NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Ketika tim Penjaga Realitas melangkah keluar dari portal, mereka langsung dihadapkan pada pemandangan yang membingungkan. Dimensi Cermin ternyata jauh lebih aneh dari yang mereka bayangkan.

Langit berwarna hijau gelap, sementara rumput di bawah kaki mereka berwarna biru cerah. Pohon-pohon tumbuh terbalik, dengan akar-akarnya menjulang ke langit dan daun-daunnya tertanam di tanah. Burung-burung berenang di udara seolah-olah itu adalah air, sementara ikan-ikan terbang bebas di angkasa.

"Ini... benar-benar terbalik," gumam Reyhan, matanya melebar takjub.

"Ingat," Adrian mengingatkan, "jangan biarkan pikiran kalian terpengaruh oleh apa yang kalian lihat. Tetap fokus pada misi kita."

Mereka mulai berjalan, mengikuti petunjuk dari buku yang mereka dapatkan di Nexus Perpustakaan. Namun, segera mereka menyadari bahwa navigasi di Dimensi Cermin tidaklah mudah.

"Menurut buku ini, kita harus berjalan ke utara," ujar Kayla, "tapi kompas kita menunjuk ke segala arah secara acak!"

Riana mengerutkan dahi. "Mungkin di sini, konsep arah juga terbalik? Coba kita ikuti arah yang berlawanan dengan yang ditunjukkan kompas."

Mereka mencoba strategi ini, dan tampaknya berhasil. Perlahan tapi pasti, mereka mendekati lokasi yang digambarkan dalam buku - sebuah kuil kuno yang konon menyimpan pecahan pertama Prisma Inflasi.

Namun, perjalanan mereka tidak mudah. Setiap langkah di Dimensi Cermin menghadirkan tantangan baru.

Ketika mereka mencoba menyeberangi sebuah sungai, air mengalir ke atas alih-alih ke bawah. Reyhan hampir tersedot ke "atas" sungai sebelum Kayla berhasil menariknya kembali.

"Terima kasih," ujar Reyhan terengah-engah. "Ini gila. Bagaimana kita bisa bertahan di dunia seperti ini?"

"Kita harus berpikir terbalik," jawab Adrian. "Di sini, untuk 'naik' ke permukaan air, kita harus 'menyelam' ke bawah."

Menggunakan logika terbalik ini, mereka akhirnya berhasil menyeberangi sungai. Namun, tantangan berikutnya sudah menanti.

Mereka tiba di sebuah kota yang tampak familiar namun asing. Bangunan-bangunan berdiri terbalik, dengan atap sebagai fondasinya. Penduduk kota berjalan dengan kepala di bawah dan kaki di atas, seolah-olah mereka menempel di langit yang tak terlihat.

"Bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan mereka?" tanya Kayla.

"Mungkin..." Riana berpikir sejenak, "kita harus berbicara terbalik? Mengucapkan kalimat dari belakang ke depan?"

Mereka mencoba teori ini saat bertanya arah kepada seorang penduduk lokal.

"?Kuil ke arah tahu Anda apa ,Maaf" tanya Riana.

Penduduk itu tersenyum dan menjawab dalam bahasa terbalik juga, menunjuk ke sebuah arah. Tim berterima kasih dan melanjutkan perjalanan.

Setelah berjam-jam berjalan dan mengatasi berbagai rintangan paradoksal, mereka akhirnya tiba di depan kuil kuno yang mereka cari. Bangunan itu megah namun aneh, dengan pilar-pilar yang melengkung ke dalam dan tangga yang menuju ke bawah tanah.

"Baiklah," ujar Riana, "kita harus sangat berhati-hati di dalam. Segala sesuatu mungkin tidak seperti yang terlihat."

Mereka memasuki kuil, berjalan menyusuri koridor yang berkelok-kelok. Di dinding-dindingnya terukir simbol-simbol aneh yang sepertinya bergerak ketika tidak diperhatikan.

Akhirnya, mereka tiba di ruangan pusat kuil. Di tengahnya, melayang sebuah prisma kecil yang berkilauan - pecahan pertama Prisma Inflasi.

"Itu dia!" seru Reyhan bersemangat.

Namun, saat Riana hendak mengambilnya, Adrian menghentikannya.

"Tunggu," ujarnya serius. "Ini terlalu mudah. Pasti ada jebakan."

Kayla memejamkan mata, mencoba merasakan energi di sekitar mereka dengan kemampuan empatiknya. "Adrian benar. Aku merasakan... kebohongan. Prisma itu tidak nyata."

Riana mengangguk. "Jika ini Dimensi Cermin, mungkin Prisma yang asli ada di tempat yang berlawanan dengan yang kita pikirkan."

Mereka memperhatikan ruangan itu lebih teliti. Reyhan menyadari sesuatu.

"Lihat lantainya," dia menunjuk. "Ada pola yang mirip dengan langit-langit."

