Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33- Perubahan Gadis
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Najwa yang baru masuk kedalam kamarnya terkejut melihat Gadis ada disana, dan tampak sedang menggeledah lemarinya.
"Gadis? Kamu ngapain dikamar mama?" dengan bingung, Najwa berjalan mendekati sang putri.
"Nggak ngapa-ngapain, cuma lagi nyari-nyari baju aja." Gadis menjawab asal-asalan dan tanpa menoleh menatap sang ibu, karena sedang fokus melihat-lihat koleksi baju dalam lemari itu. Dia meraih sebuah baju yang masih terpasang hanger.
"Ini baju Mama waktu masih muda kan? Pinjam ya." dengan cerianya Gadis memperlihatkan midi dress berwarna krem bermotif polos.
"Kamu pinjam baju Mama buat apa, sayang?" tanya Najwa heran.
"Ya buat dipakek lah, Mah. Masak buat dikasih ke orang-orangan sawah."
"Memangnya kamu mau kemana? Kok, sampai mau pakek baju Mama?"
"Mau les."
"Les? Kamu mau les apa?" Najwa terkejut dan bingung mendengar jawaban putrinya.
Pasalnya, dari dulu dia dan suaminya sudah mendaftarkan Gadis ke berbagai les. Namun tidak ada satupun yang dia ikuti dengan benar, hingga akhirnya semua guru les menyerah dalam mengajarinya.
"Aduh, Mama nih kebanyakan nanya ya, udah kayak polisi. Udah ah, aku udah telat nih. Pergi dulu ya, Mah." Gadis mencium pipi sang mama sebelum berlari keluar dari sana.
Najwa tertegun menatap kepergian putri semata wayangnya. Dia masih tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi pada anak itu? Kenapa dia bisa berubah drastis seperti ini?
🌻🌻🌻🌻🌻
"Selamat sore, Bu."
Bu Santi terpana melihat sosok tamu begitu dia membuka pintu rumahnya. Seorang gadis cantik mengenakan midi dress, dengan rambut panjang yang terurai dengan aksesoris berupa jepit rambut pada salah satu sisi kepalanya. Kakinya terbalut sepatu flatshoes dengan warna senada dengan pakaiannya.
"Kamu, kamu siapa? Kok, wajahnya seperti tidak asing ya?" bu Santi mengamati gadis itu dari wajah hingga ujung kaki. Berusaha mengenali dan mengingat sosoknya yang terasa familiar.
"Ibu, ngelawak aja. Masak baru beberapa hari udah lupa sama Gadis," celetuk Gadis sambil tersenyum dengan manisnya.
"Hah? Kamu, Gadis?" terkejut, bu Santi memastikan dengan menunjuk Gadis menggunakan jari telunjuknya.
Gadis menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu dengan senyuman.
"Siapa, Bu?" terdengar suara Yusuf yang tiba-tiba muncul disana.
"Gadis?" Yusuf kembali terpana melihat Gadis.
"Selamat sore, Pak Yusuf." Gadis menyapa dengan manisnya.
"Selamat sore," jawab Yusuf dengan senyum lembut.
"Gimana, Pak? Saya datangnya telat tidak?"
"Tidak kok, malah kamu datangnya lebih awal."
"Terus, gimana dengan penampilan saya? Sudah cantik dan mirip perempuan belum?" dengan senyum malu, Gadis melebarkan dressnya untuk meminta penilaian. Dia tidak begitu peduli dengan penilaian orang lain. Namun penilaian Yusuf lah yang sangat ingin dia dapatkan.
"Tentu saja. Kamu sangat cantik. Dan saya yakin, semua perempuan yang melihat kamu, pasti akan iri dengan kecantikan kamu," jawab Yusuf jujur. Pujiannya membuat Gadis semakin tersipu malu.
"Bapak bisa aja."
"Ya sudah, ayo masuk. Kita mulai lesnya sekarang."
Gadis mengangguk menerima ajakan pria itu. Namun baru hendak melangkahkan kakinya, bu Santi sudah kembali angkat bicara.
"Tunggu dulu. Les? Les apa yang kamu maksud, Suf?" tanyanya bingung.
"Pak Yusuf gimana sih? Kan les ini ide Bapak sendiri. Tapi, kok malah belum bilang apa-apa sama Ibu?" protes Gadis dengan wajah cemberut.
"Saya minta maaf ya, saya lupa kasih tau Ibu. Lebih baik, sekarang kamu masuk dulu, biar saya dan Ibu buatkan minuman. Silahkan."
