Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama Pak Johan
Dering handphone Melin berbunyi sangat keras hingga membangunkan Melin dijam dua pagi. Dia menatap layar handphonenya, sebuah panggilan masuk dari Pak Johan.
"Iyah Pak ada apa?. Ini masih jam dua pagi Pak," ucap Melin.
"Mel, meeting pagi nanti kamu batalkan saja. Kamu cari hari lain," ucap Pak Johan.
"Tapi Pak, meeting besok sangat penting. Kita harus memenangkan tender itu."
"Mama saya masuk rumah sakit Mel. Kakak saya masih ada di Solo."
"Biar saya saja yang jaga Pak. Pak Johan tetap meeting. Semua sudah saya persiapkan."
"Saya pikirkan dulu Mel."
Tut.... Tut...... Tut..... Tut.....
Astaga, belum juga aku jawab, sudah ditutup saja teleponnya, gumam Melin.
Melin akhirnya kembali melanjutkan tidurnya namun setelah subuh Pak Johan kembali menelpon Melin dan menyuruh membawa semua berkas meeting kerumah sakit.
Setelah sholat Melin segera berangkat menuju kerumah sakit. Disana Pak Johan sudah menunggu di depan loby.
"Mel, Kamu jaga Mama sampai saya selesai meeting ya. Setelah meeting saya akan kembali kesini. Ayah kondisinya juga kurang fit jadi Saya suruh pulang. Ayo saya antarkan," ucap Pak Johan.
"Iyah Pak," jawab Melin.
Melin menggunakan masker agar ibunya Pak Johan tidak mengenalinya. Sesampainya diruang perawatan, Ibunya Pak Johan menatap Melin dengan sedikit senyuman. Pak Johan mengenalkan Melin kepada ibunya sebagai sekretarisnya dikantor.
Hingga siang hari Melin menggunakan masker meskipun Ibunya Pak Johan mengajaknya berbicara. Hampir jam satu siang, Melin akhirnya melepaskan maskernya karena dia harus sholat. Karena tidak tega meninggalkan Ibu sendirian, Melin akhirnya sholat disamping beliau.
Ibunya Pak Johan terus menatap Melin hingga lama kelamaan beliau akhirnya sadar dan beliau berkata.
"Kamu Melin, istrinya Johan kan Nak?"
"Iyah. Ibu masih ingat saya," ucap Melin.
"Kamu cantik sekali pakai hijab. Kenapa Johan bilang kamu sekertarisnya?"
"Mas Johan tidak mengenali saya Bu. Saya memang bekerja di kantor Mas Johan."
"Johan memang terlalu sibuk mengejar karirnya. Kenapa kamu tidak menjelaskan siapa kamu. Biar nanti ibu yang memberi tahu Johan."
"Jangan Bu, biarlah Mas Johan tahu dengan sendirinya. Tolong jangan beri tahu Mas Johan Bu."
Ibu Pak Johan tersenyum dan mengelus kepala Melin. kali ini Beliau menjelaskan tentang Johan kepada Melin. Meskipun dulu Melin beberapa kali bertemu ibunya namun kali ini beliau menceritakan kisah Pak Johan kepada Melin.
"Nak, menikahlah lagi dengan Johan. Kali ini dengan sungguh-sungguh. Sejak kalian menikah pura-pura dulu hingga saat ini Johan tidak mau menikah lagi. Dia pernah bilang kepada Ibu jika waktu akad yang disebut itu nama kamu, benarkah nak?"
"Iyah Bu, Tapi Saya dan Mas Johan sudah sepakat jika setelah resepsi kita bebas dan tidak ada ikatan apapun."
"Tapi Nak, jika begitu kalian sah secara agama. Johan suami kamu Nak."
Melin hanya tersenyum mendengar perkataan Ibunya. Dia juga tidak tahu dengan perasaannya saat ini. Melin senang dengan sikap ibu mertua yang sangat baik dengannya meskipun pernikahan waktu itu hanya untuk menutupi, agar keluarga Pak Johan tidak malu.
Saat sore hari Pak Johan baru kembali ke rumah sakit. Dia menyuruh Melin untuk pulang. Ibunya tiba-tiba menanyakan soal Melin Istrinya yang dia tinggalkan.
"Nak, apa kamu dulu waktu ijab qabul menyebut nama Melin?" tanya Ibu.
"Kenapa Mama tiba-tiba menanyakan hal itu," Jawab Pak Johan.
"Jawab saja nak, Jika benar waktu itu kamu menyebut nama Melin dan ayahnya berarti dia masih istri kamu Nak. Kamu harus cari dia."
"Iyah Ma, tapi Aku harus cari dia dimana, bahkan wajahnya saja Aku sudah lupa. Aku juga tidak mencintainya."
Perkataan Pak Johan sedikit menyinggung perasaan hati Melin. Melin yang mendengar obrolan Ibu dan anak hanya bisa diam meskipun yang dimaksud Ibu adalah dirinya. Melin akhirnya berpamitan karena dia masih tak sanggup berkata jika Pak Johan tahu tentang dirinya.
Langkah Melin terhenti ketika Pak Johan berkata, "Ma, teman lamaku masih menyimpan fotoku saat resepsi dulu."
"Jika begitu segera cari istri kamu," ucap Ibunya Pak Johan.
terimakasih dukungannya kak