Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.
Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Konon katanya, apabila otak sudah tidak mampu bekerja, biarkan hati yang bicara. Namun, bagaimana kalau hati juga di jejali rasa tidak jelas dan kehilangan keyakinan? Siapa yang harus diandalkan untuk menentukan arah keputusan? Meminta saran pada orang lain? Bisa saja, namun siapa yang mengerti alur masalah secara rinci dari awal sampai akhir selain diri sendiri?
Tidak ada, karena dari awal pun segalanya hanya diketahui oleh mereka berdua. Bagaimana keuntungan, kerugian, tanggung jawab dan konsekwensi hanya mereka yang tahu.
Kemarin adalah hari dimana Nathya bersama tuan besar yang punya kuasa penuh itu, secara resmi mulai mendiami rumah minimalis namun mewah dengan keamanan yang super tinggi. Rumah yang mereka tempati sebetulnya begitu sempurna untuk Nathya. Luasnya pas, berlantai 2, ada kolam renangnya, dilengkapi taman mungil, CCTV dimana- mana dan ada Gazebo juga. Warnanya pun warna kesukaan Nathya, earth- tone. Dapurnya juga dibuat luas dan aesthetic agar Nathya bisa belajar bereksperimen membuat makanan. Jika saja pernikahannya dengan Argha dibangun atas dasar cinta, maka Nathya akan menjadi wanita yang paling bahagia di galaksi Bima Sakti ini.
Mari lupakan emosional kemarin karena setelah kejadian itu, Argha tidak lagi membahas persoalan yang memicu kemurkaannya sampai detik ini. Topik panas tersebut bahkan sama sekali tidak muncul ke permukaan lagi. Malam itu, Nathya tidak membiarkan tubuhnya berdingin lama- lama di taman belakang, atau memilih tidur berpisah kamar, karena ia tak ingin kisruh yang lain terjadi, akibat dirinya yang tak mau tidur sekamar dengan Argha.
Suaminya yang tampan paripurna itu, masih berbaik hati kitanya menanyakan keinginan Nathya, apakah mau tidur di ranjang atau di sofa seperti sebelumnya. Jelas saja Nathya memilih di sofa. Dan keesokkan harinya juga sama, Argha tidak juga membicarakan hal tersebut, hingga mereka sampai ke rumah Kemang.
Diamnya Argha membuat Nathya sedikit tidak enak hati. Pasalnya ialah pemantik tensi tinggi Argha kemarin malam. Belum lagi terbayangkan perkataan tante Riana yang menyatakan bahwa Argha memang tertarik padanya sejak kali pertama. Entah itu di The Westen atau saat di rumah ayah bundanya, Nathya tidak tahu pasti.
Tante Riana hanya mengibaratkan bahwa pengejaran Argha untuk menikahinya seperti dialasi kontrak, karena Nathya dengan enteng menerima pinangan kedua setelah menolak mentah- mentah pinangan pertama, tampa memikirkan lebih dulu. Itu menurut tante Riana.
Aaahhhh! Lelah sekali rasanya memikirkan kehidupan di dunia yang fana ini. Rasanya Nathya ingin sekali balik ke Khayangan dan menikmati hari indahnya dengan berendam air susu bersama bidadari- bidadari yang tinggal disana.
"Thya, bagus banget rumahnya," puji Marshella ketika memasuki rumah bestie barunya itu.
"Makasih kak Shel. Mas Argha memang pinter pilih desain rumah. Gak pernah mengecewakan," balas Nathya memuji selera sang suami.
"Ini hadiah dari kakak dan Mas Joseph. Maaf ya kalau terlalu mewah," balasnya sarat bercanda.
"Repot- repot banget kak. Lain kali jangan bawa satu ya, dua minimal."
"Tenang, kalau kamu beli rumah lagi nanti kakak bawakan hadiah yang lebih mahal. Uang mas Josep masih banyak kok. Gak habis juga tujuh turunan."
Merek benar sudah seperti bestie tiada tara. Kelakarnya sungguh diluar nurul. Khas candaan orang kaya.
"Oh ya Thy, sini deh." Tiba- tiba Marshella meminta Nathya mendekat pada dirinya.