🌻🌻🌻🌻🌻
"Jadi, sekarang kamu sudah tidak bekerja lagi di perusahaan itu, tapi di sekolahnya Gadis sebagai gurunya?" tanya bu Santi yang terkejut mendengar cerita Yusuf.
Yusuf mengangguk mengiyakan.
"Kok bisa? Kamu dipecat?"
"Ya... Begitulah, Bu. Pokoknya ceritanya panjang. Yang jelas, Ibu tidak perlu khawatir, karena aku janji akan bekerja keras supaya bisa naik jabatan sebagai karyawan tetap," tekad Yusuf dengan yakinnya.
"Terus, kenapa kamu kasih les buat Gadis? Dan, Ibu kok merasa, ada yang beda ya sama dia?"
"Aku hanya ingin membantunya saja kok, Bu. Supaya dia bisa mengubah kelakuannya, dan tahun ini dia bisa lulus."
"Memangnya, dia sudah berapa lama tidak lulus sekolah?"
"Tiga tahun."
"Astaghfirullah hal azzim." bu Santi terkejut mendengar jawaban putranya.
"Makanya, sekarang aku ingin membantu membimbing dan mendidiknya. Biar bagaimanapun juga kan, dia pernah membantu kita waktu Ibu butuh uang untuk biaya opname dan kemoterapi."
"Kamu ingin membantu dia karena pernah membantu kita atau, kamu mulai merasa simpatik?" tanya bu Santi dengan tatapan menggoda.
"Maksud Ibu apa sih?" balik Yusuf bingung.
"Tidak apa-apa. Ibu hanya merasa, sepertinya Gadis punya perasaan lebih sama kamu." bu Santi pun berlalu, meninggalkan Yusuf yang menatapnya melongo kebingungan.
🌻🌻🌻🌻🌻
Yusuf dengan serius dan sabarnya mengajari berbagai materi pelajaran yang tidak dipahami Gadis. Dia menggunakan cara dan ide yang membuat Gadis bisa lebih paham dengan apa yang diajarkannya. Gadis pun dengan begitu patuh menyimak dan mempelajarinya.
"Dis, sudah adzan. Kita sholat ashar dulu, yuk," ajak Yusuf begitu mendengar suara adzan berkumandang.
"Nanti aja deh, Pak. Lagi tanggung nih," tolak Gadis yang sedang menikmati kebersamaannya dengan pria itu, sehingga tidak ingin diganggu.
"Dis, sholat itu tidak boleh ditunda-tunda. Begitu mendengar adzan, kita harus langsung mengerjakannya. Justru belajar ini yang bisa dilanjutkan nanti, setelah kita sholat dan pikiran kita menjadi lebih tenang. Saya panggil Ibu dulu ya," Yusuf memberi nasehat dengan suara lembut sebelum dia beranjak menuju kamar ibunya yang tampaknya sedang tidur siang.
🌻🌻🌻🌻🌻
"Sayang, kok sepi? Orang-orang pada kemana?" Vanno mengedarkan pandangannya kesetiap sisi ruangan, berusaha mencari keberadaan orang-orang rumah.
Dia baru saja kembali dari kantor. Dan Najwa sedang membantunya membuka jas dan melepas dasi usai membuatkannya kopi.
"Biasa, Mama lagi ngumpul dengan teman-teman pengajiannya, kalau Galang lagi ada tugas kelompok dirumah temannya."
"Gadis? Dia lagi balapan, main bola atau tawuran lagi?" Vanno menatap Najwa tajam. Memikirkan kegiatan yang sedang dilakukan oleh putrinya, membuatnya mulai tersulut emosi.
Namun, dia tidak akan bisa menyalurkannya karena sudah terlanjur berjanji tidak akan melarang atau mengekang Gadis lagi.
"Tidak, Bie. Katanya dia lagi pergi les." Najwa menggeleng dan tersenyum sumringah.
"Les? Les apa?" tanya Vanno terkejut dan bingung.
"Itu dia yang membuatku heran. Aku rasa, kamu tidak akan percaya kalau aku cerita."
"Memangnya ada apa sih? Anak itu tidak membuat masalah lagi, kan?" tanya Vanno semakin penasaran.
"Tidak, Bie, bukan itu. Makanya dengarkan dulu."
Najwa pun bercerita tentang Gadis yang tadi siang meminjam dressnya.
"Apa? Dia sampai meminjam dressmu dengan alasan ingin pergi les?" Vanno sangat terkejut mendengar cerita sang istri.
Najwa mengangguk dengan senyuman yang masih merekah diwajah cantiknya saking senangnya.
BERSAMBUNG