Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumor
Pagi harinya Lily bersiap untuk kembali ke sekolah, karena menginap di markas mafia sky eye, sehingga membuat Bastian harus terpontang-panting untuk mencari pakaian seragam yang akan dikenakan oleh gadis itu, dia berangkat ke sebuah butik dan setengah menyeret pemiliknya, agar segera membuka toko.
"Tuan, ada apa sebenarnya?" seorang pemilik butik masih mempergunakan piyama tidurnya, dia terus menerus mempertanyakan tindakan yang dilakukan oleh Bastian, karena pria itu menerobos masuk ke dalam rumahnya dan langsung menyeret dia.
"Cepat buka butikmu! Aku membutuhkan beberapa seragam untuk digunakan oleh nona muda," jawab Bastian.
"Kenapa tidak berbicara dari tadi? Anda menyeret saya ke toko, tapi kuncinya masih ada di rumah." jawab pemilik butik bingung.
"Apa kau bodoh? Cepat kembali dan ambil kuncinya! Aku tidak mau tahu, dalam waktu 10 menit, butik ini harus sudah buka!"
"Sepuluh menit? Bagaimana mungkin? Bahkan para pekerja saja masih tidur. Apa kau tidak melihat jam? Ini baru pukul 05.00 pagi,"
"Heh! Apa bedanya jam 05.00 pagi ataupun jam 10.00 malam? Kalau aku bilang buka, maka tokomu harus buka!" jawab Bastian sambil melemparkan segepok uang lembaran.
Mata pemilik toko seketika cerah, dia bergegas mengambil uang itu. Sikapnya langsung berubah ramah, "Tunggu sebentar, dalam waktu 10 menit, butiknya akan saya buka."
Dia segera berlari menuju rumahnya untuk mengambil kunci dan tak lama kemudian kembali ke toko, mempersilahkan Bastian untuk masuk dan memilih apapun yang diinginkannya.
Bastian segera memilih beberapa pasang pakaian seragam sekolah, termasuk dalaman yang akan digunakan oleh Lily. Dia tidak ingin mendapatkan teguran dari Damian.
"Ini! Cepat hitung harganya!" ucap Bastian, pria pemilik toko itu langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, tidak perlu, uang yang anda berikan sebelumnya masih lebih dari cukup dibandingkan harga barang-barang itu!" jawabnya, namun Bastian tetap mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu kembali untuk diberikan kepada pria itu.
"Terima kasih, tuan." ucap pemilik toko dengan sangat ramah, dia segera mengantarkan Bastian hingga keluar dari butiknya.
.
.
.
Damian benar-benar tidak mengizinkan Lily untuk pulang ke villa, walau bagaimanapun saat ini situasinya mulai tidak terkendali, keselamatan gadis itu adalah yang lebih utama.
"Ayo berangkat!" ucap Damian, dia kelihatan rapi dengan setelan jas nya. Lily mengangguk sambil berjalan menuju halaman. Keduanya segera naik ke mobil.
Perjalanan dari markas menuju sekolah membutuhkan waktu hampir 45 menit, Damian menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi agar tidak terlambat. Sesampainya di sekolah, Lily melihat tatapan teman-temannya yang sedikit berbeda, mereka menunjukkan tatapan benci dan mencemooh.
'Ada apa dengan mereka?'
Lily berjalan dengan sangat tenang, hingga akhirnya melewati sebuah lorong di mana majalah dinding terpasang. Gadis itu mengerutkan dahi, beberapa fotonya terpampang di sana, seseorang telah dengan sengaja membuntuti Lily dan secara diam-diam mengambil gambar saat dia tengah berjalan-jalan dengan Damian.
Untung saja pemuda itu mempergunakan masker dan topi, sehingga wajahnya tidak terekspos. Wajah Lily langsung mengeras, matanya menunjukkan ketidaksenangan. Dia segera mengambil foto-foto itu, kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Hahaha... Ternyata seorang sugar baby ya?Pantas saja dia memiliki keberanian!" Rossa tiba-tiba saja muncul sambil menunjukkan senyuman puas.
"Tentu saja, dia itu miskin. Bagaimana dia bisa merawat diri jika tidak memiliki uang? Dan jalan satu-satunya agar bisa mengumpulkan uang dengan cara yang cepat adalah menjadi seorang pelacur," Leni muncul, ikut menambahkan minyak pada kompor.
