NovelToon NovelToon
Trap Of Destiny

Trap Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Iblis / Peramal
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Dipa Pratiwi

Terima atau tidak, mau tak mau manusia harus menerima kenyataan itu. Bahwa mereka terlahir dengan apa adanya mereka saat ini. Sayangnya manusia tak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. Kalau bisa memilih, mungkin semua orang berlomba-lomba memilih versi terbaiknya sebelum lahir ke dunia.

Terkadang hal istimewa yang Tuhan beri ke kita justru dianggap hal aneh dan tidak normal bagi manusia lain. Mereka berhak untuk berkomentar dan kita juga berhak memutuskan. Mencintai diri sendiri dengan segala hal istimewa yang Tuhan tuangkan dalam diri kita adalah suatu apresiasi serta wujud syukur kepada sang pencipta.

Sama seperti Nara, yang sudah sejak lama menerima kenyataan hidupnya. Sudah sejak dua tahun lalu ia menerima panggilan spiritual di dalam hidupnya, namun baru ia putuskan untuk menerimanya tahun lalu. Semua hal perlu proses. Termasuk peralihan kehidupan menuju hidup yang tak pernah ia jalani sebelumnya.

Sudah setahun terakhir ia menjadi ahli pembaca tarot.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Dipa Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Bekerja

Beruntung Dokter Hara memasukkan gadis itu ke dalam daftar prioritasnya. Sehingga Nara tak perlu menunggu terlalu lama di sana. Kalau saja wanita itu tak memasukkan nama Nara ke daftar prioritaas, maka sekarang mungkin ia masih berada di sana. Menunggu antrian yang makin lama makin mengular.

Dokter Hara bahkan meminta Nara untuk membacakan peruntungannya melalui tarot sebagai bayaran atas jasanya. Sehingga Nara tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Mereka sudah sepakat. Dokter Hara sedang penasaran dengan peruntungannya di masa yang dekat ini. Jadi ia membuat janji temu dengan gadis itu nanti malam. Tepat setelah jam praktik di klinik selesai.

Meski memiliki ketertarikan tersendiri dalam dunia spiritual, Dokter Hara tetap mengetahui batasannya. Ia akan selalu berusaha untuk bersikap profesional di tengah jam kerja.

Begitu pula dengan Nara. Ia mengajukan opsi lebih dulu untuk mengatur waktu bertemu. Sebab ia tahu setiap orang memiliki kesibukan masing-masing. Nara dan wanita itu sepakat untuk bertemu di kedai nanti malam. Dokter Hara juga sudah lama tak mencicipi ayam spesial di kedai ibu pasiennya satu ini.

Setelah pulang dari klinik, Nara tak langsung pulang. Ia masih harus menemui kliennya di distrik sebelah timur. Lumayan jauh dari sini. Harus dua kali naik bis dengan rute yang berbeda, sebab tidak ada bis yang langsung ke sana.

"Bagaimana kalau kita beli onigiri atau roti dulu?" tawar Baron.

"Tidak perlu, aku tidak lapar. Lagi pula sudah makan tadi sebelum pergi," ujar Nara.

Kali ini mereka menunggu di halte yang berbeda dengan tempat pemberhentian mereka sebelumnya. Sebab rute ke halte berikutnya memang harus dimulai dari halte tempat mereka menunggu sekarang.

"Berapa orang yang akan kau temui nanti?" tanya Baron penasaran.

"Mungkin sekitar tiga sampai lima orang," ungkap Nara.

"Mereka semua teman baik. Kebetulan mereka memang sepakat untuk memesan jasaku di saat yang bersamaan," jelasnya kemudian.

Tak perlu menunggu terlalu lama, sekitar sepuluh menit kemudian bis yang mereka tunggu-tunggu sudah datang. Kebetulan kali ini bisnya hampir penuh. Untungnya masih ada sisa tiga bangku lagi yang kosong di area paling belakang. Sehingga setidaknya mereka bisa duduk dan tak perlu menunggu bis berikutnya.

"Tidurlah, akan ku bangunkan kalau sudah sampai," ucap Baron.

"Kenapa aku harus tidur? Lagi pula ini siang hari dan aku tidak mengantuk sama sekali," protes gadis itu.

Ia sedikit tak terima jika diperlakukan seperti anak kecil. Namun di sisi lain, dirinya merasa perlu diperlakukan seperti anak kecil.

"Kau perlu menyimpan energimu untuk membaca tarot nanti. Jadi tidurlah sejenak selama perjalanan. Kau bisa memanfaatkan waktu yang ada," jelas Baron dengan seketika. Ia tak mau gadis itu sampai salah paham.

"Tidak perlu, terima kasih. Aku masih punya cukup energi untuk melakukan pembacaan tarot untuk lima orang," balas Nara.

