"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?”
“Maaf, aku tidak sengaja.”
“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.”
“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangnya kepada masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali.
Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan.
____
Pernikahan yang semula indah dan damai seolah pernikahan pada umumnya, hingga Ia lupa, bagaimana pun Ia adalah penyebab kehancuran suaminya. Ia layak untuk di benci.
Kau bersabar atas luka di sekujur tubuhmu
Aku bersabar atas sikapmu yang menyakitiku.
Jika kau tak pernah selembut itu mungkin perubahanmu tak begitu menyakitiku. Figuremu di hatiku seindah itu, sebelum sifatmu berubah membekukanku.
#Nikahpaksa
#Cintahadirkarnaterbiasa
Jangan lupa tinggalkan tanda di setiap partnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Light_Ryn23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Nadya
Interaksi mereka bertiga tak luput dari perhatian Yamani yang berada dibangku tak jauh dari ketiganya, Nadya ikut mendekat dan berdiri dibelakang kursi yang diduduki Jefri. Nadya menghampiri iparnya setelah Papa meninggalkan mereka masuk ke dalam rumah.
"Gak ikut gabung sama mereka?"Tanya Nadya
"Menurut Kakak dengan kondisiku seperti ini aku bisa bergabung bersenang-senang bersama mereka? yang ada aku justru merepotkan?"Sindir Yamani sebelum terkekeh sinis meratapi kondisinya.
"Emm, Aku faham. Tapi tak perlu merasa minder begitu, Kami tak akan menganggapmu merepotkan. Kondisimu seperti ini juga karna adikku, Kami mau tidak mau harus menerima dan bertanggung jawab. Adik Ipar jangan terus minder, asal kamu jangan nyerah berjuang buat sembuh,"Ucap Nadya
"Harus Kak! Aku berjuang sembuh buat adik Kakak."
Yamani kembali menatap kepohon mangga itu, ternyata ketiga orang yang tadi sedang berada di bawah pohon.
"Dokter Rayhan kenapa bisa ada disini Kak,"Tanya Yamani sambil menoleh kebelakang Menatap Nadya yang sedang kebingungan menjawab apa.
"Kayanya Papa udah jelasin deh, yah begitulah kesimpulannya." Nadya menjawab sembari tersenyum simpul.
"Adik Ipar. Aku benar-benar berharap kamu dapat bertanggung jawab dan membimbing Fidzah perlahan. Tidak perlu terlalu tegas, jangan banyak dibentak. Dia anak yang mudah dididik tak perlu dengan bentakan apalagi kekerasan. Sebab, sekali saja kamu memukulnya kami akan langsung menjemputnya. Sekali saja kau melukai hatinya, hari itu juga dia pergi meninggalkanmu."
Yamani diam mendengarkan perkataan Nadya, mencatat dan mengingat dengan jeli ke dalam otaknya. Tentang semua hal tentang istrinya, dia akan berusaha sebaik mungkin memahaminya.
"Ah iyaa, satu yang penting. Tolong jangan larang Fidzah dekat dengan Jefri setelah ini. Tolong sedikit maklumi, jika kedepannya Jefri akan sering main ke rumah kalian. Jefri banyak mengantikan Papa dalam merawat Fidzah. Jefri memang lebih muda dari kita, namun figurenya dalam kehidupan Fidzah sudah seperti seorang Ayah dan Kakak di saat persamaan. Keduanya terlahir sama-sama di luar perkiraan, kasarnya mereka adalah anak yang terlahir sebab kebobolan. Tumbuh bersamaan dan saling jadi tumpuan." Nadya yang berdiri di belakang Yamani tampak mengusap matanya. Pandangannya lurus pada Adik, paman dan Orang yang dicintainya.
"Fidz. Lebih baik kamu nyusul mereka deh. Mungkin mereka sedang ngerujak bareng di belakang,"Ucap Nadya sambil menarik kursi roda mendekat kepada Yamani lalu membantunya naik.
"Gak usah didorong Kak, Aku bisa kok."Ucap Yamani berlalu ke belakang lebih dulu dengan Nadya yang mengikuti di belakangnya.
Yamani hanya tak ingin terjadi kesalah fahaman antara dirinya dan Nadya. Walaupun Nadya berstatus sebagai Kakak Iparnya. Tak baik dilihat orang saat melihat mereka berduaan, walaupun Yamani tau Niat Nadya membantu sungguh tak tersembunyi di dalamnya.
Dia memang kadang kesusahan dengan kursi rodanya, tapi dia sedang berusaha menjaga hati Istrinya yang sekarang seolah asik dengan dunianya sendiri dan melupakannya.
Yamani tau menikah dengan Anak bungsu yang terbiasa dimanja seperti Fidzah tidak akan mudah. Perbedaan umur yang terpaut jauh, belum lagi sifat Kekanak-kanakan yang mungkin akan muncul dan membuat keributan dan masalah.
"Kak Yaman sini!"Ajak Fidzah yang sudah mendekat dan mendorong kursi roda suaminya menuju belakang rumah tempat berkumpulnya Jefri dan Dokter Rayhan.
