"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Es Vs Api
“Aku itu ilmuwan sejak umur 5 tahun loh.” Kazuto tersenyum dan mengankat wajahnya hingga menatap ke atas. Lagipula bukan saatnya dia jujur untuk memberitahu bahwa dirinya berasal darimana. Namun yang pasti, dia memberikan sebuah raut wajah yang menunjukkan bahwa dirinya enggan untuk memberitahu.
“Dan buku itu ....” Calister penasaran dengan tumpukan buku di hadapannya.
“Tentu saja, tapi beberapa agak rumit kamu mengerti.”
“Aku tidak peduli.” Calister ngotot.
Kazuto hanya bisa mengangguk dan menyerahkan segala pengetahuan itu kepada Calister. Bukan masalah untuk menyerahkan segala pengetahuan ini. lagipula apa yang dia tulis merupakan pengetahuan dasar menengah. Dan dirinya juga masih belum mencatat pengetahuan menengah ke atas. Hebat jika Calister langsung bisa mendalami pengetahuan menengah ke atas secara langsung.
Lagipula Kazuto akan meminta Calister untuk menjadi seorang guru atau pendidik bagi anak-anak. Pengetahuan umum harus diberikan kepada mereka agar mereka bisa mengetahui rahasia alam yang mengagumkan. Juga ini agar bisa beradaptasi jika suatu saat Kazuto
“Kamu belajar terlebih dahulu. Aku ingin melihat pertarungan para penyihir.”
“Siap tuan! Aku akan menggali seluruh pengetahuan ini hingga tidak tersisa!” Calister tampak seperti orang gila secara tiba-tiba ketika dia menerima segala pengetahuan tersebut.
Sementara Cornel merasa bahwa, apa yang dikatakan Kazuto benar, bahwa dirinya tidak perlu rendah diri jika tidak memiliki sihir. Dirinya bisa mencapai apapun dengan ilmu pengetahuan.
Tapi memang seperti itu, Kazuto yang saat ini berjalan keluar dengan diikuti oleh Cornel, berpikir bahwa sebenarnya pengetahuan lebih berbahaya dari apapun itu. Dulu, peperangan hanya mengandalkan dengan pedang dan batu, kemudian pengetahuan semakin luas menjadi perang senjata api, hingga puncaknya perang menjadi perang nuklir. Kazuto sekalipun yakin, bahwa sekalipun penyihir terkuat berdiri di tengah kota Hiroshima tahun 1945, entitasnya pasti tidak akan bisa bertahan. Sekalipun bertahan, radioaktif akan membunuhnya secara perlahan-lahan.
............
Helen melawan Theo sang penyihir es? Siapa yang akan menurut kalian. Ini adalah sebuah sihir yang seimbang antara elemen. Yaitu elemen api dan juga es.
Pertarungan memang telah dimulai beberapa waktu yang lalu, tapi saat ini, banyak sekali bongkahan es dan beberapa tanaman yang hangus terbakar. Kazuto agaknya terlambat dalam pertarungan ini.
Theo tersenyum, dia dengan bersemangat mengulurkan tangannya, puluhan kristal es muncul dengan ujung yang begitu runcing. Ketika salah satu tangannya dia lemparkan, puluhan kristal es itu pada akhirnya melesat ke arah lawannya, yaitu Helena.
Sementara Helen masih berdiri tegak. Sekarang kekuatan apinya jauh lebih kuat dibandingkan yang sebelumnya. Berkat Ryugard, sihir api milik Helen memiliki peningkatan suhu yang intens. Sehingga es sekalipun bukanlah apa-apanya.
Apalagi ketika dia mengulurkan tangannya, sebuah sihir kobaran api melebar, melahap semua es ang melesat ke arahnya. Seranganpun berhasil diblokir dengan begitu mudah. Dalam hal ini, Helen pun tersenyum, mengulurkan tangannya lagi, mengeluarkan serangan berikutnya.
Akan tetapi lawannya juga pantang menyerah. Sekalipun lawannya adalah memiliki elemen yang begitu kuat, dia tidak mudah untuk takluk. Dia pun mendekat, berlari ke arah samping untuk menghindari serangan api tersebut. Saat itu juga, dia mengayunkan tangannya ke depan, bongkahan es berujung runcing keluar dari tanah dan mengarah ke arah Helen.
Helen yang tidak sempat mengeluarkan sihir api miliknya, kemudian dia melompat mundur ke belakang. Sayangnya Theo tetap mengayunkan tangannya ke depan dari jarak yang begitu dekat sehingga Helen tidak diberi waktu untuk beristirahat apalagi untuk sekadar mengeluarkan sihir api miliknya.