Gadis itu melipat tangannya di depan dada. Melemparkan pandangannya keluar jendela. Meresapi bagaimana bis ini bergerak di atas aspal. Sesekali juga melihat beberapa kendaraan yang berlalu lalang di sekitar mereka.

Entahlah, entah kenapa. Nara juga tak tahu kenapa ia sangat suka mengosongkan pikirannya sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Sesuatu yang aneh dan tidak diketahui alasannya memang. Tapi terasa memiliki ketenangan tersendiri baginya.

Sepertinya ia sudah tam teringat dengan kecelakaan tadi lagi. Sebab saat Baron memperhatikan bagaimana cara Nara memandangi jalanan, sudah tidak seperti tadi. Otot-otot di sekitar kedua netranya tampak lebih kendur dan relax, tidak tegang seperti tadi.

Nara mulai menatap jalanan dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Ia sudah menemukan ketenangan di dalam dirinya.

Baron membiarkan hal itu terjadi. Membiarkan gadis itu menikmati pemandangan hiruk pikuk kehidupan perkotaan di depannya. Mungkin hal itu bisa menjadi terapi tersendiri bagi Nara. Ia tak pernah tahu seperti apa kesulitan yang selama ini gadis itu hadapi. Meski sudah saling berkenalan satu sama lain, mereka tak pernah bicara banyak soal kehidupan mereka masing-masing. Keduanya memilih untuk tidak saling membicarakan kehidupan mereka.

Keduanya hanyut dalan pikiran mereka masing-masing. Nara terpaku dengan pemandangan jalanan dan pikiran yang kosong, sementara Baron tampak mengamati keramaian yang ada di depannya. Melakukan ramalan-ramalan singkat dengan orang asing yang berkerumun di dalam bus ini. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Baron tak ingin mengganggu Nara, kecuali saat mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Perjalanan kali ini memakan waktu sekitar dua puluh menit hingga sampai di halte pemberhentian. Itu pun masih separuh perjalanan. Mereka harus melanjutkannya dengan bis lain ke rute menuju daerah tempat tinggal kliennya. Sebenarnya mereka tak akan melakukan pembacaan di rumah klien. Tapi di salah satu cafe dengan ruangan privat. Kebetulan tempat itu dekat dengan rumah kliennya.

Total perjalanan yang mereka tempuh berhasil memakan waktu sekitar hampir empat puluh menit. Jika ditambahi dua puluh menit lagi, maka akan genap jadi satu jam.

Beruntung cafe tempat tujuan mereka tidak terlalu jauh dari halte terakhir. Hanya tinggal berjalan kaki sebentar, mereka langsung mendapatkan tempatnya.

Gadis itu sudah diberi tahu kliennya untuk langsung masuk saja. Mereka sudah mereservasi satu ruangan privat khusus.

Sesampainya di sana, Nara langsung pergi menemui salah satu pelayan untuk bertanya dimana ruangannya.

"Aku akan tunggu di luar saja ya," ucap Baron.

"Tidak," cegah Nara.

Gadis itu langsung menarik salah satu tangan Baron lalu dituntun masuk ke dalam ruangan. Kali ini ia menjadi gadis yang sedikit manja. Ia tak mau ditinggalkan sendirian di dalam bersama orang lain, meski itu urusan pekerjaan.

"Kenapa aku ikut ke dalam?" tanya Baron pada gadis itu.

"Kenapa? Kau tak mau menemaniku?" interupsi Nara balik.

"Bukan begitu…," jawab Baron dengan cepat.

Tadinya ia ingin memberikan sedikit penjelasan. Tapi entah kenapa ia tak bisa menemukan alasan yang tepat.

Baron menghela napasnya dengan kasar lalu berkata, "Baiklah."

"Kau tampak keberatan," balas Nara.

"Tidak sama sekali," pungkas Baron.

"Kalau kau keberatan aku sama sekali tak masalah. Aku bisa sendirian," celoteh Nara.

"Sudah jangan banyak bicara," balas pria itu lalu gantian menarik tangan Nara.

Saat mereka masuk ke dalam ruangan ternyata kliennya sudah berada di situ. Sekitar empat orang yang berada di sana.

Tak hanya melakukan pembacaan tarot, setelahnya gadis itu juga memperkenalkan Baron kepada kliennya. Siapa tahu mereka butuh bantuan spiritual yang lebih kuat seperti dukun. Ia juga menjelaskan bahwasanya Baron bisa melakukan ritual pengusiran setan.

Awalnya mereka cukup terkejut, namun sepertinya tidak buruk juga. Para klien meminta nomer Baron untuk dihubungi jika sewaktu-waktu mereka butuh bantuan spiritual.

1
Ernawati Ningsih
Ceritanya bagus banget. Mengangkat sudut pandang peramal dan juga kepercayaan akan takdir. Terus ada bahas soal ritual-ritual gitu. Seru banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!