Mereka mendongak, dan benar saja, di langit-langit ruangan itu ada sebuah ceruk kecil.

"Mungkin Prismanya ada di sana?" tanya Kayla.

"Hanya ada satu cara untuk memastikannya," ujar Riana. Dia memejamkan mata, berkonsentrasi, dan mulai menggunakan kekuatan manipulasi realitasnya.

Perlahan, gravitasi di ruangan itu berubah. Tim merasakan kaki mereka terangkat dari lantai, dan dalam sekejap, mereka "jatuh" ke langit-langit.

Di ceruk yang tadinya ada di atas kepala mereka, kini tergeletak sebuah prisma kecil yang tampak biasa saja - tidak berkilauan, tidak melayang, tapi memancarkan aura kekuatan yang luar biasa.

"Ini dia," bisik Riana, mengambil Prisma itu. "Pecahan pertama Prisma Inflasi."

Tepat saat Prisma itu terangkat, seluruh kuil mulai berguncang hebat.

"Kita harus pergi dari sini!" teriak Reyhan.

Mereka berlari keluar kuil, yang kini mulai runtuh di belakang mereka. Namun, bukan hanya kuil yang runtuh - seluruh Dimensi Cermin tampak mulai kehilangan stabilitasnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Kayla panik.

Adrian menatap sekeliling dengan horor. "Prisma itu... pasti menjadi semacam jangkar yang menstabilkan Dimensi Cermin. Tanpanya, seluruh dimensi ini akan kolaps!"

Riana mengeluarkan alat komunikasi antar-dimensi. "Pengawas! Kami butuh evakuasi sekarang!"

Tapi hanya statik yang terdengar dari alat itu.

"Sial," umpat Reyhan. "Kekacauan dimensi ini pasti mengganggu komunikasi kita."

Sementara itu, langit Dimensi Cermin mulai retak seperti kaca yang pecah. Dari celah-celah itu, mereka bisa melihat kegelapan tak berujung - Void antar-dimensi.

"Kita harus membuat portal sendiri!" teriak Riana di tengah kekacauan.

"Tapi bagaimana?" balas Kayla. "Kita tidak punya cukup energi untuk itu!"

Adrian tiba-tiba mendapat ide. "Prisma! Gunakan kekuatan Prisma!"

Riana mengangguk. Dia menggenggam Prisma erat-erat, memfokuskan seluruh kekuatannya. Cahaya mulai memancar dari Prisma, semakin terang hingga menyilaukan.

Tepat saat Dimensi Cermin hampir sepenuhnya hancur, sebuah portal terbuka di hadapan mereka. Tanpa pikir panjang, mereka melompat masuk.

Mereka mendarat keras di lantai markas Penjaga Realitas, terengah-engah dan kebingungan.

Pengawas segera menghampiri. "Apa yang terjadi? Kami kehilangan kontak dengan kalian!"

Riana perlahan bangkit, masih menggenggam Prisma. "Kami berhasil mendapatkan pecahan pertama. Tapi... Dimensi Cermin..."

"Hancur," Adrian melanjutkan dengan nada bersalah. "Kami tidak tahu pengambilan Prisma akan menyebabkan hal itu."

Pengawas menghela napas berat. "Ini konsekuensi yang berat. Tapi kalian tidak punya pilihan lain. Tanpa Prisma, kita tidak punya harapan melawan Devourer."

Tim berkumpul di ruang briefing, mencoba memulihkan diri dari pengalaman mereka.

"Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" tanya Reyhan.

Pengawas menampilkan peta multiverse. "Masih ada dua pecahan lagi yang harus kita temukan. Dan kita harus bergerak cepat. Kehancuran Dimensi Cermin pasti sudah menarik perhatian Devourer."

Riana menatap Prisma di tangannya, kemudian ke arah teman-temannya. "Kita telah mengorbankan satu dimensi untuk mendapatkan ini. Kita tidak boleh menyia-nyiakannya."

Kayla mengangguk. "Kita akan lebih berhati-hati di misi berikutnya. Kita harus meminimalisir kerusakan."

"Tapi jangan lupa," Adrian mengingatkan, "terkadang pengorbanan diperlukan demi kebaikan yang lebih besar. Kita harus siap membuat keputusan sulit."

Riana berdiri, menatap satu per satu anggota timnya. "Kalian benar. Misi ini tidak akan mudah, dan mungkin akan ada lagi keputusan sulit yang harus kita buat. Tapi selama kita bersatu, aku yakin kita bisa menghadapi apapun."

Dengan tekad yang diperbaharui, tim Penjaga Realitas mulai mempersiapkan diri untuk misi pencarian pecahan Prisma berikutnya. Di kejauhan, raungan Devourer of Realities kembali terdengar, semakin dekat dan semakin lapar.

Perlombaan melawan waktu dan kehancuran pun dimulai.

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!