cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Hidup Sin Tiauw Giam Lo Ong.
Cin Hai yang berada di dalam kepitan ketiak laki laki tua aneh itu meluncur jatuh kedalam jurang yang berada di tengah tengah lembah itu.
Entah sudah berapa lama dia meluncur kebawah, tetapi seolah olah jurang ini tidak memiliki dasar.
Mulut jurang yang tadi lebar, kini terlihat cuma sebesar telapak tangan saja lagi, dengan sedikit cahaya yang sampai.
Akhirnya setelah beberapa lama nya meluncur turun, dengan satu sentakan kecil, tubuh laki laki tua aneh itu mendarat diatas sebuah batu besar dalam nuansa seperti remang senja hari.
Dasar jurang itu ternyata lebih luas dari pada mulut jurang nya sendiri, dan di penuhi dengan aneka macam tumbuh tumbuhan, ada pisang, pepaya, dan beberapa puluh pohon pir.
Namun semua tumbuhan itu berwarna putih susu, mungkin karena kurang nya cahaya matahari yang dapat mencapai dasar jurang itu.
Bahkan ada beberapa macam hewan yang juga menjadi albino alias putih pucat, seperti ayam dan kelinci.
Di dasar jurang itu ternyata ada sebuah telaga yang cukup besar yang selalu berkabut.
Kabut itu adalah hasil dari air terjun yang jatuh mencapai dasar jurang, memercik menjadi kabut.
Di dasar telaga yang ber air sangat bening itu, terlihat aneka macam ikan albino berenang kesana kemari.
Di sisi tebing sebelah Utara, ada semacam goa buatan dengan lobang mirip sebuah kamar yang di gali di bebatuan tebing jurang itu.
Didalam ruangan itu terdapat beberapa peralatan terbuat dari tembikar yang di buat kasar.
Sambil meletakan Cin Hai di tanah, laki laki tua itu berkata, "nah sekarang ini rumah mu, jangan berfikiran untuk naik ke atas, karena itu mustahil, kecuali kau sudah dapat mewarisi semua ilmu ku, barulah kau bisa melihat dunia luas sana!" ......
Mulai saat itulah, Cin Hai berlatih di bawah bimbingan laki laki tua aneh namun sakti bergelar Sin Tiauw Giam Lo Ong di dasar jurang Dewa maut, tanpa sekalipun dapat melihat dunia luar.
Sin Tiauw Giam Lo Ong, sedikit demi sedikit mulai membuka semua energi dari Sin Kai Sian yang tersimpan di seluruh titik Meridian nya itu.
Dia membantu murid nya itu untuk membuka titik Meridian itu satu persatu, lalu mengumpulkan semua energi yang tersimpan di situ kedalam Dantian nya.
Setelah satu musim pertama berlalu, dia sudah mencapai tingkat alam Raja tingkat menengah.
Di musim yang kedua, dia kembali menerobos ke ranah alam Brahmana menengah.
Lalu pada akhir musim ketiga, dia sudah menerobos ke ranah Dewa Bumi menengah.
Setelah menapaki Dewa Bumi, peningkatan kultivasi Cin Hai tidak lagi secepat dahulu, karena semakin banyak energi yang harus dia serap ke dalam Dantian nya.
Kini setelah tujuh tahun berlatih dan berkultivasi di dasar jurang Dewa maut, kultivasi Cin Hai baru mencapai ranah Dewa langit menengah saja.
Tetapi meskipun begitu, ini termasuk satu pencapaian yang paling luar biasa, karena dalam usia yang baru tujuh belas tahun saja, dia sudah berhasil mencapai ranah Dewa langit tingkat menengah.
Meskipun begitu, untuk mencapai tingkatan Dewa sejati, jalan nya masih sangat panjang, sangat jarang ada manusia yang bisa mencapai ranah itu, meskipun dengan usia yang sangat tua sekalipun. Karena untuk mencapai tingkatan itu, setidak nya dia berada di ranah Dewa perunggu.
Kini seluruh ilmu dari Sin Tiauw Giam Lo Ong sudah tuntas dia berikan pada Cin Hai murid tunggal nya itu, termasuk satu jurus sakti bernama Coan Tiauw Cai Beng (Rajawali menerjang, menagih nyawa). Konon jurus sakti itulah yang paling ditakuti oleh para Dewa, karena cuma dengan jurus itu saja, para Dewa dibuat tidak berkutik oleh Sin Tiauw Giam Lo Ong.
Pada suatu pagi, sambil makan singkong bakar, Sin Tiauw Giam Lo Ong memanggil murid nya.
"Cin Hai!, kesini lah, ada yang perlu ku bicarakan kepada mu!" panggil sin Tiauw Giam Lo Ong kepada Cin Hai.
Cin Hai segera duduk di hadapan guru nya itu, "ada apa suhu?, adakah sesuatu yang penting, yang perlu suhu sampai kan?" tanya Cin Hai.