"Tidak di sangka ya, Lily ternyata seorang simpanan, aku benar-benar tidak habis pikir, padahal dia mendapatkan beasiswa dari sekolah, tapi masih saja menjajakan dirinya di jalanan." ucap Alina sambil melemparkan senyuman sinis.
Teman-teman satu kelasnya pun mulai ikut membully, mereka mengucapkan beberapa kata yang sangat menyakitkan.
"Tidak di sangka ya, selama ini dia berpura-pura lugu, tapi ternyata, ckckck...!"
"Benar-benar munafik!"
"Bagaimana mungkin ada seorang pelacur bersekolah di tempat elit seperti ini? Bukankah seharusnya pihak sekolah segera menindaklanjuti laporan yang diberikan oleh muridnya?" salah seorang gadis berbicara dengan sangat tajam, sambil menatap penuh kebencian kepada Lily.
Sebelumnya dia bahkan tidak pernah memperhatikan Lily, namun beberapa waktu terakhir, ketenangannya serasa terusik dengan keberadaan gadis itu, karena sahabat masa kecilnya, sekaligus pemuda yang paling dia cintai, Hans, menaruh hati pada Lily.
Hal itu membuat dia tidak puas hati, bagaimana mungkin dirinya bisa dibandingkan dengan Lily? Gadis cupu yang pernah menjadi korban bully di sekolahnya.
"Apakah sudah selesai bicaranya? Jika sudah, lebih baik kalian semua pergi! Aku bahkan merasa muak melihat wajah kalian!" ucap Lily sambil membuang muka.
"Heh! Yang seharusnya pergi itu kamu! Gadis yang tidak memiliki harga, diri kau tidak lebih dari pelacur!" ucap Alina, suaranya terdengar sangat melengking.
Lily melirik ke arahnya, "Apakah kemiskinan membuatmu menjadi gila seperti ini? Oh iya, aku juga baru mendengar kabar bahwa ayahmu meminta bantuan kepada kelompok mafia night thunder untuk membunuhku, jika kau masih ingin hidup dengan tenang, lebih baik jangan pernah ikut campur dengan semua urusanku, atau kau akan merasakan akibatnya! Karena cepat ataupun lambat, ayahmu pasti akan segera membusuk dalam penjara."
"Heh! Jaga mulutmu!" teriak Alina, wajahnya di penuhi kecemasan.
Dia takut jika teman-temannya mengetahui tentang apa yang saat ini diperbuat oleh ayahnya, Apalagi sejak malam tadi, kediaman mereka terus didatangi oleh kelompok mafia night thunder, mereka bahkan mengancam, jika Antonio tidak mengembalikan seluruh senjata yang telah dirampoknya, maka keluarga mereka pasti akan menjadi sasaran.
Namun Alina berpegang teguh pada kesombongannya, dia yakin jika ayahnya pasti akan bisa menyelesaikan permasalahan ini dengan cepat. Meskipun perusahaan mereka saat ini mengalami beberapa intrik dan permasalahan yang sangat rumit, tapi Antonio memiliki jaringan yang besar, dia sangat dihormati oleh rekan-rekannya sesama pengusaha.
"Kenapa mulutmu selalu saja mengucapkan kata-kata yang kasar dan buruk terhadap orang lain? Namun ketika aibmu dibuka, kau pasti akan berteriak seperti orang yang kesetanan. Apakah kau berpikir bahwa hanya keluargamu saja yang pantas untuk dibela? Sedangkan orang lain tak lebih dari sekedar bayangan yang tidak terlihat?" tanya Lily sambil menatap penuh permusuhan kepada semua orang.
"Mulai saat ini, jangan pernah berpikir untuk mendekatiku, termasuk kalian semua. Menjauhlah! Aku sangat membenci orang-orang yang bermuka dua," ucap Lily sambil mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk satu per satu wajah orang-orang yang saat ini berdiri menentangnya.
"Heh! Apa kau berpikir bahwa dirimu adalah seorang nona muda? Bangunlah! Itu hanya mimpi. Kau masih tetap miskin seperti sebelumnya!" ejek Alina.
"Lily, ikut saya! Kepala sekolah memanggilmu!" salah seorang guru tiba-tiba saja muncul dan Melambaikan tangannya ke arah Lily.
"Baik pak," jawab Lily sambil mendekat ke arahnya, mereka segera pergi menuju ruang Kepala sekolah.
Brak...
bukannya ada hal yg ingin dia selesaikan dg Lily
bukannya ada dendam kan yahh
trus ini mksudnya apa
malah kerja sama yah??