"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 1. Sebuah peringatan.
JAKARTA, 10 Oktober 2022.
"Tess!"
"Kricik - kricik."
"Tess!"
"Aku dimana.."
Seorang gadis menggunakan dress putih panjang berjalan di sebuah tempat yang aneh, ia bahkan dengan ragu melangkah maju kedepan karena takut dengan sekeliling nya. Adalah Jingga..
Jingga sedang berjalan di tempat yang lembab dan penuh kabut, tempat nya aneh dan terlihat sangat suram sampai jarak pandang nya saja hanya beberapa meter dari tempat Jingga berdiri sekarang.
"Papa??" Jingga memanggil - manggil ayah angkat nya karena di sana terasa sangat aneh bagi Jingga.
"Gani??"
Jingga berjalan kedepan seperti orang yang buta, lalu tiba - tiba dari balik kabut yang ada di depan matanya Jingga melihat sosok perempuan yang sedang berdiri menggunakan pakaian kerajaan jaman dahulu dengan bunga melati di sisi kanan kepalanya.
Perempuan itu membelakangi Jingga, Jingga penasaran siapa dia, tapi Jingga tetap diam dan tidak bertanya dan dia hanya diam saja di tempat nya.
"Kamu jangan ikut campur, nak." Ujar perempuan itu tiba - tiba.
"Anda bicara denganku?" Tanya Jingga dengan heran.
"Ya, menurutmu dengan siapa lagi? Aku ucapkan sekali lagi, jangan ikut campur atau kamu akan mendapat akibat nya." Ujar perempuan itu lagi.
"Maaf saya tidak mengerti maksud anda, nyai." Ujar Jingga, ia memanggil sosok itu dengan sebutan nyai.
"Aku tidak mengganggumu karena kamu di lindungi, tapi jika kamu terus ikut campur urusanku maka sebesar apapun pelindungmu akan aku hadapi." Ujar nya.
Sosok itu lalu berjalan pergi meninggalkan Jingga dan hilang di antara kabut - kabut.
"Nyai, tunggu!" Panggil Jingga, tapi perempuan dengan pakaian kerajaan kuno itu sudah pergi.
Jingga berjalan semakin ke depan untuk mencari sosok perempuan yang sudah berbicara aneh padanya, dengan menajamkan pandangan nya tapi dia tetap tidak menemukan nya. Sampai tiba - tiba sebuah wajah mengerikan dengan mata hitam legam dan mulut terbuka lebar muncul di depan Jingga percis..
"AAAH!!" Jingga terkejut.
Rupanya Jingga hanya bermimpi, sekarang dia bangun karena terkejut dengan wajah seram tadi.
"Astagfirullah.. Udah berkali - kali aku mimpi hal serupa, ada apa ya Allah.." Jingga sampai tersenggal - senggal saking terkejut nya.
Jingga bangun dan meminum air putih yang berada di nakas nya, dan saat itu sosok teteh putih terlihat sedang memperhatikan Jingga. Jingga pun heran mengapa teteh putih menatap dirinya sangat serius.
"Teteh, kenapa?" Tanya Jingga.
"Hati - hati ya Jingga.." Ujar nya sambil mengusap - usap rambut panjang nya.
"Hati - hati? kan aku tidur, bukan mau pergi." Ujar Jingga.
"Pokonya hati - hati, Jingga.." Ujar si teteh putih, lalu dia menangis dan hilang.
Jingga pun keheranan melihat itu, tidak biasanya si teteh putih murung. Tapi Jingga tak memikirkan nya lagi, dia melihat jam dan ternyata sudah menjelang pagi. Jingga pun bangun dan masuk kedalam kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Sudah beberapa bulan setelah kepergian Ilham ke luar negeri, Jingga masih tetap menolong sosok, atau orang yang ketempelan tanpa bantuan Ilham. Kini Jingga di bantu Gani yang sudah tinggal di rumah ayah Ilham juga sebagai penjaga Jingga sekaligus teman Jingga.