"Kenapa kak?" tanya Nathya yang jadi penasaran.
"Kemarin ada yang bilang, katanya cemceman Mas Argha sudah kembali ke Indo."
"Hah, maksudnya?"
"Masa gak paham sih. Itu loh, cemceman. Apa sih namanya, crush kalau bahasa anak sekarang mah."
"Gebetan?" balas Nathya memperbaiki maksud ucapan Marshella.
"Mantan gebetan. Katanya Mas Argha dan cemceman nya ini hampir jadi, tapi Mas Argha jadinya sama kamu."
"Kakak tahu namanya gak?"
Marshella menggeleng tanda ia tidak tahu. Meski bestie nya itu tidak memberi clue, di otak Nathya muncul satu nama yang memang beberapa waktu lalu, pernah terdengar oleh telinganya, saat Argha bertemu dengan kenalannya di sunday market.
"Selena bukan kak namanya?"
"Nanti kakak coba tanya mas Josep ya."
"Eh gak perlu kak, nanti aku tanya mas Argha langsung."
Marshella cukup kagum dengan kedewasaan Nathya, yang memilih menanyakan langsung kebenaran berita pada narasumbernya langsung. "Oghey," balas Marshella seraya mengedipkan sebelah mata matanya, dan mengangkat jempolnya.
Nathya lalu berlalu meninggalkan Marshella untuk menyambut tamu yang lain. Demi nama baik Argha, lupakan saja masalah Selena yang tidak penting itu. Lagipula Nathya sedang tidak dalam mode kepo. Ya terserah Selena itu juga, mau memuji Argha sebagaimananya. Tidak penting juga untuk Nathya.
Acara syukuran rumah baru mereka ini, tidak mengundang banyak orang. Kira- kira hanya 40an dan semua itu adalah kolega Partai. Argha sengaja tidak mengundang banyak, karena alasan keamanan. Acara pun tidak dibuat lama. Hanya berlangsung dua jam saja.
Tamu terakhir diantar oleh Nathya dan Argha ke depan bersama- sama. Sedari tadi, Argha terus merangkul istrinya, seperti sedang memperlihatkan kemesraan mereka yang tidak luntur. Padahal usia pernikahan mereka sudah 80 hari. Tapi aura pengantin barunya tetap saja terasa.
"Nempel terus pak?" goda tamu itu yang bernama pak Teta. Timses Argha juga mantan Diplomat RI untuk Thailand.
"Biar gak Kabur pak, makanya di jagain," balas Argha seraya tertawa. Sementara Nathya cukup kaget mendengar candaan Argha. Bisa ya, bapak- bapak satu ini bercandanya.
"Siapa juga yang berani bawa kabur, pak pak? Lawannya pak Argha. Yo dak beranilah."
"Bukan pejantan lain pak, tapi impian lain."
Mampus, Nathya di sindir terang- terangan oleh Argha. Suasana pun mendadak berubah dengan Nathya melemparkan senyum canggungnya. Lalu melepaskan pelukan erat Argha dari pinggangnya.
"Buruan punya anak pak, biar fokusnya ke anak, bukan ke mimpi lagi," sambungnya belum puas menggoda Argha.
"Mau gak sayang punya anak?" tanya Argha yang kini berfokus pada istrinya.
Tatapan Argha mendadak dalam. Sorot matanya memancarkan keseriusan dan harapan besar. Membuat Nathya tidak lekas menjawab, karena bingung harus menjawab apa. Tiba- tiba dirinya seolah kehilangan kemampuan menolak tuan Argha yang terhormat.
"Masnya mau berapa?"
"Sediain yang banyak, dik Nathya. Biar warisan Baskara pecah dan gak diburu orang pajak."
...***...
Setelah kepulangan pak Teta Nathya pun turut membantu ART untuk membersihkan rumah. Pekerjaan itu harus selesai sebelum jam 6 sore, karena ART tersebut tidak menginap. Melainkan datang jam 7 pagi pulang jam 6. Meski rumah baru Argha dan Nathya tidak seluas rumah utama Baskara, tapi bisa dikatakan luas, jika hanya di tempati 2 orang, cukup membuat pinggang yang muda sakit, serasa mau patah.
