Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 09
Tidak ada bulan madu di pernikahan mereka. Liam tidak menyiapkan apa pun, meskipun berulang kali kedua orang tua Liam beserta mertuanya mengingatkan Liam. Bianca pun pasrah karena Liam memboyong dia langsung ke apartemennya.
"Apa kita tidak akan melakukan malam pertama?" tanya Bianca polos ketika mereka memasuki apartemen.
"Kita sudah pernah melakukannya, ada buktinya di rahimmu, bukan?" jawab Liam skiptis.
Bianca diam sambil melihat sekeliling apartemen Liam. Setiap sisi ruangan di apartemen terlihat sangat terawat. Kemungkinan, Liam sering tinggal di apartemen ini dibandingkan di Kediaman Smith.
Tidak ada pembicaraan lebih lanjut mengenai tempat tinggal. Akan tetapi, Liam langsung mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Bianca dari keluarganya. Bila dia terus berada di Kediaman Smith dapat dipastikan kehidupan rumah tangganya akan terus berada di bawah kendali keluarganya atau keluarga Bianca.
Liam ingin menjalankan rencananya dengan baik. Rencana yang akan mengubah hidup Bianca yang dulunya sangat bahagia menjadi mencekam. Dia akan menggenggam Bianca hingga dirinya sendiri minta untuk dilepaskan.
"Duduklah, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan! Sebelum ini, aku sudah menuruti semua keinginanmu. Jadi, sekarang saatnya kamu mendengarkan ucapanku!" perintah Liam.
Bianca yang masih menggunakan gaun pengantinnya duduk dengan kebingungan. Apa lagi yang harus mereka bicarakan? Bukankah sudah jelas mereka menjadi suami istri? Dia akan berusaha membuat Liam mencintainya.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Kita buat surat perjanjian! Aku tidak mencintaimu, Bianca! Jadi, aku tidak ingin kita terus terbelenggu dalam pernikahan ini. Aku ingin bercerai darimu setelah anak itu lahir!" ucap Liam yang membuat Bianca terkejut.
"Tidak! Aku tidak akan membuat surat perjanjian apa pun denganmu Liam! Kamu sendiri yang telah menyetujui pernikahan ini, sudah kukatakan berkali-kali padamu bila aku akan membuatmu mencintaiku!" bantah Bianca.
"Tapi, kita tidak mungkin bersama, Bianca. Aku tidak mungkin mencintaimu," balas Liam sangat yakin.
Bianca bersikeras tidak ingin membuat perjanjian apa pun dengan Liam. Wajah Liam memerah karena memendam amarah. Sulit sekali menekan Bianca.
"Bila kamu ingin bercerai, silakan saja! Aku akan mengatakan pada keluargaku kalau kamu tidak ingin bertanggung jawab atas anak ini. Mungkin, Kak James akan berbuat lebih untuk membuatmu lebih tertekan!" ucap Bianca pada akhirnya.
"Yang kamu bisa hanya menekan dengan nama keluargamu!" ujar Liam kesal dan meninggalkan Bianca.
Liam pergi meninggalkan Bianca seorang diri. Dia memang ingin membalas dendam pada Bianca karena terjerat oleh pernikahan yang tidak dia inginkan. Dari dulu, dia tidak pernah memiliki niat untuk menikah apalagi menikahi Bianca. Menurutnya, dekat dengan seorang wanita sangatlah menyebalkan.
Bianca terpaku karena ditinggalkan seorang diri. Ingin menghubungi Liam dan menanyakan keberadaannya dia takut dengan reaksi pria itu. Sehingga, dia berinisiatif untuk menaruh koper dan menempati kamar utama yang terletak di apartemen Liam.
Wangi maskulin milik Liam tercium di seluruh ruangan. Bianca merasa sangat nyaman berada di kamar Liam. Dia mengelus perutnya yang masih rata.
"Apa kamu suka tinggal di sini? Kita akan bersama dengan papamu, Nak. Mama akan menjamin semuanya baik-baik saja dan membuat papamu mencintai kita!" gumam Bianca dengan senyum terpatri di wajahnya.
Di sisi lain, Liam pergi mendatangi sebuah club malam. Dia kesal karena tidak bisa melampiaskan semua perasaan yang menumpuk karena dipaksa menikah dengan Bianca.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Liam?" ujar Nino sahabat dari Liam mengerutkan dahinya melihat Liam.
"Aku lelah menghadapi Bianca, dia tidak ingin melakukan perjanjian pernikahan sesuai dengan keinginanku. Rasanya sudah lelah aku melawannya, dia pasti akan mengancam dengan nama keluarganya!" balas Liam sambil meminum minuman yang memabukkan.
"Bukankah seru bila menikah dengan wanita secantik Bianca? Kau sudah tidur dengannya bukan? Bagaimana rasanya melakukannya dengan Bianca?" balas Keanu yang memang mata keranjang.
Ketiganya merupakan tiga sekawan yang selalu bersama dalam setiap kesempatan. Sayangnya, ketika Liam dicekoki oleh obat perangsang, keduanya sahabatnya itu sedang memiliki pekerjaan masing-masing. Namun, Liam masih saja mengira kalau yang menjebaknya saat itu adalah Bianca yang sudah terobsesi dengannya.
"Jangan membayangkan yang tidak-tidak tenang istriku! Walau aku tidak mencintainya, dia adalah milikku!" Liam menepuk kepala Keanu yang isinya selalu dipenuhi dengan pikiran kotor.
Keanu hanya tersenyum aneh, dia menggelengkan kepala mendengar ucapan Liam yang tidak masuk akal. Tidak mencintai Bianca, tetapi marah saat pikiran Keanu membayangkan panasnya bila berhubungan dengan wanita secantik Bianca.
"Kau bisa mengatakan tidak mencintainya? Padahal, kau sendiri marah saat aku membayangkan yang tidak-tidak tentang istriku! Akui saja, kamu itu mulai menyukai Bianca! Tidak ada yang salah dengan menyukainya. Bianca seksi, cantik, dan pantas dicintai!" tukas Keanu.
"Kau tidak mengerti, Keanu! Aku tidak suka bila wanita bersikap murahan dengan melempar dirinya sendiri pada pria hanya untuk mendapatkan keinginannya. Yang dilakukan Bianca itu bukanlah sebuah cinta, tapi obsesi karena menginginkan diriku!" balas Liam kembali meneguk sempanye yang ada ditangannya.
"Sudahlah! Kau seharusnya menemani Bianca malam ini! Biar bagaimana pun, kamu sudah menjadi suaminya! Pulanglah, dia pasti menunggumu atau mungkin senang menangis karena kau meninggalkannya pada malam pertama kalian," perintah Nino yang masih dapat berpikir jernih.
Liam berdiri setelah mendengarkan ucapan Nino. Ada benarnya juga ucapan Nino, mungkin saja Bianca menunggunya. Dia pergi tanpa mengucapkan apa pun pada wanita itu. Pasti Bianca sedang menangisi kepergiannya. Pria itu melangkah pasti dan mengemudikan mobilnya ke apartemen. Dia berharap mendapati Bianca sedang menangis menanti kepulangannya.
"Apa yang kamu lakukan, Bianca!" ucap Liam ketika melihat sang istri dengan pakaian minim tertidur di atas ranjangnya.
Liam hanya bisa meneguk ludahnya sendiri karena melihat tubuh sintal milik Bianca.
Sial! Mengapa dia sangat menggoda? batin Liam.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.