Dan saat ini sedang memasuki musim penghujan, dan setiap harinya pasti turun hujan.. seperti hari ini, saat Jingga sudah siap dengan seragam sekolah nya di luar turun hujan lebat.
"Nak, nanti papa ada operasi, mungkin papa pulang malem, ya.." Ujar ayah Ilham.
Mereka sedang duduk dan melakukan sarapan, Gani juga duduk di satu meja bersama mereka dan ikut sarapan.
"Iya, pa." Sahut Jingga sambil tersenyum.
"Tumben abangmu nggak telpon? Biasanya tiap pagi udah heboh kayak orang demo." Tanya ayah Ilham, Jingga pun terkekeh.
"Semalem bilang katanya pagi ini libur telpon, katanya lagi ada sibuk." Sahut Jingga.
"Hmm, sok sibuk.." Ujar ayah Ilham sambil terkekeh, Jingga pun ikut terkekeh jadinya.
"Mungkin nggak si pah, kalo bang Ilham udah punya pacar??" Tanya Jingga sambil cengengesan.
"Bisa jadi iya.." Sambung Gani.
"Hmm.. menurut penilaian papa, mustahil abangmu mau pacaran sama orang asing. Apalagi budaya barat sangat kontras sama budaya kita, dan pergaulan di sana sangat.. bebas." Sahut ayah Ilham.
"Iya juga.. Bang Ilham mah kayak tembok." Celetuk Jingga ayah nya pun terkekeh.
"Tanyain aja, barang kali abangmu bisa menjawab rasa penasaran kamu." Ujar ayah Ilham.
"Papa pergi dulu ya, kalian hati - hati ke sekolah." Ujar ayah nya Ilham.
Jingga pun mencium tangan ayah Ilham, pun dengan Gani yang juga sama mencium tangan ayah Ilham. Walau posisi Gani di sana adalah bekerja, ayah Ilham memperlakukan Gani sangat baik seperti dia memperlakukan anak nya sendiri.
Setelahnya, Jingga dan Gani pun berangkat ke sekolah. Tapi saat di dalam mobil ternyata Ilham akhirnya menghubunginya juga, Jingga pun tersenyum melihat panggilan Video dari Ilham.
"Abang!!" Panggil Jingga dengan semangat dan terdengar kekehan dari seberang sana.
"Mau sekolah ya?" Tanya Ilham dan Jingga mengangguk.
"Iya, abang kok suaranya bindeng? abang sakit!?" Tanya Jingga khawatir.
"Hm, beberapa bulan nggak ketemu anak cerewet jadinya sakit." Sahut Ilham, Jingga pun manyun dan terkekeh.
"Bilang aja kangen, kan..." Ledek Jingga, Ilham pun terkekeh.
Gani tersenyum melihat keakraban Jingga dengan abang nya, Jingga yang baik pasti siapapun akan menyayanginya. Gani jadi ingat dengan masa kecil mereka dulu, dimana ia menjadi satu - satunya teman Jingga karena Jingga selalu di anggap aneh, tapi kini.. semua orang menyayangi Jingga, Gani senang melihat itu.
Jingga dan Ilham hanya mengobrol sebentar, hanya sekitar sepuluh menitan saja karena Ilham di sana sedang sangat sibuk katanya, tapi menyempatkan diri menghubungi Jingga.
Sesampainya di sekolah, mereka mengerjakan pelajaran seperti biasanya, sampai akhirnya saat jam istirahat tiba, Jingga di datangi Elang. Pemuda berwajah dingin dan bersikap dingin juga, yang tak pernah terlihat sama sekali senyum.
"Elang, kenapa?'' Tanya Jingga.
"Bisa ikut gue?" Tanya Elang.
"Eh, kemana?" Tanya Jingga, Elang hanya diam dan menatap Jingga, Jingga pun ngeri karena tatapan Elang sama sekali tidak bisa terbaca apa maksudnya.
"Jingga, kenapa?" Tanya Gani, lalu menatap Elang dan Elang juga melirik Gani.