Kini Cin Hai telah tumbuh menjadi seorang remaja yang sangat tampan, dengan tubuh yang kekar, penuh otot otot bersembulan.
Kulit tubuh Cin Hai kini nampak putih pucat, karena selama tujuh tahun tidak pernah terkena cahaya matahari secara langsung.
"Duduk lah murid ku, dengarlah, kini tingkat kultivasi mu sudah mencapai ranah Dewa langit tingkat menengah, itu suatu pencapaian yang luar biasa nak, tetapi ingat, jangan pongah dengan tingkat kultivasi yang tinggi, ingatlah ketika Dewa Sun Go Kong bisa dikalahkan oleh Dewa Teng Sin dahulu kala, cuma dengan mempergunakan kecerdikan dan kelicikan saja, padahal, tingkat kultivasi Sun Go Kong berada jauh diatas Dewa Teng Sin, tingkat kultivasi yang tinggi, tidak menjamin kau selalu menang, harus di rangkai dengan jurus yang hebat serta otak yang cerdik, kultivasi tanpa jurus hebat cuma sebuah kesombongan, dan jurus hebat tanpa kultivasi adalah sebuah kedustaan belaka, jangan ikuti jejak suhu mu yang salah jalan ini nak, jadilah orang yang bermanfaat bagi sesama mahluk Tian di bawah kolong langit ini nak, jadilah kau sebagai kaki dan tangan suhu mu ini, sebagai penebus dosa dosa suhu mu ini di masa lalu, kau bersedia nak?" tanya Sin Tiauw Giam Lo Ong.
"Tee cu bersedia suhu, tee cu akan selalu mengingat semua petuah Suhu, tee cu juga masih memerlukan bimbingan Suhu!" jawab Cin Hai dengan kemantapan hati nya.
Sin Tiauw Giam Lo tersenyum senang mendengarkan jawaban dari murid tersayang nya itu.
Di keluarkan nya sebuah cincin ruang kelas satu, lalu cincin itu dia berikan pada Cin Hai.
"Ini ambilah untuk mu nak, beberapa tail emas ada didalam nya, kau bisa mengaktifkan cincin itu dengan meneteskan setetes darah mu keatas nya, setelah kini, aku tidak lagi membutuh kan itu, kau lihatlah di tengah telaga itu ada sebongkah batu giok besar berwarna biru tua, diatas nya tertancap sebatang pedang sakti bernama Sin Kiam Pek Tiauw (pedang sakti Rajawali putih) yang di tancapkan oleh Dewata San Qin sewaktu mengurung ku di lembah ini, dengan pedang itu, kemampuan jurus Coan Tiauw Cai Beng akan menjadi Beratus ratus kali lipat hebat nya nak, pedang itu baru bisa dicabut oleh seorang pemuda suci saja nak, aku sudah mencoba Beratus ratus kali, namun pedang itu tidak bergerak sedikit pun juga, seolah olah pedang itu di jepit Bumi ini nak, yang terakhir, aku akan muksa menjadi Dewa dan aku akan meninggalkan semua energi ku ini pada mu, semoga bermanfaat!" kakek Sin Tiauw Giam Lo Ong mengakhiri pembicaraan nya.
Selanjutnya dia menyuruh Cin Hai duduk sempurna, membuka semua titik Meridian nya.
Sin Tiauw Giam Lo Ong duduk berhadapan dengan Cin Hai sambil menempelkan kedua telapak tangan nya pada dada sang murid, untuk mentransfer energi murni yang dia miliki, kedalam tubuh sang murid.
Dari ranah Dewa langit menengah, kini Cin Hai melesat ke Dewa langit akhir, lalu terus melesat naik ke Dewa Langit sempurna.
Energi yang di transfer oleh Sin Tiauw Giam Lo Ong itu belum juga ada tanda tanda berakhir, hingga Cin Hai kini menerobos ke ranah Dewa Bintang dasar, lalu naik ke tingkat Dewa Bintang menengah, naik lagi ke Dewa Bintang tingkat akhir.
Di ranah Dewa Bintang tingkat akhir inilah setelah beberapa saat, energi dari Sin Tiauw Giam Lo Ong mulai melemah, dan akhirnya berhenti bersamaan dengan tubuh laki laki tua itu ambruk ke tanah, dengan menyisakan tubuh tulang berbalut kulit saja lagi.
Setelah beberapa saat, dari dalam tubuh Sin Tiauw Giam Lo Ong itu keluar cahaya biru menggumpal dan memadat menjadi seorang pemuda tampan usia kira kira dua puluh lima tahunan, bertubuh tinggi.
"Terimakasih murid ku, berkat kamu, aku bisa mencapai tingkat sempurna ini, jangan lupa semua pesan ku!" ucap Sin Tiauw Giam Lo Ong.
Entah dari mana datang nya, tiba tiba muncul setitik cahaya biru, yang lama kelamaan menjadi besar, membentuk seorang pemuda tampan pula.
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/