Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
BAB 24
“Kalian sedang apa di depan ruanganku?” Tiba tiba suara Riana mengagetkan keduanya.
Rupanya Riana baru saja tiba, wajahnya terlihat segar, namun tak ada bahagia di sana, seperti layaknya calon pengantin baru.
“Benarkah berita yang kami dengar pagi ini?” tanya Viona tak sabar, ia bahkan langsung pada pokok permasalahan, bahkan saking tidak sabarnya, Viona tak menyadari wajah murung Riana.
Riana belum ingin menjawab, ia melewati kedua sahabatnya begitu saja, kemudian menekan kombinasi angka untuk membuka pintu ruangannya. “Ayo masuk, kita bicara di dalam, aku masih banyak waktu sampai jam praktek ku di mulai.
Riana melepas outer yang ia kenakan, kemudian meletakkannya bersama tas kerjanya diatas meja, ia menghela nafas pelan, suka atau tidak hal ini pasti terjadi, cepat atau lambat dua orang yang paling menyayanginya ini pasti akan datang dan menginterogasi dirinya, menanyakan berita yang sudah disebarluaskan oleh Richard sang papa.
Riana duduk di sisi Viona, sementara Rodrigo mengambil tempat di sofa single seperti biasa.
“Apa yang ingin kalian ketahui.”
“Semuanya,” jawab Rodrigo dan Viona bersamaan.
Riana tersenyum menoleh bergantian menatap wajah kedua sahabatnya.
Tapi kemudian Viona teringat pada dugaannya, kemudian telapak tangannya terulur mengusap perut Riana.
Riana yang menyadari hal itu, sedikit berjingkat, dan hal itu membuat Rodrigo semakin penasaran.
“Sudah berapa minggu usianya?” tanya Viona, membuat Riana tercekat, ia terkejut ketika Viona bisa menebak semuanya dengan benar.
Rodrigo lebih terkejut lagi, pria yang sejak lama menyimpan perasaannya untuk Riana itu merasa kembali hancur.
“Apa maksudmu?” Elak Riana, mencoba menutupi apa yang terjadi padanya.
“Jangan pura pura berbohong, kamu tak pandai melakukannya, katakan padaku berapa usia bayi ini?” sembur Viona tak terima, merasa menjadi orang terdekat Riana, tapi ketika Riana hamil ia bahkan tidak tahu menahu. “Kamu pikir aku tidak bisa menyimpulkan? bukan hanya syndrome kehamilan yang membuatku menyimpulkan hal itu, beberapa perawat sudah mulai menebar gosip di mana mana, beberapa kali mereka melihat Brian ada di lobi utama bertemu denganmu, Syukurlah mereka tidak mengetahui bahwa kamu sedang hamil.”
Rodrigo yang sejak tadi diam dan jadi pendengar, kini mulai merasa darahnya mendidih, tangannya bahkan terkepal, serangkaian prasangka mulai bermunculan, pasti Riana lagi lag mengalami kekerasan S#x#al hingga berakhir dengan kehamilannya saat ini, sungguh, hanya membayangkannya saja membuat Rodrigo ingin segera bertemu Brian dan menghajarnya.
Lagi lagi Riana menatap bergantian kedua sahabatnya, terutama Rodrigo, Riana tahu sekali Rodrigo sedang mati matian menahan amarahnya. “bayi ini, anak Brian, usianya sudah 7 minggu,” jawab Riana dengan wajah menunduk.
Dengan cepat Viona menggerakkan, jari jarinya, kemudian mulai berhitung dan lagi lagi kesimpulannya mengarah pada satu hal, “KENCAN BUTA???” pekik Viona keras.
Lama Viona dan Rodrigo menunggu jawaban Riana, hingga akhirnya wanita itu mengangguk.
“Oh … My … God.” ucap Viona tak percaya, ia tidak menyangka idenya akan menjadi awal petaka bagi sahabatnya sendiri, padahal niat awalnya ingin membuat Brian menyesal telah menyia nyiakan RIana, dengan cara melihat Riana tampak bahagia dengan pasangan barunya, tapi alih alih rencananya berhasil, dirinya justru membuat RIana kembali berakhir dengan mantan suaminya.
“Tunggu … tunggu … tunggu …” Rodrigo mulai buka suara, “kencan buta? hamil? sindrom ibu hamil? kenapa semua perkataan kalian tidak ada yang kuketahui, apa kalian memang sengaja tidak menceritakan padaku apa saja yang kalian lakukan beberapa bulan belakangan ini?” Tanya Rodrigo dengan suara agak tinggi, rasanya ia ingin sekali memaki habis habisan pada dua wanita yang sekian lama menjadi sahabat nya tersebut.