Ayolah.. di kelas itu tiba - tiba menjadi tegang karena Jingga di kelilingi dua cowok tampan yang kepribadian nya seolah bagai air dan api, mengingat betapa dingin nya wajah Elang dan kalem nya wajah Gani.
"Ntar aja." Ujar Elang lalu dia pergi dari sana meninggalkan Jingga, Jingga pun menghembuskan nafas nya setelah Elang pergi.
"Kenapa Jingga? Dia ganggu kamu?" Tanya Gani khawatir.
"Ayo kita keluar dulu, tar aku ceritain di kantin." Ujar Jingga, Gani pun mengangguk.
Mereka pun keluar dari kelas dan Jingga menceritakan apa sebab sampai dia di datangi Elang, Gani pun manggut - manggut mendengarkan cerita Jingga.
"Hm.. tapi kayaknya dia anak nakal, ya? Muka nya bengis banget, nggak ada senyum - senyum nya." Ujar Gani, Jingga pun terkekeh mendengar nya.
"Jangan gitu, ntar orang nya denger." Ujar Jingga, mereka lalu masuk ke kantin.
'Cuma nggak nyangka aja.. aku harus ketemu dengan calon tumbal dari pesugihan di jaman yang sudah sangat maju ini.. entah orang tua Elang adalah pelaku, atau Elang bernasib kayak aku dulu.' Batin Jingga..
Jingga sudah tau apa arti dari asap hitam yang muncul mengikuti orang.. artinya orang itu akan segera meninggal karena akan di tumbalkan oleh seorang pelaku pesugihan, untung nya Jingga sudah di latih oleh ustad Sholeh dan ayah Ilham, jadi dia bisa mengenalinya dan mengusir nya, di bantu oleh sosok aki juga..
Jingga pergi ke toilet dan meninggalkan Gani di kantin sendirian, Gani bilang mau ikut JIngga tapi Jingga melarang nya dan menyuruh Gani untuk melanjutkan makan nya. Jingga merasa sakit perut yang teramat sangat, entahlah.. dia sepertinya salah makan sesuatu.
"Aduhai.. sakit banget gila.." Gumam Jingga sambil meremas perutnya yang melilit.
Saat Jingga keluar dari toilet tak sengaja dia berpapasan dengan Elang yang juga baru keluar dari kamar mandi, dan Jingga melihat asap itu kembali ada di sekitar Elang lagi.
'Asap nya ada lagi..' Batin Jingga.
"Ikut gue." Ujar Elang, dan dia menarik tangan Jingga menjauh dari toilet dan kini mereka berada di samping lapangan tenis.
"Elang Sorry." Ujar Jingga dan dia menggenggam tangan Elang dengan erat lalu memejamkan matanya.
Elang hanya diam dan terkejut sambil memperhatikan tangan nya yang di genggam Jingga, ia juga memperhatikan Jingga yang memejam kan matanya dan seperti sedang sangat fokus.
Sementara di Jingga sendiri saat ini sedang melihat satu sosok yang sangat cantik seperti ratu dengan pakaian kuno, namun matanya seperti mata reptil, Jingga hanya melihat setengah badan nya saja dan sosok itu mengatakan sesuatu pada Jingga.
"Jangan ikut campur, nak.." Ujar sosok itu dengan senyuman tapi senyum nya sangat penuh arti.
"Aku akan menyelamatkan nya." Ujar Jingga tegas, lalu dia membuka matanya dan bertemu tatap dengan Elang.
"Lu, mau menyelamatkan siapa?" Tanya Elang heran.
"Elu.." Sahut Jingga, dan ia melepaskan genggaman tangan nya dari Elang.
Waktu istirahat untuk kelas Jingga sudah berakhir, Jingga langsung buru - buru lari meninggalkan Elang yang masih kebingungan dengan apa yang Jingga maksudkan.
"Nyelametin gue?" Gumam Elang. Dia yang sebelum nya ingin bertanya sesuatu pada Jingga jadi lupa karena Jingga malah berkata hal aneh.
BERSAMBUNG..
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang