, Mas Arka gak lupa kan siapa suami Arumi? Mas Ibrahim itu cuma petani loh" jawab Arumi dengan menekan kata-katanya
"Tapi kemarin suami kamu bisa kasih sapi sama kambing, itu artinya duit suami kamu banyak donk"
"Itu gak seberapa dengan apa yang Mas kasih buat bantu acara Arham, kan Mas sendiri yang bilang jika Mas Ibrahim itu miskin. Apa gak mau minta sama orang miskin?"
"Kamu berubah Arumi, kenapa kamu jadi sombong sekali?" bentak Arka
"Loh aku begini kan belajar dari Mas Arka dan Mbak Laras" sahut Arumi, sambungan telepon langsung terputus.
Setelah itu, Arumi melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi. Tanpa terasa kini matahari sudah di atas kepala, siang ini Arumi bermaksud ingin mengantar makanan pada suaminya yang kebetulan masih berada di kebun.
Tak masalah Arumi ke kebun, toh jarak ke kebun dan rumah mereka tak begitu jauh. Sesampai di kebun Arumi kaget melihat ibunya dan Arka sedang berbicara sama suaminya, namun lebih tepatnya ibunya dan Arka seperti sedang mengintrogasi suaminya.
"Ada apa ini?" tanya Arumi dengan berkacak pinggang
Ibunya dan Arka terkejut melihat kehadiran Arumi, mungkin keduanya berpikir Arumi tak akan datang ke kebun. Namun itulah filing seorang istri begitu kuat, sehingga bisa mengetahui suaminya dalam situasi bahaya yaitu di ganggu ibunya dan Arka.
"Ibu ada perlu sama Ibrahim, jadi gak ada hubungannya sama kamu" sahut Ibunya Arumi dengan ketus
"Ada apa, Mas?" tanya Arumi menatap suaminya
"Mereka mau pinjem duit" jawab Ibrahim
"Ibrahim kamu apa-apaan sih, ini tuh gak ada hubungannya sama Arumi karena kamu kepala keluarga disini" ujar Arka
Kening Arumi berkerut tak mengerti dengan ucapan Arka.
"Memangnya ada hubungannya antara pinjem duit sama kepala keluarga?" tanya Arumi
"Loh jelas ada hubungannya, kan yang cari uang Ibrahim. Jadi urusan uang harus Ibrahim yang mengaturnya"
Arumi tertawa mendengar jawaban dari Arka, sambil geleng-geleng kepala. Ada orang berpikir begitu, padahal Arumi tau keuangan Arka juga di atur oleh istrinya sehingga jika mau apa-apa Arka harus nadah dulu sama istrinya.
"Kenapa kamu ketawa, kan benar yang di katakan Arka barusan" ujar Ibunya Arumi
"Coba Ibu tanya sama Mas Arka, keuangannya siapa yang ngatur istrinya atau Mas Arka sendiri"
Arka terdiam tak berkutik, karena Arumi mengetahui kalau keuangannya di kelola oleh istrinya.
"Laras kan istri Mas mu jadi sudah sepantasnya mengatur keuangan" sahut Ibunya Arumi
Arumi tersenyum kecut, tak mengerti dengan jalan pikir ibunya. Laras di bela karena istri Arka jadi sudah sepantasnya mengatur keuangan, jadi Arumi istri Ibrahim tak pantas mengatur keuangan padahal posisi sama-sama seorang istri.
"Jika Mbak Laras pantas, tentu Arumi juga pantas mengelola seluruh keuanganku"
Arumi tersenyum senang mendengar jawaban suaminya, karena Arumi sangat paham karakter suaminya yang tak akan tinggal diam jika harga diri mereka berdua di injak-injak oleh keluarga Arumi maupun orang lain di luaran sana.
"Bukan begitu maksud ibu, tapi...."
"Maaf, Bu. Ibrahim gak bisa bantu, yang akan menikah itu kan Arham. Kenapa bebannya hanya di limpahkan pada Arumi saja, bukankah Mas Arka dan Mbak Laras orang kaya. Kenapa gak minta sama mereka saja, aku ini cuma petani Bu. Aku miskin, seperti yang selalu kalian katakan. Apa kalian gak malu mengemis sama orang miskin ini?"
Ucapan menohok dari Ibrahim membuat ibunya Arumi dan Arka terdiam, Arumi masih tersenyum karena sangat yakin bahwa ibunya dan Arka kena mental. Ibunya Arumi langsung marah pada Ibrahim, bahkan mengungkit-ungkit jika bukan karena restunya tentu Ibrahim dan Arumi tak akan menikah.
Apalagi Arumi dari keluarga terhormat dan terpandang di kampung mereka, bahkan berpendidikan tinggi hingga S1. Berbeda jauh dengan Ibrahim yang memang hanya lulus SMA, meski kenyataannya Ibrahim sanggup kuliah hanya saja ketika ingin kuliah dulu Ibrahim kabur dari rumah.
Karena di paksa mengambil jurusan DOKTER, sementara bidang Ibrahim bukan disitu. Ibrahim juga sadar antara dirinya dengan kedua kakaknya hanya dirinya yang IQ tak seberapa, makanya tak sanggup untuk mengambil tanggung jawab yang besar dari sang kakek.
Makanya jalan satu-satunya Ibrahim memilih kabur dari rumahnya, bahkan kaburnya Ibrahim tak tanggung-tanggung. Kota Jakarta ke Kota Pagaralam memakan waktu yang sangat lama, bahkan harus naik bus berapa kali dan di perjalanan bisa tiga hari tiga malam.
Tapi Ibrahim juga bersyukur tiba di kota Pagaralam bisa sukses juga meski berbeda sendiri dari keluarga-keluarga, Abinya mantan kepala sekolah, Uminya pemilik sekolah TK, Naya penulis novel terkenal, dan Nara motivator wanita di seluruh dunia.
"Bukannya dari awal Ibu memang tidak setuju Arumi menikah dengan Mas Ibrahim, tapi karena Arumi yang tetap memilih Mas Ibrahim akhirnya Ibu setuju apalagi dengan syarat harus keluar dari rumah Ibu" sahut Arumi
"Sudahlah, Bu. Sekarang kita pulang saja, wajar jika Arumi bersikap seperti itu karena dia bukan bagian dari kita"
Deg
Arumi langsung menatap ke arah ibunya dan Arka, apa maksud perkataan Arka barusan. Ibunya dan Arka segera pergi dari sana, Arumi yakin setelah ini akan ada drama yang lebih panjang lagi di permainkan oleh ibunya dan saudara-saudaranya nanti.
"Mas apa maksud dari perkataan Mas Arka tadi?" tanya Arumi pada suaminya
"Jangan di pikirkan, sayang. Mas Arka berkata seperti itu karena tidak dapat apa yang dia mau" ujar Ibrahim membelai kepala istrinya yang terhalang jilbab
"Maafin kelakuan ibu ya, Mas"
"Tidak apa-apa, sayang. Tapi Mas bersyukur kamu sangat berbeda dari ibu dan saudara-saudaramu yang lain, mungkin sifat dan sikapmu seperti almarhum bapak"
"Tapi selama bapak masih hidup, bapak tipikal orang yang cuek dan diam. Menurut Arumi kurang peduli dengan keadaan sekitar, tapi gak tau sewaktu Arumi masih kecil dulu"
"Mungkin bapak punya beban pikiran yang sangat banyak sehingga diam, tapi tetap doakan saja bapak yang sudah tenang disana"
Arumi mengangguk
happy ending juga....
cerita yg bagus