Zhang Xuanye, seorang pemuda desa, mendapatkan penunjuk takdir yang menghubungkannya dengan tahta Kaisar Giok, penguasa langit. Dalam perjalanannya untuk mengklaim kekuasaan tersebut, ia menghadapi berbagai ancaman dan mengungkap rahasia kelam. Dengan bantuan teman dan kekuatan baru, Zhang Xuanye berjuang untuk menyatukan dunia manusia dan ilahi.
Saya usahakan double up tiap weekend bilamana ada waktu lebih. Sekian, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yogasurendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pintu Perunggu
Pasukan elit Huanyu mulai bergerak lagi sebelum fajar, dipimpin oleh Pangeran Yufeng dan Xiaolun Ruixiang yang bertekad untuk sampai ke puncak Gunung Langit Utara sebelum bencana yang disebut lelaki tua itu terjadi. Kabut tebal menyelimuti jalur yang mereka lewati, membuat perjalanan semakin sulit. Di setiap langkah, suasana semakin berat, seolah-olah ada kekuatan misterius yang mencoba menghalangi jalan mereka.
"Aku bisa merasakan kekuatan ini semakin mendekat," bisik Xiaolun Ruixiang sambil memandangi sekelilingnya yang semakin gelap, meskipun matahari seharusnya sudah terbit. "Ini bukan hanya kegelapan biasa."
Yufeng mengangguk, matanya menyipit saat ia mencoba menembus kegelapan. "Kita harus terus maju, tidak peduli apa pun yang kita hadapi. Jika Zhang Xuanye dan Biksuni Fengqing telah sampai di puncak, kita tidak boleh terlambat."
Di tengah perjalanan, suara geraman rendah terdengar dari hutan di sekitar mereka. Para prajurit segera bersiaga, menarik pedang dan busur mereka. Dari balik pepohonan, muncul makhluk-makhluk besar dengan kulit kelam dan mata merah menyala—makhluk yang tak pernah dilihat oleh siapa pun dari pasukan Huanyu sebelumnya.
"Mahluk apa ini?" seru salah seorang prajurit, matanya terbelalak saat melihat sosok besar yang mengintimidasi.
"Ini pasti salah satu makhluk purba yang dikurung di gunung ini," kata Yufeng tegas, menghunus pedangnya. "Bersiaplah!"
Pertarungan sengit pun pecah. Para prajurit elit Huanyu, terlatih dalam berbagai seni bela diri, segera menyusun formasi untuk melawan makhluk-makhluk raksasa tersebut. Pedang berkilat, dan kilauan energi spiritual meledak di udara saat serangan demi serangan diluncurkan. Namun, kekuatan makhluk-makhluk itu sangat besar, bahkan beberapa prajurit terkuat pun mulai kelelahan.
Xiaolun Ruixiang, dengan pedangnya yang memancarkan aura putih yang suci, melompat ke depan untuk membantu pasukan. Dengan gerakan anggun namun mematikan, ia menyerang makhluk terbesar, menebasnya dengan serangan yang dipenuhi kekuatan spiritual yang kuat. Satu demi satu, makhluk-makhluk itu jatuh, tetapi bukan tanpa biaya. Beberapa prajurit terluka, dan kekuatan pasukan mereka mulai menurun.
"Ini tidak akan pernah berakhir kalau kita terus diserang begini," ujar Xiaolun Ruixiang, napasnya terengah-engah. "Kita harus mencapai puncak lebih cepat, sebelum lebih banyak dari makhluk-makhluk ini muncul."
Yufeng setuju. Ia memberi aba-aba kepada prajurit yang tersisa untuk terus bergerak maju dengan cepat. Mereka tidak lagi bisa berhenti atau beristirahat.
Saat pasukan mendekati puncak, kabut semakin pekat dan udara semakin dingin. Suara angin yang berhembus seolah-olah membawa bisikan dari masa lalu—suara yang memenuhi kepala mereka dengan rasa takut dan keraguan.
Ketika mereka tiba di tepi sebuah lembah yang sempit dan curam, mereka melihat sosok Zhang Xuanye dan Biksuni Fengqing berdiri di ujung tebing yang menghadap ke puncak gunung. Di belakang mereka, cahaya aneh yang berkilauan muncul dari sebuah gerbang batu besar yang tampak sudah sangat tua.
"Mereka sudah sampai di sana!" seru Xiaolun Ruixiang, siap untuk maju, tetapi Yufeng menahannya.
"Tunggu," bisik Yufeng. "Kita harus melihat apa yang mereka lakukan."
Dari tempat mereka berdiri, mereka bisa melihat Zhang Xuanye mengangkat tangannya, mengarahkan energinya ke gerbang batu itu. Cahaya dari gerbang itu semakin terang, dan suara gemuruh terdengar dari dalam tanah.
"Jangan!" Yufeng akhirnya berteriak, tapi terlambat.
Gerbang itu terbuka, dan dari dalamnya keluar ledakan energi gelap yang sangat kuat, membuat tanah di bawah kaki mereka bergetar hebat. Makhluk besar, lebih gelap dan lebih menakutkan daripada yang mereka temui sebelumnya, mulai muncul dari celah gerbang itu.
"Segel-segel itu telah terbuka!" teriak Xiaolun Ruixiang dengan wajah pucat. "Kita harus menghentikan ini sekarang!"
Namun, saat mereka hendak menyerang, Zhang Xuanye dan Biksuni Fengqing berbalik, dan wajah mereka terlihat penuh dengan tekad, tetapi juga penderitaan. "Kami tidak punya pilihan lain!" seru Zhang Xuanye. "Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan alam manusia!"
Yufeng dan Xiaolun Ruixiang terkejut. "Apa maksudmu?!" tanya Yufeng dengan tegas.
"Ada kekuatan yang lebih besar yang sedang bangkit di dunia bawah," jawab Biksuni Fengqing. "Jika kita tidak menguasai kekuatan ini, dunia akan dihancurkan oleh kegelapan yang lebih besar. Relik suci Guanyin adalah kunci untuk mengendalikan kekuatan ini."
"Kalian bermain dengan api!" seru Xiaolun Ruixiang, tetapi sebelum ia bisa melanjutkan, makhluk-makhluk dari gerbang itu mulai menyerang.
Pertarungan terakhir di puncak Gunung Langit Utara pun dimulai.