Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman yg Pedih
Sampai di Bandara, Amelie segera menuju gate 4 dimana dia sudah di tunggu oleh Domini. Tanpa ragu sedikitpun Amelie berjalan ke tempat yang sudah dijanjikan. Dari kejauhan dia sudah melihat Dominic dengan topi yang menutupi wajahnya.
Namun sayang begitu dia akan masuk ke gate 4, sekelompok pria kekar yang tak dikenalnya menghadang dirinya untuk mendekati Dominic dan langsung membawanya menjauh. Sementara Dominic disergap oleh empat orang kekar lainnya dan dibawa menuju suatu tempat yang juga searah dengan tempat dimana Amelie dibawa.
Amelie mencoba mencoba untuk berteriak ketika sudah keluar dari bandara, keempat pria kekar yang mengawalnya sempat panik dan lengah. Saat itulah amelie dan dominic segera lari menjauhi gerombolan lelaki kekar tersebut menuju ke halaman Bandara.
Dominic tampak menelepon seseorang sambil berlari. Mobil yang akan mengangkut Dom dan amelie bergerak menuju depan pintu tempat mereka keluar, saat Dom dan Amelie akan naik ke dalam Mobil, tiba tiba mobil itu sudah dikepung oleh kurang lebih 10 orang yang semua menodongkan senjata.
Amelie tampak panik dan pucat, sementara Dom dan sopir mengangkat tangan mereka tanda menyerah. Dan berakhirlah pelarian Amelie, yang berujung pada kegagalan total.
*****
Dom dibawa oleh empat orang kekar menuju mobil yang berbeda dengan yang membawa Amelie. Amelie dibawa menuju Limousine warna hitam. Sementara Dom dan Supirnya dibawa ke Land cruiser hitam yang parkir tak jauh dari sana.
Begitu Amelie masuk ke dalam mobil, sudah menunggu Lucian dengan tatapan marah dan kecewa. Amelie diam membisu saat dirinya dihempaskan ke dalam mobil itu oleh anak buah Lucian.
Segera mobil meninggalkan Bandara menuju kastil Del Dragon Nero.
Memasuki Halaman Kastil, Amelie tidak dibawa masuk melalui pintu depan Kastil, tetapi melalui pintu belakang dan langsung menuju ke ruang bawah tanah. Demikian juga dengan Dominic. Mereka dimasukkan dalam ruang terpisah yang berlokasi di bawah tanah.
Amelie gemetar ketakutan ketika dia melihat ruang bawah tanah itu lebih mirip dengan ruang interogasi. Begitu masuk didalam sudah terdapat sonya dan Evelyn yang diikat dan berlutut dengan mata tertutup. Kedua orang itu pun gemetar ketakutan. Mereka bertanya tanya apa yang akan mereka alami selanjutnya.
Begitu Amelie masuk, dua orang kekar membuka penutup mata Sonya dan Evelyn, demikian juga dengan ikatan tangan dan kakinya. Mereka bertiga saling berpelukan dan berurai air mata.
“Maafkan aku Evelyn dan Sonya, aku membuat kalian menderita,” ujar Amelie sambil menangis.
Tiba tiba Lucian masuk dan langsung menuju pada Sonya. Tangannya membawa revolver dan langsung diacungkan ke kepala Sonya.
“Aku paling tidak suka dikhianati Amelie”
Revolver ini hanya berisi satu peluru. Jika beruntung dia tidak akan tertembak, namun jika tidak, maka kepalanya akan meledak berkeping keping di depanmu.
“No! Lucian jangan! Jangan libatkan mereka. Semua ini murni kesalahanku.” ujar amelie mulai menangis. Sonya hanya bisa diam, memejamkan mata dan terisak,demikian juga dengan Evelyn.
Lucian menarik pelatuk pistol yang teracung di kepala Sonya…KLEK
Amelie menjerit dan sonya pun makin pucat. Untung tidak ada ledakan peluru yang terjadi.
“Stop Lucian …Stop,” teriak amelie dengan air mata makin deras.
‘Stop , please Stop, jangan teruskan Lucian,” ujar amelie kembali sambil meraung raung.
“Apa kamu mau menggantikan mereka?” ujar Lucian dengan tatapan mata dingin dan tajam serta penuh Amarah. Lucian sangat marah dan terluka.
“Aku mau, hukum saja aku, bunuh jika perlu jangan mereka,” Ujar Amelie sambil mengiba iba.
Seketika Lucian mencabut pistol yang dia acungkan ke kepala Sonya, dan berteriak.
“Mike, siapkan semuanya,”
Lalu 3 orang berbadan tegap masuk ke dalam ruangan dan membawa semacam tiang ayunan, hanya saja tidak ada ayunannya. Yang ada hanya tali tali. Mereka juga membawa menyalakan tungku api dan memasukkan besi kedalam tungku itu. Semacam alat untuk mencap tahanan jaman dulu.
