Azizah pura pura miskin demi dapat cinta sejati namun yang terjadi dia malah mendapatkan penghinaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUSAN MAU .
Warseno duduk di kursi kerjanya dengan wajah tegang. Kedua tangannya mengepal di atas meja, napasnya berat. Pikirannya dipenuhi kekecewaan yang menyesakkan dada.
"Kurang apa aku ini sebagai ayah? Semua yang Susan inginkan sudah kuberikan. Uang? Dia punya lebih dari cukup. Mobil? Koleksinya melebihi orang-orang di kantorku. Kebebasan? Aku bahkan membiarkannya memilih laki-laki mana pun untuk bersenang-senang, asalkan pada akhirnya dia menikah dengan Romi Adi Tama."
Matanya menatap tajam ke depan, hatinya mendidih.
"Tapi dia malah memilih Raka? Siapa Raka dibandingkan Romi? Kenapa dia tidak mengerti betapa berharganya pernikahan dengan Romi untuk keluarga kita?!"
Tangan Warseno terangkat, hampir saja ia membanting sesuatu, tetapi sebelum itu terjadi, pintu ruang kerja terbuka. Susan berdiri di ambang pintu dengan anggun, mengenakan gaun merah yang memeluk tubuhnya dengan sempurna.
"Mau kemana kamu?" tanya Warseno
"aku mau ke rumah Raka pah"
Warseno mukanya merah dan menatap tajam pada Susan.
"Papa marah?" tanyanya santai, seolah tak peduli.
Warseno menatap putrinya tajam. "Kau masih berkeras dengan pilihanmu?"
Susan melangkah mendekat, mengambil kunci mobil di atas meja. "Papa tahu jawabannya."
"aku akan memastikan kalau keinginan ku harus terwujud, dan papah tahu aku orang seperti apa" jawab susan
"Susan ...Raka bukan apa-apa dibandingkan dengan Romi, Raka bukan laki laki sempurna untuk kamu" ujar Warseno masih tetap berusaha meyakinkan pendapat nya.
Susan tersenyum tipis. "Sempurna untuk bisnis Papa, mungkin. Tapi bukan untukku."
"Dan kau pikir Raka lebih baik?" Warseno mencibir. "Dia bukan siapa-siapa!"
Susan menatap ayahnya dengan mata penuh keyakinan. "Aku mencintainya, Papa."
Warseno menghela napas kasar. "Kau tidak tahu apa yang kau lakukan, Susan."
"Aku tahu aku sadar, dan aku akan melakukan apa yang aku mau, dan jangan coba-coba menghalangi ku, aku akan melakukan apapun agar keinginanku terwujud" jawab Susan
Susan terus melangkah keluar rumah meninggalkan Warseno yang sedang kesal.
Susan mengemudi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memainkan ujung rambut panjangnya. Malam terasa sunyi, hanya suara desiran angin yang menemani perjalanannya.
"Aku tahu Papa tidak setuju. Tapi sejak kapan aku peduli? Aku bukan anak kecil yang bisa diatur sesuka hati. Aku tahu apa yang aku mau, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangiku."
Ia tersenyum tipis.
"Raka berbeda. Dia bukan seperti pria lain yang mendekatiku karena uang. Dia tulus. Itu yang membuatku jatuh cinta padanya."
Tangannya menggenggam kemudi lebih erat.
"aku yakin dia mencintaiku kalau dia tidak mencintaiku mana mungkin dia mau berhubungan badan denganku, dia melakukannya bukan karena ada kepentingan padaku, pasti karena cinta aku yakin itu" ucap Susan dalam hati
Matanya berbinar ketika rumah sederhana keluarga Raka mulai terlihat di kejauhan.
"Tunggu aku, Raka. Aku akan memastikan kita bersama."
Mobil Susan berhenti di depan rumah sederhana namun mewah, kalau dibandingkan dengan rumahnya tentu saja berbeda jauh.
Saat Susan turun, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya di teras. Sumarni, ibu Raka.
"Astaga, Neng Susan! Tumben ke sini malam-malam? Masuk, masuk! Dingin di luar," sambut Sumarni hangat.
Susan tersenyum manis. "Terima kasih, Tante. Saya memang ingin mampir sebentar."
Sumarni menggandeng tangan Susan masuk ke dalam rumah. "Aduh, maaf ya tidak bisa menyambut nak Susan dengan baik" ucapnya
begitulah Sumarni dia akan bersikap sopan sama orang kaya apalagi Susan wanita karir, dan dia akan bersikap buruk pada orang miskin apalagu seorang ibu rumah tangga.
Susan tertawa kecil. "Tante tidak usah sungkan biasa aja Tante jangan terlalu repot.
Sumarni tersenyum senang, lalu bergegas ke dapur. Tak lama kemudian, ia kembali dengan secangkir teh.