Riana dan Viona sama sama tertunduk, “Maaf …” ucap Viona lirih, “tadinya ku pikir aku bisa membuat Riana kembali memiliki pasangan, tidak kusangka akan berakhir seperti ini.”
Rodrigo berdiri dari sofa yang sejak tadi ia duduki, kedua tangannya menggaruk dan mengacak rambutnya dengan kasar, hingga rambut yang sudah rapi itu kembali berantakan, kemudian ia berbalik dan ganti mencengkram sandaran sofa, “Bagaimana bisa kamu tidak mengenali mantan suamimu?” tanya Rodrigo, tentunya juga pertanyaan orang orang yang tidak tahu seperti apa konsep kencan buta hari itu.
“Malam itu, konsep kencan buta nya adalah pesta topeng, dan masing masing peserta memakai nama dan identitas palsu,” Jawab Viona takut takut, ia tahu Rodrigo pasti akan memarahinya habis habisan, jawabannya sudah bisa di tebak, tentu saja karena Viona nekat mengirim Riana ke acara kencan buta, yang memungkinkan Riana bertemu dengan orang asing, sementara ada Rodrigo yang sejak lama menantikan jawaban perasaan Riana terhadap dirinya.
Wajah Rodrigo semakin merah padam, ia merasa sudah benar benar tersisih dari kedua wanita dihadapannya, hingga sama sekali tidak tahu menahu apa saja yang mereka lakukan di belakangnya, tapi bukan pria sejati jika ia marah begitu saja, usia yang sudah matang, membuat Rodrigo lebih bisa bersikap rasional, hingga akhirnya ia sampai pada satu titik dimana ia memang harus merelakan perasaannya yang hanya memendam cinta seorang diri.
Riana merasa serba salah, menghadapi Rodrigo yang mungkin salah paham padanya, dan juga Viona yang justru merasa sangat bersalah padanya.
“Bukan aku membela Brian atau membuat pembelaan yang membenarkan tentang apa yang terjadi malam itu, tapi … Malam itu kami benar benar tidak saling mengenali, walau sejak awal Brian terlihat sangat ingin menjadi teman kencanku.” Riana memulai penjelasannya.
“Lalu?” tanya Viona penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya.
“Saat itu aku menolaknya, ku bilang, aku hanya akan mengikuti alur yang disiapkan oleh pihak penyelenggara, dan Brian menyetujuinya, tapi aku tak tahu, entah kebetulan atau kami memang ditakdirkan bertemu, aku tak tahu, tapi kami benar benar berakhir sebagai teman kencan malam itu, awalnya kami hanya membicarakan hal hal ringan, seputar pekerjaan, dan apa saja yang terjadi di sekitar kami, sampai kemudian ada seorang waiters yang salah mengantarkan minuman, entah ini sudah direncanakan atau tidak, tapi Brian tidak menolak minuman tersebut, dan Brian mengatakan pada waiters tersebut, untuk membawakan minuman baru pada pemilik dari minuman tersebut,”
“Apakah kamu merasa ada yang aneh dalam minumanmu?” tanya Viona semakin penasaran.
“Entah ada sesuatu yang aneh, atau aku hanya terbawa suasana, tapi untuk berjaga jaga, aku tetap memasang kewaspadaan hanya menyesap sedikit minumanku, selanjutnya kami berdansa, aku merasa tubuhku panas, ku pikir itu hanya efek berdekatan dengan pria, karena sudah lama aku tidak pernah berinteraksi dengan pria secara intim.”
Riana kembali menatap kedua sahabatnya.
“Dan begitulah semuanya bermula.” Riana mengakhiri kisahnya, tak ingin lagi ia menjelaskan kelanjutannya, karena dirinya sudah terlalu malu membahas urusan berbau ranjang.
“Lalu kenapa kamu tidak membicarakannya dengan kami? kenapa hanya menyimpan nya seorang diri?” tanya Rodrigo yang mencoba kembali bersikap rasional.
“Saat itu, banyak yang kurasakan, antara, terkejut, takut, cemas dan aku malu pada kalian, jadi aku simpan semuanya serang diri, bahkan tadinya aku ingin merahasiakan pernikahan ini, tapi tepat sebelum kami pergi ke kantor catatan sipil, kami tertangkap basah, papaku tiba tiba datang ke apartemen tanpa pemberitahuan sebelumnya.”