Evelyn menutup mukanya, demikian juga dengan Sonya mereka seperti sudah bisa membayangkan apa yang aka terjadi.
Lucian membelakangi tiang penyiksaan itu dan menghadap ke tembok. Wajahnya menunjukkan kecemasan serta amarah yang sulit dikatakan.
Tak lama seorang pria tegap membawa cemeti yang ujungnya ada semacam tonjolan kecil dan tajam membisikkan sesuatu pada Lucian. Dan Lucian tidak menjawab dia hanya mengangguk.
Seketika dua orang kekar lainnya menggeret amelie yang meronta ronta dan mengikat kedua tangannya ke atas pada tiang gantungan tadi. Lalu merobek baju Amelie bagian belakang sehingga terbuka lebar. Amelie semakin meronta ketakutan dan makin menanis tersedu sedu.
Tak lama kemudian hentakan cemeti mengenai kulitnya yang putih dan langsung mengucurkan darah .
CETAR…CETAR ..CETAR..
Teriakan Amelie membahana memenuhi ruangan itu bahkan mungkin terdengar sampai ke Kastil Del Dragon.
“Aahhh , Lucian sakit!”
“Aaaah.”
Lucian hanya menunduk menghadap tembok dan tidak sedikitpun dia berani menatap punggung Amelie yang sudah bersimbah darah.
CETAR…CETAR..CETAR..
Sekali lagi hentakan cemeti itu mengenali tubuh Ameli membuatnya berteriak kesakitan. Badannya bergetar menahan nyeri dan kepalanya mendongak setiap kali lecutan itu mengenai kulitnya yang sudah sebagian mengelupas dan banjir darah.
“Aaah, Sakit…”
Sonya dan Evelyn menangis meraung raung melihat semua itu namun mereka tidak punya nyali untuk mengatakan apapun pada Lucian. Mereka terlalu takut bersuara.
Kembali Cemeti itu mengayun, mengenai tubuh Amelie, CETAR…CETAR..CETAR..
Namun kali ini sudah tidak ada teriakan dari mulut Amelie, hanya terdengar suara seperti orang mengejan
“Huhk… Huhk….Huhk”
Petugas yang memukul Amelie dengan Cemeti menghampiri Lucian dan membisikkan beberapa kata. Lucian hanya mengangguk lemah sambil tetap menghadap tembok lalu mengusap wajahnya yang kuyu.
Petugas itu menghentikan pukulan Cemeti, lalu mengambil air dalam ember, dan menyiram muka Amelie dengan Air.
Byuur..
Seketika amelie Gelagapan tersadar kembali dan seperti ikan kehabisan oksigen. Menggelepar
“Uh…uh.. Uh”
Setelah amelie tersadar, pria yang mengguyur Amelie tadi segera mengambil besi panas yang sudah sejak tadi di panaskan dalam tungku api.
Amelie sudah kehabisan tenaga dan lemas. Seketika petugas tadi mencap punggung Amelie bagian kiri dengan besi panas yang sudah dipanaskan tadi. Seketika Amelie kembali berteriak kencang sambil menghentakkan kepalanya kebelakang dan kakinya lemas tidak lagi mampu berpijak.
“Aaaah”
Itu adalah terikan terakhir yang membahana dari mulut Amelie sebelum kemudian dia kembali tak sadarkan diri.
Setelah semua penyiksaan itu selesai, Dua orang pria menurunkan Amelie dari tiang gantungan dengan melepaskan tali yang mengikat. Lalu meletakkan Amelie diatas lantai yang dingin di ruang bawah tanah itu.
Seketika Lucian berteriak, “Keluar semua kalian.”
Lalu dia memalingkan wajahnya menghampiri Amelie dan menggendongnya masuk ke kastil Del Dragon Nero, diikuti oleh Evelyn dan Sonya.
******
Lucian menggendong tubuh Amelie kembali ke dalam kamarnya ( bukan kamar amelie) meletakkannya diatas tempat tidur. Saat itulah Sonya dan Evelyn menjadi saksi bisu, Lucian meneteskan air mata melihat kondisi Amelie yang menyedihkan. Dia membaringkan tubuh Amelie tertelungkup, lalu melepas semua pakaiannya.
“Panggil dokter, dan siapkan pakaian ganti yang nyaman,” perintah Lucian pada Evelyn dan Sonya.
Bergegas mereka berdua mengikuti perintah Lucian dan meninggalkan Lucian seorang diri bersama Amelie.
Lucian mencium Pipi Amelie yang masih tak sadarkan diri, seraya bergumam,” Maafkan aku Amelie, aku terpaksa melakukan semua ini padamu,”
Kembali Lucian meneteskan air mata lalu cepat cepat mengusapnya sebelum Evelyn dan Sonya melihatnya lagi untuk kedua kalinya.
*****