"Silakan, Neng," katanya sambil meletakkan cangkir di meja.
Susan menerima dengan anggun. Setelah menyeruput sedikit tehnya, ia menatap Sumarni penuh harap.
"Tante, saya ingin membicarakan sesuatu yang penting."
Sumarni mengangguk, menunggu Susan melanjutkan.
"Saya ingin Tante membantu saya menyegerakan pernikahan saya dengan Raka."
Sumarni terkejut. "Pernikahan?"
Sumarni ini diluar rencananya dia mau Raka menikah dengan Susan tapi tidak secepat ini, dia bahagia akhirnya keinginan dia lebih cepat terwujud dari yang ia rencanakan.
"kenapa Tante diam apakah ibu keberatan?" tanya Susan mengagetkan Sumarni
"tentu saja Tante senang, Saking senangnya Tante melamun" jawab Sumarni
"hanya saja mungkin tidak bisa cepat, bagaimanapun Raka usahanya baru saja maju, jadi dia harus menabung dulu untuk biaya resepsi pernikahan, beli cincin yang mahal, beli gaun yang bagus, sewa hotel yang mewah, dan tentu saja itu memerlukan uang yang banyak bukan, kan ga mungkin juga menikah dengan sederhana, nanti keluarga kamu kecewa dengan kami" jawab ratna sebenarnya bukan sebuah jawaban tapi sebuah permintaan terselubung
"Jangan pikirkan masalah biaya, nanti aku yang menaggung semuanya"jawab Susan dan tentu saja itu adalah jawaban yang diinginkan Sumarni
"yang penting Tante memastikan Raka mau tanggung jawab, bagaimanapun aku dan Raka sudah tidur bersama jangan sampai dalam keadaan perut besar baru menikah, jadi harus cepat Tan" pinta susan
Kedatangan Raka
Suara derit pintu pagar yang terbuka membuat Susan dan Sumarni menoleh. Dari luar, langkah kaki terdengar semakin mendekat. Tak lama kemudian, Raka muncul di ambang pintu.
Wajahnya terlihat lelah setelah seharian bekerja. Ia melepas jaketnya dengan santai dan menatap ke arah ruang tamu. Seketika matanya bertemu dengan Susan yang duduk manis di sofa, tersenyum penuh harap.
"Raka kamu baru pulang?" ucap Susan sambil tersenyum bahagia dia dengan kedatangn Raka.
Raka mengerutkan kening, heran melihat Susan di rumahnya. "Susan? Kamu ngapain di sini?" tanyanya, suaranya terdengar datar.
Susan sedikit tersentak. Ia tidak menyangka sambutan Raka akan sesantai ini.
"Aku cuma mampir, ngobrol sama Tante Sumarni," jawabnya dengan senyum manis.
Raka mengangguk pelan, lalu menoleh ke ibunya. "Bu, ada apa?"
Sumarni tersenyum penuh arti. "Nak, duduk dulu. Ibu mau ngomong sesuatu yang penting."
"ya Bu ada apa?" tanya Raka
"Ibu mau kamu secepatnya menikah dengan Susan"
"tapi Bu bagaimana dengan az...."
"Raka!!!" bentak Sumarni tak suka jika Raka mengatakan nama Aziza di depan Susan
"Ada apa Raka...?" tanya Susan
"ah tidak apa-apa neng,.mungkin dia keselek" jawab Sumarni
"oh.. jadi begini Raka, aku mau kita secepatnya menikah sebelum perut ku membesar" pinta Susan
"apa?, menikah?,,,tapi aku ini udah ber....."
"udah gampang itu Raka, ibu tahu kamu belum siap, tapi Susan ini sudah siap menanggung semua biaya pernikahan" potong Sumarni jangan sampai tahu kalau Raka sudah menikah
Raka menatap pada ibunya, ibunya menatap Raka sebuah Tatapan perintah supaya Raka mengikutinya.
"Raka kamu ibu didik supaya jadi laki-laki sejati ya, jangan sampai kamu mau lepas tanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan, ibu akan kecewa sama kamu kalau kamu tidak menikah dengan Susan" ucap Sumarni dia tidak mau kehilangan kesempatan ini, sebelum Susan tahu kalau Raka sudah beristri maka Raka harus secepatnya menikah dengan Susan.
Raka kembali bimbang bagaimanapun akhir-akhir ini dia selalu memikirkan Aziza dengan bayinya, walau semenjak ada Lina ART nya kehidupannya tidak berantakan lagi tetap saja dia merindukan ada orang yang mencium tangannya sebuah kebiasaan yang dilakukan Aziza
"Raka Bagaimana keputusan mu?" tanya Susan
Bersambung
gk sma suamix tinggal ,dodol bangat Rommy...kejar cinta msa lalu mu