Nathya heran, kenapa Argha hanya mempekerjakan satu ART dan 4 Security saja, disaat rumah 2 lantai yang mereka tempati lumayan besar? Minimal Argha memperkejakan 5 ART untuk membersihkan rumah tersebut.
Atau jangan- jangan Argha sedang menghukum dirinya yang nakal, karena sempat menginginkan pembatalan kontrak? Jika benar, demi bidadari di Khayangan cara kerja otak Argha betulan unik. Tahu betul hukuman apa yang bisa membuat Nathya jera. Menyiksa dengan kesusahan fisik.
Selain itu, Nathya seperti tidak diberi kamar yang lain oleh Argha. kamar- kamar yang ada di rumah itu, hingga saat ini masih belum selesai di renovasi. Dindingnya masih terlihat bata, belum di plester halus. Apa.Argha sengaja tidak dilanjutkan pekerjaan itu? Tidak mungkin kan, anak pejabat kaya raya, calon bakal capres kehabisan dana untuk renovasi rumah?
"Lelah ya?" tanya Argha seperti meledek. Jelas- jelas ia tahu kegiatan apa saja yang dilakukan sang istri, agar rumah terlihat bersih dan tapi kembali. "Ikut Mas ke kamar, mas mau bicara."
Nathya pun berjalan dengan langkah berat mengikuti langkah besar suaminya. Sesampainya dikamar, Argha malah merebahkan diri. Lalu mengambil posisi miring, menepuk sisi ranjang di sampingnya. Sebuah undangan untuk Nathya agar bergabung dengan suaminya berbaring disana.
Nathya tidak mampu memahami apa yang tengah Argha rencanakan. Yang jelas, matanya menangkap 2 kancing teratas kemeja putih yang dikenakan Argha, seperti sengaja tidak dikaitkan sempurna. Otak pintar Nathya yang tidak lebih pintar dari Argha, mampu menangkap signal yang berbeda dari suasana sore ini.
Mau apa sih suami kontraknya ini? Jelas- jelas beliau mengatakan, ada pertemuan dengan timsesnya sebentar lagi. Kenapa tiba- tiba beliau berpose seperti ini? Bikin curiga saja.
Nathya pun menggeleng cepat. Daun muda tersebut, sedikit merinding takut untuk mendekat. Ia teringat akan perkataannya yang seenak cocot tadi "Mas maunya berapa?"
"Kemari Nyonya Argha."
Perintah Argha terdengar seperi tidak mau dibantah, penuh kuasa di telinga Nathya. Sial, apa hari ini aku akan kehilangan kesucianku? Monolog Nathya. Tidak, jangan sekarang, lanjut**nya setelah itu.
Banyak hal yang terpikirkan oleh Nathya semisal benar, Argha meminta haknya sebagai suami. Bagaimana jika sakit? Bagaimana jika Argha melakukannya dengan kesal? Bagaimana, bagaimana dan bagaimana.
"M-mas m-au apa?" Tanya Nathya gugup.
"Come, Nathya," ucap Argha dengan suara serak basah sarat menggoda lalu menggerakkan tangan memanggilnya takluk.
Oh Lord, iman Nathya betulan goyah. Argha memang mengundangnya untuk bercinta, Nathya yakin seratus persen. Wajah Nathya pun memerah malu. Hal itu membuat Argha sampai menahan tawanya. Ekspresi Nathya sangat lucu.
"Sayang!" goda Argha lagi.
Oke! Nathya tidak cukup kuat menahan diri. Hati dan tubuhnya sedang tidak bisa diajak bekerja sama. Hatinya menolak, namun tubuhnya berkata lain. Ya Tuhan, jika benar nanti ada benih Argha tumbuh didalam perut Nathya, maka lancarkan lah urusannya dalam menuntut jatah waktu dan biaya dalam mengurusi anak.
