Cerita romansa mantan kekasih yang masih terhubung meski hubungan keduanya telah kandas. Akankah kebersamaan mereka sejalan atau hanya kenangan? Akankah berakhir di pernikahan atau datang sebagai tamu undangan?
Inilah cerita tentang kisah klise Regan dan Nahla. Dua manusia yang dipertemukan di bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsmeriseee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batal
Regan menepikan mobil di parkiran restoran. Membiarkan mesin masih menyala sementara ia mengecek handohone sebentar.
^^^Regan^^^
^^^Kamu dimana? ^^^
^^^Aku sudah sampai^^^
Aruna
Di atas
Kemudian Regan mematikan mesin mobil dan bergegas turun berjalan memasuki restoran menuju lantai dua. Matanya melihat Aruna yang sudah duduk seorang diri melambaikan tangan padanya.
Regan mencium kepala Aruna sekilas lalu duduk di hadapan perempuan itu.
"Kapan kamu pulang? Bukannya masih di luar kota?" Regan meletakkan tas selempang dan handphone ke meja. Aruna juga sudah memesankan menu untuknya.
"Dua jam yang lalu," Aruna mengaduk minumannya. "Kamu sibuk?"
Regan menyantap makanan yang sudah di pesan. "Nggak juga, sibuk persiapan pernikahan kita,"
Mendengar itu senyum Aruna perlahan luntur, merasa tidak nyaman di tempat duduknya saat Regan mulai membahas pernikahan.
"Ada yang mau aku bahas,"
Regan mempersilahkan.
Aruna menarik nafasnya. "Regan, setelah banyak pertimbangan dan aku pikirkan beberapa hari terakhir. Sepertinya aku nggak bisa nikah sama kamu. Bukan nggak bisa tapi mungkin kita undur."
Pergerakan tangan Regan terhenti. Ia menatap Aruna yang hendak menjelaskan.
"Aku mendapatkan beasiswa untuk lanjut spesialis ke luar negri. Salah satu syarat beasiswa itu melarang mahasiswa nya untuk menikah." Aruna menjelaskannya hati-hati. Ia menggenggam tangan Regan. "Kita tunda bisa?"
"Berapa lama?"
"Mungkin sekitar empat tahun,"
Regan menghembuskan nafasnya pelan. Mengedarkan pandangannya untuk meluapkan emosi yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya lalu menatap Aruna. "Kamu tahu kalau pernikahan kita akan dilaksanakan dua minggu lagi? Semua persiapan sudah hampir sembilan puluh persen. Undangan sebagian sudah tersebar." Regan membasahi bibirnya. "Aku bisa bayar kuliah kamu tanpa beasiswa,"
"Tapi ini kesempatan emas, setelah lulus akan ada kontrak kerjasama sama beberapa rumah sakit ternama. Menjamin pekerjaan, penghasilan dan banyak lainnya."
"Iya kenapa kamu baru kasih tau sekarang?" Regan menarik tangannya yang di genggam Aruna dengan nada suara yang sedikit meninggi. "Lalu apa solusi kamu? Batalin?"
Aruna diam.
"Kita emang belum kasih tau semua orang tentang pernikahan kita. Tapi keluarga besar aku tahu. Gimana aku jelasinnya?"
"Aku akan jelasin sama Mama kamu."
Regan diam lama menatap Aruna kemudian ia berdiri. "Serah kamu," Regan pergi meninggalkan Aruna penuh kekecewaan.
Aruna mengejar Regan berusaha untuk membujuk pria itu namun gagal. Regan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Aruna.
Mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, Regan pulang ke rumah orang tuanya. Menempuh perjalanan cukup panjang dengan pikiran gila berkecamuk di otaknya.
Mengabaikan semua panggilan Aruna yang menemaninya di perjalanan. Semua pesan masuk yang tidak ia hiraukan. Regan tiba di rumah pukul dua malam.
Keadaan yang gelap dan sunyi. Regan melempar tas ke meja lalu merebahkan tubuhnya ke sofa. Memejamkan kedua mata dengan tangan kiri ia letakkan di atas kepala.
"Nak, Regan?" Panggil Zara menghidupkan lampu membuat Regan membuka mata. “Kamu pulang?”
Regan hanya mengangguk, merubah posisinya menjadi duduk.
“Sudah makan, Nak?”
“Sudah Ma,”
Zara berjalan menuju dapur, mengeluarkan makanan di kulkas kemudian menghangatkannya selama beberapa menit lalu menghidangkannya ke hadapan Regan.
“Bubur kacang hijau, kemarin Mama buat. Sengaja mama masuk kulkas siapa tau kamu pulang.”
Regan tersenyum tipis, mengambil bubur seujung sendok kemudian memakannya.
“Ada masalah, ya? Menjelang pernikahan memang banyak sekali cobaannya.”
Regan hanya mengangguk, menikmati sensasi bubur melumer di mulutnya. “Ma..” bagaimana Regan menjelaskannya? Sedangkan waktu terus berjalan.
“Kenapa? Berat banget kayaknya,” Zara menuangkan segelas air.
“Aku sama Aruna nggak jadi nikah. Kita undur pernikahannya,”
“Maksudnya gimana?”
Regan menghadap Zara penuh. “Aruna mendapat beasiswa ke luar negeri. Selama dia menempuh pendidikannya, dia nggak boleh menikah.”
“Nggak bisa gitu dong, Nak.” Zara tidak setuju. “Undangan sudah tersebar, semua persiapannya sudah matang. Bahkan dari kolega almarhum Papa menelpon Mama akan datang. Banyak tamu yang dari jauh sudah memesan tiket dan booking hotel. Gimana bisa batal dalam waktu dekat? Sebelumnya kamu sama dia sudah membicarakan hal ini belum? Ini bukan acara ulang tahun, ini pernikahan.” Cecar Zara.
“Ma,”
“Makanya dari awal Mama bilang, kamu yakin mau nikah. Kepergian Papa saja belum tiga bulan. Ini jadinya kalau kamu yang terlalu cinta dan maunya buru-buru. Emang kenapa sama Aruna? Apa yang buat kamu pengen banget nikah sama dia? Karena cantik? Pintar? Apa gunanya semua itu kalau dia nggak punya etika.” ujar Zara menggebu-gebu. “Atau dia hamil duluan?”
“Nggak Ma.”
“Ya terus kenapa kamu mau nikah sama dia buru-buru kalau nggak hamil duluan? Di umur kamu sekarang ini mengejar karir,”
Regan hanya bisa diam.
“Mau nggak mau. Kalau kamu mau batalin kamu sendiri yang tanggung jawab. Mau di letakkan dimana wajah Mama.” Zara berdiri. “Dan juga kalau dia lebih memilih pendidikan ya sudah, nggak perlu melas buat dia mau nikah sama kamu. Cari aja yang mau.”
Regan menghembuskan nafasnya menatap kepergian Zara.
ceritain aja ttg persiapan pernikahan mereka serta ujian² nya/Good/
Bikin penasaran aja
Giliran up paling cuma 2 bab doang, eehh vakum lagi 2 bulan 🤭🤭