"Papa tadi masuk ke dalam katanya mau ngambil Mangga yang tadi beli di pasar,"Ucap Dokter Rayhan yang sedang mengupas mangga muda.
"Kak Rey gak pulang?"Tanya Fidzah yang membuat Dokter Rayhan menghentikan kegiatannya dan menatap Fidzah dengan mulut ternganga.
Jefri dengan cepat menendang kecil Kaki keponakannya yang ada dibawah meja ini. "Kenapa dzah nyuruh Kakak Pulang?" Tanya Rayhan yang sudah mulai tenang dan melanjutkan aktivitasnya.
"Aku tu Bingung ya OM, Kak, kalau Kak Rey ada pasti Kak Nad menghindar."Jawab Fidzah yang sedang asik mengulek sambal di cobek di depannya setelah selesai dia menaruhnya di tengah meja.
"Ya salah Kak Rey juga kelamaan geraknya."Ucap Jefri, Dokter Rayhan yang sedang memakan mangga itupun sampai tersedak mendengar ucapan Jefri.
"Gerak apa emangnya?"Tanya Fidzah dengan wajah polos rasa ingin taunya yang besar.
"Gerak kaki ngejar Nadya,"Jawab Jefri tanpa perduli Dokter Rayhan yang sudah ketar ketir disampingnya saat mendapat serangan bertubi-tubi dari Jefri.
Ingin Rasanya Dokter Rayhan memberi pelajaran IPA pada mulutnya Jefri agar terpelajar, agar gak asal Nyindir. Kalau cuma mereka yang ada disana ya tidak apa-apa, masalahnya Papa sedang duduk di samping Yamani, dan tak memberi respon berarti atas sindiran Adik Iparnya.
"Emang Kak Nad kabur ya, jadi harus dikejar?"Tanya Fidzah lagi dengan Kelolaannya yang kumat lagi.
Tidak ada yang menanggapi pertanyaanya, "Paa. Emang Kak Nad kemana?" Tanya Fidzah pada Papanya yang sedari tadi diam.
"Tanya aja suamimu."Papa Melemparkan pertanyaan pada Yamani yang tak tau apa-apa. "Hah?" Kaget Yamani tapi saat mendapati Istrinya yang menatapnya penuh keingin-tahuan dia semakin bingung jawab apa. Dia menatap Jefri dan Dokter Rayhan bergantian seolah meminta pertolongan, tapi keduanya sama sama mengangkat bahu tanda tidak tau.
"Emm. Tadi Kakak ada ketemu di depan sama Kak Nadya. Mungkin sekarang sedang ada di dalam rumah sama Mama,"Jawab Yamani seadaanya.
"Kalau Nad di rumah sama Mama, kenapa Kak Rey harus ngejar? kan tinggal susul aja itu di rumah."Ucap Fidzah, yang lain hanya diam dan menahan tawa melihat kebingungan Yamani menjawab pertanyaan Istrinya.
"Yang Sabar ya!"Ucap Papa dan menepuk pundak Yamani sebelum melangkah meninggalkan mereka.
"Lolanya Kumat."Ucap Jefri pada Dokter Rayhan yang terpaku pada Interaksi antara Yamani dan Papa yang terlihat dekat tanpa dibuat-buat.
Dokter Rayhan iri pada Yamani yang dengan mudah mendapatkan restu dan perhatian Papa. Apa Rayhan harus membuat Nadya punya kesalahan juga kepadanya? Agar bisa membuat Nadya bertanggung Jawab?
Sungguh Keberkahan meliputi Laki-laki yang berumur lebih muda darinya Ini. Mungkin itu tanda buat Rayhan harus memperjuangkan Cintanya dan jangan mudah menyerah.
Acara ngerujak mereka ditutup dengan kebingungan Yamani menjawab pertanyaan Istrinya. Kehausan Fidzah akan rasa ingin tahu, dan keterpakuan Rayhan atas sikap Papa. Jefri yang seolah tak punya masalah hidup itu terlihat asik menikmati sorenya dengan memakan mangga muda.
***
Di lain tempat di saat waktu yang sama, Ia yang berbeda dilain benua, Terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi kayu di depan asrama tempatnya tinggal sambil menatap layar handphone yang terus menghitam, tak ada tanda-tanda notifikasi pesan atau telpon masuk.
Ia terus menggenggam benda itu sejak dua hari terakhir, menunggu kabar dari seseorang yang penting di hidupnya. Ia awalnya mencoba mengerti, mungkin perempuan itu sedang sibuk, tapi ini sudah hari ketiga sejak kabar terakhir yang didapatnya.
Menunduk dalam diamnya air matanya menetes tanpa bisa ditahan. Semua harapan kebahagian datang bersamaan dengan luka yang mendera tidak terkira
"Ya Robb ... Ampuni hamba yang mengeluh dan belum bisa menerima takdir yang engkau tetapkan dihidupku dan hidupnya."Gumam laki-laki Ia sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan.
.
.
Tbc
Minta Rela.
Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis
Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.
Terima kasih telah membaca dan jangan lupa tinggalkan tanda.
Cinta yang rela menunggu, tapi bukan sebagai kekasihmu 🤕
Ditunggu Partnya Satriaa ya Thor