Hal itu pula yang membuat Helen merasa begitu kesal. dia hanya bisa dipukul mundur oleh bongkahan es berujung runcing yang terus keluar dari tanah dan mengarah kepadanya. Apalagi dirinya juga tidak sempat untuk mengeluarkan sihir api untuk perlawanan. Hingga pada akhirnya, bongkahan es itu muncul dengan cepat dan menggores lengan Helen hingga berdarah. Itupun ketika Helen sedang melompat ke belakang.
Saat ini, penonton dari pihak pendatang yang terdiri dari Zhayn, Viona dan juga Ravian bersorak senang karena rekan mereka, yaitu Theo berhasil melukai lawannya. Sementara Selena, Sahal dan Laura mungkin agak khawatir dengan Helen yang terluka seperti itu.
Kazuto? Kazuto hanya diam bersedekap setelah dia datang beberapa menit yang lalu. Dan sebenarnya dia tidak merasa begitu khawatir, karena Elynore berada di sini.
Helen pun berdecak begitu kesal, sementara Theo tersenyum meraih kemenangan. Tapi Helen belum merasa bahwa dirinya kalah, sehingga saat lengah seperti ini, dia mengayunkan tangannya ke depan.
Ibarat melemparkan sebuah pasir, Helen pun tampak mengobarkan api seperti pasir yang dilemparkan. Kobarannya menyebar ke atas samping hingga mengalihkan pandangan. Selain mengaburkan pandangan itu juga membuat Theo terkejut dan melompat mundur. Kemudian, Helen pun menatapnya dengan sinis dan akan membalasnya dengan cara yang sama.
Dimana Helen mengayunkan kedua tangannya secara bergantian dari jarak yang begitu dekat, sehingga api akan terus terayun, terkobar ke arah Theo tanpa ampun. Hal itu pula membuat Theo merasa di pukul mundur dan tidak memiliki waktu untuk membalasnya.
“Rasakan ini sialan!” dalam serangan terakhir, Helen pun mengulurkan kedua tangannya. Api tampak seperti tinju yang keluar dari kedua tangannya, mendorong udara kosong ke depan hingga kemudian mengenai perut Theo hingga Theo terlempar ke belakang.
Sayangnya Theo masih bertahan, dimana dia langsung berdiri setelah terjungkal-jungkal di atas tanah. Tanpa berpikir panjang sekalipun, dia melemparkan puluhan kristal es berujung runcing depan.
Hingga pada akhirnya, kedua serangan itupun beradu sangat kuat. hingga merusak apapun yang ada di sekitarnya. Itu berlangsung hingga beberapa menit yang mengakibatkan sebuah serangan tersebut menjadi sebuah serangan yang begitu sengit sehingga mereka tidak ada yang mau kalah.
Api terus dikobarkan, es tetap di lemparkan, keduanya beradu secara mengerikan. Gemuruh terdengar nyaring padahal hanya sekelas pertarungan penyihir kelas rendah. Tapi bisa mencapai yang seperti ini?
Kazuto agak bingung di sini, kemudian dia mendekat pada kelompok pendatang dan berbicara pelan.
“Jika Theo sekuat ini, kenapa dia bisa tertangkap dan dijadikan tawanan?”
Zhayn agak berkata dengan dingin, “Mereka terlalu kuat untuk dilawan. Karena mereka memiliki kelompok penyihir yang begitu banyak.”
“Memangnya apa sih kejahatan Theo?”
“Kami hanya tidak patuh kepada kekaisaran. Kami hanya sekadar mengkritik kebijakan yang di anggap merugikan. Ayah Viona, dianggap tidak patuh terhadap gereja karena mengkritik mereka.”
“Hanya segitu saja? apa-apaan itu para penguasa.”
“Tolong jangan menjilat ludah diri sendiri tuan. Suatu saat Anda tidak menutup kemungkinan juga menjadi anti kritik.”
“Ada ada saja. aku ini bukan pemimpin otoriter.” Kazuto tersenyum dan membalasnya, dia bahkan tidak marah yang menunjukkan bahwa apa yang dikatakan memang benar. “"Aku akan jadi pemimpin yang demokratis! Anti kritik? Itu bukan gayaku. Dan aku akan mengedepankan semua pendapat setiap penduduk desa. Sekalipun kamu mengkritikku habis-habisan, itu adalah hak suara setiap manusia.”
Mendengar hal itu, mata Zhayn langsung terbuka lebar. Desir darahnya mengalir deras yang membuat dia merasa merinding. Dirinya juga menelan ludah secara kasar ketika ucapan Kazuto begitu meyakinkan.
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan