Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Salsa segera membuka mata saat ia tersadar tengah berada dikamar bersama Steve. Ia melihat jam sudah pukul 6 pagi, Steve masih tertidur nyenyak sambil memeluk erat tubuhnya. Salsa berusaha pelan-pelan melepaskan pelukan Steve dan memakai bajunya dengan terburu-buru. Ia segera meninggalkan apartemen pria itu dengan berlari kencang. Sungguh ia takut Steve bangun dan kembali menyetub*hinya.

Salsa menaiki sebuah taxi yang kebetulan lewat di depan apartemen. Sepanjang jalan ia hanya menangis mengutuki kebodohannya. Salsa semakin membenci Steve, pria itu menyentuh nya tanpa memberikan ikatan kuat yang melegalkan hubungan mereka. Ia tidak mau menjalani hubungan bebas seperti ini. Salsa terus menangis dan menangis.

Sesampainya di kos, ia segera mengemasi pakaian dan buku kuliahnya. Ia sudah memutuskan akan menghindari Steve selamanya dan melupakan semua tentang mereka. Salsa pun pergi tanpa memberi tahu siapapun.

Sementara Steve terbangun tak lama setelah Salsa pergi. Ia pun kebingungan saat tak mendapati Salsa di sebelahnya. Steve segera mengambil handphone dan menelpon Salsa namun nomor gadis itu tidak aktif. Steve lalu mencari keseluruh apartemen dan tidak menemukan Salsa. Ia pun menjadi gusar dan cemas, berbagai macam prasangka menghantui Steve dan yang paling ia takutkan gadis itu pergi meninggalkannya. Steve segera menuju basement dan melajukan mobilnya menuju kos Salsa.

🌟🌟🌟

"Laras, tunggu" terdengar suara Iqbal memanggil.

"Ada apa ?" tanya Laras, ia hendak ke gedung jurusan mengumpulkan tugas.

"Bareng ya, aku juga mau ke jurusan"

"Mau ngumpulin tugas juga ?" tanya Laras dan Iqbal pun mengangguk.

Semenjak beberapa hari ini Iqbal selalu berada didekat Laras membuatnya tidak nyaman namun untuk menolak Iqbal ia pun segan karna mereka berada dikelas yang sama dan ada beberapa tugas yang menjadikan mereka satu kelompok.

Sementara sang sahabat Lina sudah beberapa hari tidak kuliah. Lina sudah meminta izin pada jurusan untuk tidak melaksanakan perkuliahan selama 2 minggu karna akan melaksanakan pernikahan dengan Zayyan.

Seisi kampus pun heboh dan tak percaya saat mereka menerima undangan pesta pernikahan atas nama Lina dan Zayyan. Banyak mahasiswi yang patah hati bahkan mereka meneror Lina agar membatalkan pernikahannya dengan Zayyan. Namun Lina tak kehabisan akal, ia segera mengganti nomor handphone dan Zayyan juga memberi bodyguard sebagai pelindung Lina.

Saat Laras dan Iqbal tengah berjalan, tiba-tiba ada yang menghambat mereka.

"Benar loe yang bernama Laras ?" tanya seorang mahasiswi. Ia ber 4 dengan temannya yang lain.

"Iya kak, ada apa ya ?" tanya Laras kebingungan karna ia tidak mengenal nya.

"Loe sahabat Lina kan ? Boleh minta nomor handphone Lina ?" Laras langsung paham kemana arah pembicaraan gadis didepannya ini.

"Maaf kak, aku gak ada nomor Lina" elak Laras.

"Serius ? Please bantuin gue Laras, perlu banget ama Lina"

"Maaf kak, gak ada. Permisi" Laras pun segera berjalan menjauh. Sedari tadi sudah banyak mahasiswi yang bertanya nomor Lina padanya dan Laras memang tidak memiliki nomor baru sahabatnya itu karna mereka berkomunikasi melalui DM aplikasi instagr*m. Tak lama Laras pun sampai didepan ruangan Erin, dosen yang mengajar mata kuliah dikelas Laras.

Tok...tok...

"Masuk" terdengar suara Erin. Laras dan Iqbal pun berjalan masuk.

"Ada apa ?" tanya Erin

"Maaf buk, kami mau mengumpulkan tugas" ucap Iqbal sambil meletakkan map ia dan Laras diatas meja Erin namun sang dosen langsung memasang wajah galak.

"Kenapa baru dikumpul sekarang ? Kemana saja kamu ?" Erin langsung sewot.

"Maaf buk, saya kemaren lagi sakit" ucap Laras memelas sementara Iqbal hanya diam, tidak mungkin Laras mengatakan sang suami yang menyuruh nya bolos karna ingin bercinta dengan nya.

"Tugas kamu tidak saya terima, bawa kembali" Laras pun lemas.

"Buk berikan saja kami tugas tambahan lain buk, kami janji akan mengerjakan apapun yang ibuk suruh" ucap Iqbal membuat Erin tertarik mendengarnya.

"Apapun ?" tanya Erin sambil menatap tajam Iqbal.

"Ya buk" jawab Iqbal dengan yakin.

"Baiklah, terjemahkan semua makalah ini dalam bahasa indonesia dan harus siap besok sore" ucap Erin sambil memberikan 10 buah makalah ke tangan Iqbal membuat mata Laras melotot.

"Apa waktunya tidak bisa ditambah buk ?" tanya Laras cemas. Bertambah lagi tugasnya batin Laras sedih sementara ia masih memiliki tugas dari mata kuliah lain dan hari ini Laras juga ingin berbelanja bahan makanan untuk stok dikulkas yang telah kosong.

"Tidak, kerjakan atau enyah" Erin makin galak.

"Baik buk" Iqbal memegang tangan Laras dan membawanya keluar dari ruangan Erin. Namun Laras segera melepas pegangan Iqbal, ia tidak suka disentuh pria lain.

"Ayo kita kerjakan di cafe diseberang kampus" ajak Iqbal namun Laras menolak.

"Maaf Iqbal, kita bagi 2 aja makalah nya dan kerjakan masing-masing. Aku ada pekerjaan lain yang harus dilakukan" ucap Laras, Iqbal pun tersenyum.

"Tidak usah Ras, kalau kamu sibuk biar aku aja yang kerjakan semuanya" ucap Iqbal lembut dan menatap Laras penuh sayang membuat Laras tak nyaman.

"Aku tidak mau berhutang budi, bagi 2 aja Iqbal" kekeuh Laras, Iqbal menggeleng sambil tersenyum.

"Sini makalahnya" Laras memaksa sambil memegang makalah ditangan Iqbal namun lagi-lagi pria itu menggeleng.

"Eh itu bukannya Laras ya ?" ucap Bagas sambil menunjuk koridor membuat jantung Bintang berdetak kencang. Ia sedang duduk kongkow didepan gedung jurusan bersama teman yang lain. Mereka pun serentak melihat ke arah koridor. Terlihat Laras sedang berlari pelan mengejar seorang pria dimana tangan pria itu terangkat keatas memegang setumpuk kertas dan Laras berusaha menjangkau kertas tersebut.

"Manis sekali mereka, beruntung banget Iqbal dapetin cewek populer dijurusan" celetuk Rian yang membuat hati Bintang panas bukan main. Ia geram saat melihat Iqbal dengan sengaja mejauhkan kertas yang dipegangnya agar Laras terus mengejarnya. Dengan hati membara, Bintang berlari menuju Laras dan Iqbal.

"Iqbal bagi makalah nya sini, aku gak mau teman sama kamu lagi" Laras sudah kesal bukan main pada Iqbal yang terus tertawa sambil menjauhkan makalah darinya.

"Baiklah, jangan marah cantik" Iqbal kemudian menurunkan tangannya dan memberikan makalah pada Laras namun saat gadis itu memegang ujung kertas Iqbal kembali menjauhkannya dari Laras membuat gadis itu tertarik kedepan dan kehilangan keseimbangan. Iqbal pun dengan sigap hendak menangkap tubuh Laras namun ia kaget saat seseorang sudah menarik tubuh Laras duluan dan memeluknya sangat erat.

Hati Iqbal marah bukan main, gadis pujaannya disentuh pria lain. Ia meradang dan menarik tangan Laras kuat agar pelukan pria itu terlepas. Namun Bintang mencengkram kuat tangan Iqbal agar tak menyentuh Laras.

"Lepaskan Laras kak" ucap Iqbal dengan nada tinggi sementara Bintang menatap tajam Iqbal dan menghempas keras tangan pria itu.

"Apa kau mau aku lepaskan sayang ?" tanya Bintang dengan suara keras membuat Iqbal dan mahasiswa lain yang berada disekitar situ kaget bukan kepalang.

"I..iya mas, banyak yang lihat" ucap Laras pelan, wajah nya merona merah namun Bintang bukannya melepaskan namun malah mempererat pelukan dan melumat mesra bibir Laras membuat semuanya kembali kaget terutama Iqbal. Ia tidak terima dan mendorong kuat tubuh Bintang lalu memukul wajah Bintang.

Buuugghhhh....

"Maaaasss...." Laras terpekik kuat dan berlari memeluk suaminya erat, lagi-lagi Iqbal dan semua yang melihat kaget. Jantung Iqbal serasa mau copot melihat Laras mengusap lembut pipi Bintang.

"Kenapa kau memukul mas Bintang ?" Laras berteriak histeris, air matanya telah mengalir deras melihat pipi sang suami memerah.

"A...apa, mas ? Apa kalian...?" Iqbal tercekat, wajahnya pucat saat ia menyadari sesuatu sementara Bintang menyeringai penuh kemenangan.

"Kenapa kau memukul suamiku ? KENAPA ?" Laras berteriak.

Semuanya terperanjat kaget.

"Su...suami" Iqbal terdiam membeku.

"Minta maaf pada suamiku" Laras menatap Iqbal penuh kemarahan. Sementara Bintang mengusap lembut pipi Laras.

"Tidak apa-apa sayang, mas baik-baik aja. Ayo kita pulang" ucap Bintang lembut dan mencium sayang kening sang istri. Bintang pun merengkuh pinggang Laras erat dan membawanya ke mobil meninggalkan seisi kampus yang kembali heboh.

...****************...