Nathya pun berjalan mendekati suami yang mendominasi itu, lalu ikut merebahkan tubuhnya tepat disamping Argha. Suasana tampak membeku, Nathya kehilangan kemampuan untuk mendengarkan suara, selain suara nafas Argha yang mulai mendekati telinganya. Nathya benar tergeletak pasrah akan hal yang sekiranya dilakukan Argha padanya saat ini.
Posisi mereka memang tampak berbahaya, karena Argha mulai mengukung yang muda. Apa mau dikata, Argha menginginkannya. Dan jujur, Nathya sebenarnya juga ingin mencoba. Penasaran akan ucapan teman- temannya saat di bangku SMA dulu yang mengatakan, pertama pasti sakit, namun yang kedua ketiga keempat itu, enak dan nikmat. Bikin merem melek.
Argha mulai mengusap lembut daun telinga yang muda, membuat yang bersangkutan memejamkan matanya, karena ingin menikmati setiap sentuhan yang Argha berikan.
Sebuah kecupan lembut mendarat di dahinya, memberi kenyamanan pada Nathya sendiri. Nathya tidak menyangka, dari sekian titik erotis nya, Argha malah memilih mencium tepat di titik penuh penghormatan dan rasa penghargaan. Tidak lama setelah itu, Argha mulai memberi kecupan di ujung hidung, pelipis, pipi dan yang terakhir kembali ke bibir.
Kali ini Nathya membalas ciuman tersebut, sama seperti waktu di villa saat itu, untuk kedua kalinya dipagi hari sebelum sarapan pagi. Nathya memang tidak memiliki pengalaman seks atau bahkan pengalaman cinta. Namun ia yakin Argha akan memberinya pengalaman indah kali pertama.
"Mas mau sekarang?" lirihan suara itu membuat sang dominan tersentak kaget, lalu menatap dalam manik mata sang jelita. Tak terbayangkan oleh Argha, jika hubungan mereka benar- benar masih bisa diselamatkan.
"Mas Argha," desah suara itu memanggil namanya, membuat Argha sungguh menggila.
Sang jantan miliknya pun sudah berdiri tegak lurus, tanda sudah sangat siap menyentak inti yang muda. Ok! Biarkan ia menikmati setiap inci bagian sang jelita lebih dulu. Bibirnya berpindah cepat dari dagu ke leher jenjang, meninggalkan jejak ruam merah karena pungutan yang cukup kuat.
Semangat yang dominan membara, ingin membuktikan bahwa ia pejantan tangguh. Tangannya pun mulai kurang ajar membuka kaitan baju yang dikenakan sang jelita satu persatu. Ritme percintaan itu tidak jelas. Kadang cepat, kadang lambat, kadang keras, kadang lembut dan kadang membara. Namun cukup membuat Nathya bertekuk lutut atas dominasi suaminya.
Hisa**n Argha tidak bisa diselamatkan lagi, kini telah sampai pada lemak tipis di dadanya. Mengu**m inti yang kanan selayaknya bayi kelaparan yang menginginkan asi, lalu menge**s inti yang kiri. Hal ini dilakukan dalam waktu lama. Dan setelah sekian detik, kedua tangan Argha kembali mengaitkan kancing baju sang jelita.
Nathya kehilangan fokus, memikirkan alasan mengapa Argha menyudahi permainan yang belum dimulai?
"Mas," panggil Nathya penasaran. Ia sudah siap, bahkan tidak keberatan dibuat berantakan oleh suami kontraknya itu, namun yang bersangkutan malah seenak hati menghentikan.
"Bukan hanya karena nafsu. Aku ingin melakukannya sama kamu, saat ada cinta di antara kita," bisik Argha lalu memeluk erat sang Jelita yang tampak bingung, kesal, marah sebuah rasa menjadi sathu, sebelum setelah itu meninggalkan Nathya sendiri.
Apa maksudnya coba?
nunggu loh ini
ayo thya, kekep truss. jngan ksih celah buat mantan alias sidugong.
smngat thor, up trus.... hehe
sehat sllu. 💖💖💖💖💖
dri kmrin kutunggu up
double dong thor!?
pling kutunggu upnya
smoga kk othornya khilap up lg. hehehhe.
smngat kaka
sehat selalu 😍😍😍😍😍😍😍😍
hehehe up